Will mendapat dua kejutan saat bangun pagi itu. Pertama, kejutan berupa tubuhnya yang terasa sakit di sana-sini. Tak ada yang bisa Will lakukan, selain tetap berbaring. Kedua, kejutan berupa suara petikan gitar diiringi suara halus yang terdengar familier menyanyikan lirik pelan.
I see skies of blue
And clouds of white
The bright blessed day
The dark sacred night
And I think to myself
What a wonderful worldWill menggerakkan matanya melihat ke arah lain, ke asal suara. Tampak satu orang yang tengah memangku gitar, sedang satunya lagi duduk mengamati. Will masih dapat mengenali keduanya dengan jelas meski tampak dari belakang. Hanya tidak menyangka.
"Kai? Kak Kin?" panggil Will.
Senandung lembut dan petikan gitar berhenti terdengar. Kai meletakkan gitarnya di sofa lantas mendekat ke ranjang Will, demikian pula Kinara.
"Hai, Will? Gimana? Lebih baik?" tanya Kinara dengan dahi mengernyit—yang sejujurnya Will ingin tertawa melihatnya, karena wajah Kinara jadi tampak lucu.
"Hai, Kak Kin. I'm okay. Kak Kin apa kabar?" balas Will.
"Never been better. Maaf ya, baru sempat mengunjungi Will lagi. Lega melihat kamu udah bangun. Kata Tante tidurnya kelamaan."
Will menjawab dengan senyuman simpul. Ia mengalihkan pandangan kepada Kai yang masih berdiri di sebelah Kinara.
"Kok kalian bisa barengan gini?" tanya Will.
"Iya kebetulan gue nyampe duluan. Capek liatin lo tidur, untungnya ada Kak Kinara buat nemenin ngobrol. Terus ya udah kita random aja main gitar, nyanyi-nyanyi. Sorry kalo jadinya bangunin lo," terang Kai.
Will menggeleng. "Gue malah kayak denger lullaby. Jadi pengen tidur lagi. Udah lama nggak denger lo nyanyi selembut itu."
"Yang bener aja lo, baru aja bangun masa tidur lagi?" protes Kai.
"Haha, enggak kok. Gue mau ikutan nyanyi sama kalian. Boleh bantu ke sofa?" pinta Will sembari mengangkat kepala. Dengan susah payah. Will merasa kepalanya berat dan pusing secara bersamaan. Namun, ditahannya dengan memejamkan mata sejenak.
"Will, istirahat di sini dulu aja, ya." Sergah Kinara.
"Capek Kak Kin tidur terus, di ranjang terus. Pengen bangun. Tolong bantu, ya."
Kinara bertukar pandang dengan Kai. Kai mengangguk meyakinkan, sebelum kemudian berpindah tempat lebih dekat dengan Will. Berniat membantu anak itu untuk bangun dari ranjangnya.
"Ya udah ayo gue bantu. Tapi gue gendong aja ya ke sofanya. Nggak usah jalan dulu, nanti pusing."
Kai membantu Will bangkit perlahan dari ranjang. Mengalungkan kedua tangan sahabat kecilnya itu ke leher, lantas menumpukan tubuh Will ke punggungnya. Kai berdiri dan dengan hati-hati menggendong punggung Will menuju sofa tempatnya duduk bersama Kinara tadi.
Kai tersenyum kecut merasakan betapa ringannya tubuh Will. Sependek ingatan Kai, Will punya tubuh yang atletis. Tinggi dan sehat. Apalagi anak itu dulunya bergabung di tim basket sekolah—yang sampai menimbulkan konflik dengan Kai. Sejak kapan tubuh Will jadi seringkih ini? Kai makin merasa bersalah atas absennya ia dari kehidupan Will beberapa waktu terakhir, dan justru baru hadir kembali saat keadaan Will sudah seperti ini.
"Sorry ya, Kai. Gue merepotkan," bisik Will sendu.
"Apaan dah. Cuman ginian doang."
Perlahan Kai menurunkan tubuh Will di sofa, sementara Kinara memosisikan bantal di tepian sofa agar Will lebih nyaman saat duduk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere Over The Rainbow (END)
FanficWill bertemu Kinara ketika usianya sudah di ujung tanduk. Kinara memberikan cahaya kehidupan baru bagi Will; menghadirkan kisah dan orang-orang baru untuk mewarnai hari-hari Will yang sebelumnya kelabu. Bagi Will, Kinara dan gitar adalah bahagianya...