Chapter 20.

326 27 0
                                    

Kinara melihat Will sedang berada di taman tengah rumah sakit. Duduk di atas kursi roda dan dikerubungi beberapa anak kecil yang menatapnya antusias saat memainkan gitar dan bernyanyi pelan. Kinara tersenyum melihatnya. Ia melangkahkan kaki mendekat agar bisa ikut menikmati alunan musik Will.

Somewhere over the rainbow
Bluebirds fly
And the dreams that you dream of
Dreams really do come true

Suara lembut Will sekali lagi berhasil membawa Kinara menelusuri kepingan kenangan saat mereka bertemu pertama kali. Lagu yang sama, yang berhasil memikat Kinara untuk ingin tahu Will lebih jauh.

Someday I'll wish upon a star
Wake up where the clouds are far behind me
Where trouble melts like lemon drops
High above the chimney tops that's where
You'll find me

Ah, Kinara dihampiri perasaan itu lagi. Perasaan hangat yang tidak Kinara mengerti menyapa relung hatinya. Selalu suara Will dan petikan gitarnya berhasil menghadirkan segenap rasa yang menenangkan.

Somewhere over the rainbow
Bluebirds fly
And the dream that you dare to
Oh why, oh why can't I?

Will menutup lagunya dengan petikan halus. Tepuk tangan penuh keceriaan dari anak-anak yang menyaksikan pertunjukan mini tersebut memantik seulas senyuman manis yang sempat absen dari paras tampan Will beberapa hari ini. Will akhirnya tersenyum lagi.

"Lagi, Will, lagi!"

"Will mau lagi. Twinkle Twinkle Little Star."

"Will, Will. Aku mau main gitar jugaaa!"

"Enggak, aku dulu. Kamu nggak bisa."

"Akuuu!"

Mata Will menyipit dalam tawa menyaksikan tingkah anak-anak kecil yang juga pasien di Helmina. Mereka sudah lama mengenal Will, anehnya sejak awal langsung saja memanggil "Wil, Will" tanpa ada tambahan "Kakak" atau sejenisnya. Padahal rata-rata usia mereka tujuh sampai sepuluh tahun, cukup jauh jaraknya dengan Will. Namun, Will sendiri tidak masalah dengan itu. Hanya terkadang ia pura-pura pundung karena tidak dipanggil Kakak.

"Nala, Rio. Udah jangan ribut mulu."

"Will sih nggak mau ajarin!"

"Lah? Malah aku yang kena?"

Riuh anak-anak kembali saling bersahutan hingga Will tak bisa mendengar jelas siapa sedang berkata apa.

"Adik-adik, udah dulu ya. Kita mainnya besok lagi. Will capek, mau balik ke kamar."

"Yaaah ...." helaan kekecawaan kompak terdengar.

"Kalian juga balik kamar sana. Istirahat, udah sore. Nanti dicariin," lanjut Will.

"Enggak mau di kamar. Bosen," sahut salah seorang anak yang diikuti persetujuan anak-anak lain.

"Iya. Nggak enak di kamar."

"Kamarku bau obat. Bikin pengen muntah."

"Kamarku bau stroberi abis dibersihin Mama. Tapi aku nggak suka di kamar."

"Ya sudah kalo mau tetep di sini. Tapi Will balik dulu, ya."

"Yah ... iya deh. See you, Will."

"See you, Will. Besok lagi, ya!"

Will melambaikan tangan kepada anak-anak itu, kemudian memasukkan kembali gitar ke tasnya dan membawanya di punggung. Agak susah sebenarnya karena ia duduk di kursi roda, tapi mau jalan kaki pun tidak bisa karena ia hanya kuat beberapa meter saja.

"Butuh bantuan?"

Tau-tau Kinara sudah berada di hadapan Will, menyodorkan tangan hendak membantu membawakan gitar Will.

Somewhere Over The Rainbow (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang