Chapter 8.

346 30 1
                                    

Daniel tak habis pikir dengan diri sendiri, bisa-bisanya ia mau saja diajak Kinara untuk meet up dengan Will. Namun, bukan Daniel namanya jika ia bisa menolak Kinara.

Di sinilah mereka sekarang. Rumah makan Jepang di dalam mall yang menjadi langganan Daniel dan Kinara. Kali ini Will ikut bersama mereka. Jadilah bertiga.

"Dan, kenalin ini Will. Kamu pasti udah sampai bosan denger cerita dia dari aku. Sekarang ketemu langsung. Will, ini Dan. Yuk, yuk, kenalan."

Daniel mengulurkan tangan yang dijabat oleh Will. Hening sesaat antara keduanya selama beberapa detik.

Daniel memperhatikan lelaki itu. Tinggi mereka sepertinya sama, mungkin selisih beberapa senti saja.

Will mulai melepaskan masker putihnya, menampakkan wajah yang bisa dikatakan "good-looking" dan Daniel tidak menafikan hal itu. Rambutnya panjang hampir sebahu, seperti yang diceritakan oleh Kinara. Tampaknya akibat obat penumbuh yang terlampau ampuh.

"Bang, lo pasang piercing tuh sakit nggak sih?" tanya Will tiba-tiba.

Daniel terkejut.

Pertama, ia tidak siap dipanggil Bang oleh Will. Rasanya Daniel seperti lebih tua puluhan tahun. Kedua, Daniel tidak menyangka Will akan menanyakan piercing di telinganya.

"Sakitnya waktu dipasang sekali aja sih. Habis itu udah nggak kerasa apa-apa. Kenapa emang?"

"Pengen pasang piercing deh, tapi pasti nggak dapat izin. Padahal kan pengen juga keren kaya lo."

"Lo, lo muji gue?"

"Ya emang lo keren. Ganteng. Gaya lo stylish banget. Itu fakta."

Kinara tertawa melihat ekspresi bingung Daniel menanggapi Will. Daniel pasti terkejut dengan keunikan manusia bernama Will ini.

"Iya juga, gue keren. Pantes Kinara mau sama gue. Betul." jawab Daniel sekenanya.

Kinara makin terbahak.

"Sayang, please. Aku malu. Nggak pernah dipuji gitu sama cowok."

Kinara masih tertawa menanggapi ujaran kekasihnya. Tawa Kinara baru berhenti ketika Will menjatuhkan sendok ke lantai yang menimbulkan bunyi agak keras.

"Sorry, sorry. Nggak sengaja."

"Nggak papa, aku mintain sendok baru, ya." Dengan sigap Kinara mengambil sendok Will yang jatuh kemudian berlalu memanggil pramusaji.

Will terpaku menatap buku-buku tangannya yang masih terbuka, sedikit gemetar.

Will sangat yakin ia tadi sudah memegang sendok itu dengan erat, tidak mungkin bisa terjatuh. Will menggigit bibir. Ketakutan menjalari sanubarinya; bagaimana jika ia tidak bisa lagi memegang benda dengan benar?

Diam-diam Daniel mengamati perubahan raut Will.

"Will, you okay?"

Will gelagapan mendengar Daniel, mengembalikan kesadarannya ke dunia nyata.

"Nggak papa, Bang," jawab Will.

"Gue bisa bantu lo kalo pengen piercing. Nggak sakit sama sekali. Bahkan nggak berdarah," Daniel mencoba menghibur Will yang tiba-tiba berparas sendu.

"Serius, Bang? Emang ada, ya?"

"Ada."

"Syukurlah, gue takut darah soalnya. Cupu emang."

"Gue juga takut darah kok. Kita sama-sama cupu."

Will tersenyum.

Daniel lega. Setidaknya setelah bertemu Will, ketakutannya sama sekali tak beralasan. Ternyata kecemburuannya juga tidak pada tempatnya. Daniel merasa tidak perlu merasa khawatir akan adanya Will di antara ia dan Kinara. Justru ia pun ingin lebih dekat dengan anak itu.

Somewhere Over The Rainbow (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang