Bayang 20 Tanpa Jejak

540 70 34
                                    

Chandra © Fukuyama12 (2023)

Genre: Fantasi Gelap Nusantara

.

Bayang 20 Tanpa Jejak

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Aku berpikir keras saat mendengar alasan Ibunda. Namun, rasanya seperti ada yang mengganjal dalam hatiku. "Ba-bagaimana jika itu manusia sungguhan? Bagaimana jika sebenarnya dia dalam bahaya?"

Aku mengajukan pertanyaan beruntun pada Ibunda. Bukan maksudku untuk membantah. Aku hanya ingin bertanya dan mengungkapkan apa yang menggangguku. Tidak lucu jika malam ini aku tidak bisa tidur karena pikiran yang berkelut.

"Chandra," panggil Ibunda dengan serius. Kedua tangannya mencengkeram pundakku yang lebih tinggi dari pundak beliau. "Apa kamu tidak memperkirakan sebaliknya?" Mataku melebar saat mendengar ucapan Ibunda. "Bagaimana jika itu bukan manusia seperti yang kamu pikirkan? Mereka bisa saja mengincar orang-orang sepertimu untuk mengikuti mereka. Mereka mengambil kelemahan yang ada dalam hatimu dan memanfaatkannya."

Aku menelan ludah dengan susah payah atas peringatan Ibunda. Bayangan tentang diriku yang hilang karena melakukan hal bodoh-mengikuti bayangan tidak jelas-dan membuat Ibunda khawatir menyelimuti.

"Ma-maaf," lirihku dengan perasaan bersalah.

Ibunda menghela napas anjang dan melepaskan cengkeramannya dari bahuku, lalu berganti dengan mengacak-acak rambutku. Sebesar apa pun aku, pasti Ibunda akan menganggapku seperti anak kecil.

"Ibunda tahu kamu bermaksud baik, tapi sebelum menyelamatkan orang lain, pikirkan dulu dirimu sendiri."

Aku mengangguk dan tersenyum atas pesannya. Ibunda benar. Aku tidak boleh sembrono dan berakhir mencelakai diri sendiri. "Akan kuingat hal itu. Maaf sudah membuat Ibunda Khawatir."

Ibunda akhirnya tersenyum dan membuat rasa bersalahku perlahan mulai memudar. Artinya, beliau sudah tidak marah lagi denganku. "Dasar, sifatmu yang seperti ini benar-benar mirip ayahmu."

Ucapan Ibunda membuat hatiku menghangat. Ditambah lagi dengan usapan lembut di puncak kepala memberikan sensai aneh tersendiri. Ibunda suka sekali membandingkanku dengan Ayahanda. Aku sama sekali tidak merasa keberatan. Asal Ibunda senang dengan hal itu, aku tidak akan mempermasalahkannya.

Sayangnya, meski Ibunda sudah memberi pesan ini-itu, tidurku malam itu benar-benar tidak nyenyak. Berulang kali aku bangun dari tidur dan memimpikan hal yang sama, yaitu sekelebat bayangan putih yang berlari di kegelapan malam, meneriakkan minta tolong dengan suara melengking yang membuat telingaku bising.

Ibunda, itu benar-benar bukan manusia, 'kan?

***

Berita panas menyebar dengan cepat hingga ke seluruh sudut dusun sesaat setelah matahari memunculkan sinar jingganya. Hanya ada beberapa orang saja yang pergi ke sawah untuk melakukan pekerjaan mereka, beberapa orang memilih untuk tetap mengikat tali lembu mereka dalam kandang dan membiarkan ternak mereka kelaparan sedikit lebih lama dari biasanya.

ChandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang