Kinara menemui seorang temannya, Farel. Setahu Kinara, Farel mahir bermain gitar. Kinara ingin belajar gitar.
"Gitar tuh gampang-gampang susah, Kin. Gue dulu belajarnya otodidak, seminggu udah bisa satu lagu karena hafalin chord sama posisi tangannya. Tapi begitu ganti lagu, bubar semua."
"Yang penting bisa basicnya dulu deh, Rel. Gue pengen bisa tipis-tipis. Minimal tau chord."
"Oke oke. Pak Guru Farel akan mengajari lo. Langsung ke lagunya aja, ya, biar cepet. Mau pake lagu apa?"
Kinara meringis.
Ia hanya tahu lagu klasik dan lagu lawas, ia tak membayangkan akan membawakan lagu Chopin atau Rachmaninoff dengan instrumen gitar.
"Gue ... buta lagu, Rel. Bebas deh pilihin aja."
"Parah lo, Kin. Coba gue pikirin dulu. Mau lagu lama apa lagu baru?"
"Bebas, yang penting bisa dimainin."
"Gue dulu belajar pake lagu Paul Simon sih, tau nggak?"
"Tau dikit. Ayahku suka."
"Yaudah, coba itu dulu aja ya. Leaves That Are Green? Tau?"
Kinara menggeleng.
"Ehm, coba yang lebih populer. The Sound of Silence, gimana?"
"Nggak tau juga."
"Yaelah, Kin. Terus apa dong lo taunya?"
"Hehee. Twinkle Twinkle Little Star aja deh, gimana?"
Farel menepuk jidat.
"Oke deh, maklum. Namanya juga belajar."
*
Kinara dan Farel menghabiskan waktu seharian di ruangan UKM untuk belajar gitar.
Sebenarnya Kinar sudah sangat hafal dengan notes lagunya, jadi tinggal menyesuaikan posisi tangannya agar bisa memetik dan menekan dawai dengan pas.
"Udah selesai, Kin?"
Daniel menghampiri Kinara dan Farel yang baru saja meletakkan gitar milik masing-masing ke matras. Ralat, keduanya gitar milik Farel. Kinara meminjam.
"Udah nih. Lama, ya? Ini aku rada telmi soalnya mencet-mencet senarnya."
"Senar ... namanya dawai, Kinara." protes Farel.
Daniel dan Kinara terkikik.
"Sama aja nggak sih?" Daniel membela pacarnya.
"Terserah pacar lo dah."
"Makasih ya, Rel, udah ajarin. Jangan bosen kalo nanti-nanti aku recokin lagi."
"Anytime, Kin. Daniel lo kalo mau ajar juga ayo."
"Gue kapan-kapan aja."
"Yaudah gue pulang dulu, ya. Hati-hati kalian pulangnya."
"You too, Farel."
Farel pun melambaikan tangan dan beranjak pergi.
Daniel membantu Kinara membereskan beberapa barangnya yang masih berantakan; buku, alat tulis, dan pouch kosmetik.
"Sayang, makan, yuk?"
"Ehm, aku mau mampir ke RS dulu, Dan. Mau jenguk Will lagi habis ini."
Daniel menghela napas.
Sudah kesekian kalinya Kinara selalu lebih memilih bertemu Will daripada ia ajak keluar. Namun, Daniel tak sampai hati hendak ngambek, apalagi marah pada Kinara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere Over The Rainbow (END)
FanfictionWill bertemu Kinara ketika usianya sudah di ujung tanduk. Kinara memberikan cahaya kehidupan baru bagi Will; menghadirkan kisah dan orang-orang baru untuk mewarnai hari-hari Will yang sebelumnya kelabu. Bagi Will, Kinara dan gitar adalah bahagianya...