Chandra © Fukuyama12 (2023)
Genre: Fantasi Gelap Nusantara
.
Bayang 22 Ditelan Malam
"Apa? Kenapa begitu?! Chandra seharus–"
"Chandra tidak ikut," putus beliau sekali lagi. Saat berada tepat di dekatku, beliau langsung menyambar pergelangan tanganku dan menariknya, memaksaku untuk mengikuti langkahnya.
"Tapi aku akan memberikan kalian 5 ko–"
Langkah Ibunda berhenti. Sedari tadi aku tidak mau mengeluarkan suara. Aku tahu wajah ibunda yang satu ini. Dia sedang menahan amarahnya. Matanya yang tajam lebih tajam dari biasanya, bahkan Kepala Dusun pun sempat bergidik saat melihat Ibunda menoleh kepadanya.
"Makan sendiri koin busukmu itu! Chandra akan pulang malam ini!" ucap Ibunda dengan tajam. Tidak ada yang berani membantah wanita ini, balairung seketika menjadi sunyi dalam sekejap hingga kami melangkah menjauh.
Aku menatap Mahesa yang sedang kalut. Kami semua kalut bersama dengan pikiran masing-masing. Karena tidak mungkin berbincang, aku menghela napas dan memutuskan pandangan kami.
Ibunda menyeretku, kejadian ini sama seperti saat aku kecil dan tidak segera pulang saat senja tiba. Bahkan ketika kami sudah jauh dari balairung pun, Ibunda tidak melepaskan tangannya dariku, seolah jika beliau empuk, aku akan berlari kembali ke balairung. Padahal, aku sama selai tidak akan melakukannya.
Aku meremas pelan tangan Ibunda dan memperpanjang langkah, satu langkah di depan Ibunda. Melihatku yang tidak mungkin kembali ke sana, Ibunda memperlambat langkahnya dan tidak lagi menyeretku. Jika Ibunda memang tidak mengizinkanku untuk ikut, aku tidak akan ikut meski mereka memaksa.
Lagi pula, siapa yang berani masuk ke hutan malam-malam?
***
Brak!
Aku tersentak melihat jendela yang ditutup mendadak. Aku diam melihat Ibunda yang tampak kesal. Padahal aku belum membuka jendela itu dengan lebar, hanya sedikit saja. Ini semua karena rasa penasaranku.
MEski tidak ikut, tentu saja aku khawatir dengan orang-orang yang mau pergi mencari danastri dengan iming-iming koin emas. Jumlah itu memang cukup banyak, tetapi apa sebanding dengan nyawa mereka?
"Jangan memikirkan mereka. Tidurlah cepat, kamu bisa bangun lebih cepat dan mencari Danastri saat matahari terbit."
Syukurnya, Ibunda tidak menghalangiku untuk mencari Danastri meski beliau terlihat kesal dengan Kepala Dusun. Aku menengok kembali ke arah jendela yang tertutup, jika aku mempertajam pendengaran, aku bias mendengarkan suara orang-orang yang samar-samar sedang berbincang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chandra
Fantasy"Jangan main kalau matahari mulai terbenam, nanti kamu bisa hilang! Apalagi kalau sampai masuk ke Alas!" Bukan untuk menakut-nakuti anak kecil agar pulang sebelum senja, tetapi itu memang pantangan bagi seluruh penduduk Dusun Pedhukul tidak peduli u...