"Will, Theo mau nyanyi. Ajarin Theo nyanyi!"
Farah baru saja kembali dari menjemput Theo pulang sekolah. Anak itu merengek meminta bertemu Will yang pada akhirnya Farah turuti agar tidak ribut berkepanjangan.
Theo membawa ukulele, entah didapatnya dari mana.
"Theo udah punya gitar. Theo mau nyanyi."
Will yang baru saja mengumpulkan nyawa setelah tidur siang, mengerjapkan mata beberapa kali mendengar suara melengking Theo.
"Theo kenapa ke sini deh?" tanya Will, tanpa ditujukan khusus pada Theo ataupun Farah.
"Nggak kakak, nggak adik sama aja ngeyelnya kalo udah ada maunya. Nggak mau balik dia, katanya mau diajarin main gitar sama Will," omel Farah. Tampaknya hobi baru Farah adalah mengomeli kakak beradik itu.
"Dapat ukulele dari mana Theo?"
"Dari sekolah. Mereka mau ada pentas seni kenaikan kelas nanti. Theo ambil itu karena sama kaya gitar Will." Farah yang menjawab.
Will mengacak rambut Theo yang masih asyik memetik asal-asalan ukulelenya. Semoga senarnya tidak putus.
"Theo mau main lagu apa? Will ajarin."
"Beneran?" Mata Theo membulat antusias.
"Iya. Will ajarin Theo main ukulelenya."
"Lele?"
"Ini namanya ukulele, Theo."
"Lho, bukan gitar?"
"Bukaaan. Beda. Kalau gitar kaya punya Will itu. Punya Theo ini ukulele." Will menunjuk ke arah gitarnya yang berada di atas sofa, bermaksud membandingkan agar Theo paham perbedaan fisik gitar dengan ukulele.
"Theo mau gitar aja. Nggak mau lele. Theo mau yang kayak Will."
Theo meletakkan—sebenarnya hampir melemparkan—ukulele ke arah Will di ranjang. Untungnya Will sigap menangkap benda itu sehingga tidak mengenai wajahnya. Theo sendiri berlari ke sofa dan mengelus-elus tas gitar Will.
"Nanti kalau udah gede aja Theo main gitar. Sekarang ini dulu. Nggak kuat Theo kalau bawa gitar. Berat," jelas Will.
"Theo bisa kok. Theo udah gede sekarang!"
Will menarik napas melihat adik satu-satunya itu yang selalu saja kepala batu. Farah turut geleng-geleng kepala.
"Ayo, Will ajarin Theo!" tukas Theo lagi.
Mau tak mau, Will pun bangkit dari ranjang dan beranjak menuju ke sofa. Dibukanya tas hitam yang menjadi pelindung gitarnya. Theo bersorak gembira melihat Will mengeluarkan benda berwarna cokelat dengan beberapa tempelan stiker itu.
"Theo mau main lagu apa?"
Theo tampak berpikir sejenak. Menghadapkan kepala ke atas dengan satu tangan bersendekap, sedang tangan satunya berada di bawah dagu. Tampak berpikir keras. Will tersenyum sendiri melihat tingkah adiknya yang menggemaskan—meskipun terkadang menyebalkan.
"Baa baa black sheep!" seru Theo.
Will mengerutkan dahi. Baa baa black sheep? Lagu apa itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere Over The Rainbow (END)
FanfictionWill bertemu Kinara ketika usianya sudah di ujung tanduk. Kinara memberikan cahaya kehidupan baru bagi Will; menghadirkan kisah dan orang-orang baru untuk mewarnai hari-hari Will yang sebelumnya kelabu. Bagi Will, Kinara dan gitar adalah bahagianya...