Bayang 18
Chandra © Fukuyama12 (2023)
.
.
.Semua orang tampak terkejut meski itu bukan cerita baru. Padahal aku ingat jika beberapa orang sudah mendengar kabar lama ini sebelumnya. Kenapa juga Mahesa harus mengangkat topik ini lagi.
"Wah, benarkah? Dan kau baik-baik saja, Chandra?" tanya salah satu dari penduduk desa yang hadir.
"Kau tidak bertemu dengan hal-hal aneh, kan?"
Aku tersenyum canggung dan menggeleng. "Tidak. Tidak ada apa-apa, kok. Tidak ada hal yang aneh juga. AKu pulang dengan selamat sampai di rumah. AKu hanya membuat Bunda khawatir saja."
"Tidak ad ayang mengikutimu sampai rumah, kan?"
"Tidak ada teror mengerikan?"
Aku menggeleng sebagai jawaban, lalu menatap tajam Mahesa. "Sebenarnya aku tidak sendiri. Waktu itu aku juga bersama dengan Mahesa, Kartika, dan Danastri. Kami tidak sengaja pulang sampai larut malam, jadi aku mengantar mereka satu per satu dulu sampai mereka pulang dengan selamat."
"Ah, apa kejadian sebelum putri kepala dusun sakit?"
"Putri Kepala Dusun sakit?" beo Datuk Suma yang mengurungkan niatku untuk menjawab pertanyaan sebelumnya. AKu pun memilih untuk menjawab pertanyaan Datuk.
"Iya, esok paginya setelah aku dan Mahesa mengantarkannya pulang, Danastri jadi sakit." Aku melirik Mahesa, lalu melanjutkan ceritaku yang belum selesai. "Awalnya, kami pikir dia terlalu lelah karena siang hari sebelumnya dia berenang bersama Kartika. Singkat cerita, Kartika tiba-tiba menghilang dan Danastri yang setengah basah itu jadi mencarinya kemana-mana dan juga meminta bantuan kami. Kartika berhasil ditemukan, tapi hari mulai gelap. Itu sebabnya kami pulang agak malam."
Datuk Suma mengangguk-angguk mendengar ceritaku. "Lalu bagaimana kelanjutannya?"
"Kami pikir itu penyakit biasa, tapi anehnya Danastri tak kunjung sembuh dan justru semakin parah. Baik aku, Mahesa, atau Kartika tidak tahu penyebabnya apa selain karena kelelahan," ungkapku.
"Apa tidak ada yang mengikuti kalian selama perjalanan pulang saat itu?"
Aku menoleh pada Mahesa dan menunggu jawabannya. Mungkin saja ia melihat sesuatu yang tidak terlihat olehku. Namun, beruntungnya, Mahesa menggeleng. "Aku tidak merasakan apa pun meski memang jalan dusun saat malam menyeramkan dan sangat gelap. Bagaimana dengan Chandra?"
Aku menelan ludah. Pembicaraan ini rasanya semakin berat dan menyeramkan. "Kupikir tidak ada. Selama aku pulang sendiri juga tidak terjadi apa-apa di jalan." Aku terdiam sejenak saat mengingat sesuatu. Namun, tidak ada hal yang berbahaya selama malam itu. "Iya, tidak ada apa-apa, kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chandra
Фэнтези"Jangan main kalau matahari mulai terbenam, nanti kamu bisa hilang! Apalagi kalau sampai masuk ke Alas!" Bukan untuk menakut-nakuti anak kecil agar pulang sebelum senja, tetapi itu memang pantangan bagi seluruh penduduk Dusun Pedhukul tidak peduli u...