Will berada di dalam mobil Daniel, usai janji keduanya untuk makan di luar. Secara konteks, Will lebih seperti melarikan diri dibantu oleh Daniel. Will hanya menyampaikan "keluar sama Bang Daniel" kepada bundanya dan berlalu begitu saja bahkan sebelum sang bunda memberi izin.
Bukan sikap yang baik, Will paham. Sekarang pun ia dipenuhi perasaan bersalah, tapi sekali lagi ia juga tak paham mengapa bersikap demikian.
"Abis tengkar sama Bunda? Kusut banget muka lo?" tanya Daniel.
"Bukan tengkar, guenya aja yang bandel."
"Jangan lama-lama pundung sama Bunda, nggak baik."
"Iya, Bang. Ntar gue minta maaf kalo udah nggak bete."
"Nah, gitu dong, anak baik."
Will tersenyum tipis.
"Omong-omong, mobil lo ganti, Bang? Kayaknya dulu warna putih nggak sih? Ini mewah bener berasa mobil CEO."
Daniel tertawa mendengar komentar Will.
"Iya bener. Ini mobil bokap, tadi abis anter bokap ada acara deket rumah lo. Makanya sekalian mampir."
"Oh, pantes. Beneran mobil CEO ternyata."
Daniel tertawa lagi.
"Gue belum kuat beli mobil sekelas Lamborghini, Will. Baru kuatnya Yaris putih yang udah butut itu. Doain gue lah biar cepet kaya raya, cepet meminang Kinara juga kalo udah mapan."
"Gila lo."
"Ada lagi orang minta doain malah dikata gila."
"Amin, amin. Semoga Bang Daniel cepet kaya raya, cepet ngelamar Kak Kin. Punya anak banyak, harta nggak habis tujuh turunan. Hidup bahagia selama-lamanya. Amin."
Daniel terbahak mendengar doa Will. "Kocak, lo, but thanks."
"Cepet nikah, Bang. Kalo kelamaan, gue takut nggak bisa dateng ke nikahan lo sama Kak Kin."
"Kenapa ngomong gitu? Tega bener lo nggak dateng padahal yang nikah gue sama Kinara!"
Alih-alih menjawab, Will hanya tersenyum simpul dan menyandarkan kepala ke jendela. Mobil mewah memang terbaik, Will tidak merasakan guncangan sama sekali saking mulusnya mobil ini melaju di jalanan.
Daniel yang melihat Will memalingkan muka, paham bahwa Will tak ingin lagi membahas perihal tersebut. Ia pun mengalihkan pembicaraan.
"Lo mau makan apa, Will?" tanya Daniel.
"Sebenarnya gue nggak laper, Bang. Nggak nafsu makan juga."
"Lah, tadi katanya laper? Sampe ngeburu-buruin orang Ya Tuhan."
"Gue pengen keluar dari rumah cepet aja. Sorry udah ngerepotin."
"Astaga ... lagi pundung beneran ini anak. Ya udah, ikut gue ke kang cukur dulu gimana? Abis itu makan. Itung-itung lo ngabisin waktu biar nggak di rumah."
"Ngapain ke kang cukur? Ngeledek gue yang botak lo?"
"Ya ampun, jelek mulu pikiran lo ke gue. Gue mau rapiin rambut, udah kepanjangan belakangnya. Dan sorry kalo bikin lo tersinggung. Nggak ada maksud, Will, sumpah."
Will terkekeh.
"Santai, Bang. Gue ngikut lo aja mau ke mana. Udah makasih banget lo bawa gue keluar."
"Oke deh, gas ke sana."
Will mengangguk saja. Daniel pun melajukan mobil mewah—papanya—dengan kencang menuju tempat cukur langganannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere Over The Rainbow (END)
FanfictionWill bertemu Kinara ketika usianya sudah di ujung tanduk. Kinara memberikan cahaya kehidupan baru bagi Will; menghadirkan kisah dan orang-orang baru untuk mewarnai hari-hari Will yang sebelumnya kelabu. Bagi Will, Kinara dan gitar adalah bahagianya...