Chapter 13.

301 31 6
                                    

Daniel ingin mengajak Will ke suatu tempat, untuk bertemu dengan seseorang.

"Gue mau penuhin satu lagi bucket list lo."

Demikian yang diucapkannya. Will pun dengan penuh bujuk rayu meminta izin kepada Dokter Indra agar bisa pergi bersama Daniel. Setelah meyakinkan sang dokter bahwa Will akan jaga diri dan mereka tidak akan pergi terlalu lama pun terlalu jauh, izin berhasil dikantongi.

"Ke mana sih, Bang?" Penasaran Will bertanya pada Daniel yang tengah mengemudi.

"Udah lo ikut aja. Pasti bakal seneng."

Will pun mencoba percaya Daniel tidak membawanya ke tempat yang aneh-aneh, untuk melakukan hal di luar nalar.

*

Will dan Daniel tiba di sebuah ruangan milik seseorang yang sepertinya teman Daniel.

"Kenalin, gue Farel."

Will menyalami canggung teman Daniel itu.

Ya, Farel. Mereka tengah berada di dalam kamar Farel yang sebenarnya lebih berbentuk seperti studio musik mini. Ada gitar akustik, gitar elektrik, keyboard, bahkan drum disusun rapi di sudut ruangan yang lengkap dengan mikrofon. Benar-benar seperti studio musik. Will takjub melihatnya.

"Gue inget ada satu wishlist lo buat kolaborasi main musik sama orang terkenal. Nah, ini dia orangnya. Dia orang terkenal," jelas Daniel.

Will cengo, Farel cengo. Daniel ingin sekali tertawa melihat reaksi keduanya.

"Wait wait, maksudnya apaan?" tanya Farel.

"Gini, Rel. Kinara belajar gitar tuh sebenarnya biar bisa main musik sama anak ini, Will. Kebetulan Will ada satu wishlist buat main musik bareng sama orang terkenal. Makanya dia gue bawa ketemu lo."

"Gue? Gue orang terkenal dari mananya sih, Daniel gila?" Farel masih protes, sedangkan Will setia dengan ekspresi cengonya.

"Terkenal lah, IG lo followersnya udah 100K lebih. Lo sendiri yang bilang itu followers organik, bukan beli. YouTube lo subscribersnya juga dah ribuan. Tiktok lo apalagi, fyp mulu. Meskipun kontennya galau terus sih."

Ingin sekali Farel menampol manja Daniel dengan gitar elektriknya yang mahal. Namun, Farel tidaklah setega itu. Ia terlalu sayang dengan gitarnya.

"Lo kalo ngomong emang tampolable banget, asli."

"Ya intinya lo orang terkenal, Farel. Udah nggak usah protes."

Farel mengunci leher Daniel dengan lengannya, terlalu tak paham dengan sikap pacar Kinara itu yang memang suka random.

Will hanya tertawa kecil melihat tingkah dua manusia yang berusia sekian tahun di atasnya itu, tapi sekarang tampak seperti bocah TK yang sedang berkelahi.

"Rel, udah udah."

Susah payah Daniel melepaskan diri dari lengan kuat Farel yang "memeluk mesra" lehernya. Farel pun melepaskannya.

"Gue mau jemput Kinara dulu. Lo main sama Will, ya. Nitip. Jangan diapa-apain. Gue ke sini lagi paling sejam, kalo nggak macet."

"Emang mau gue apain sih astaga. Udah sana pergi aja lo, take care on the way."

Daniel pun berpamitan kepada Will dan Farel lantas berlalu keluar kamar.

Suasana kamar sunyi sejenak, hanya ada Will dan Farel—dan detikan jam analog yang mengisi keheningan.

*

"Jujur gue nggak terlalu paham maksudnya Daniel apaan. But nice to meet you, Will."

Somewhere Over The Rainbow (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang