Chapter 4.

519 46 0
                                    

Will selalu merasa nyaman bersama Kinara. Will sendiri tak paham apa sebabnya. Mungkin karena Kinara benar-benar menjaga tutur katanya jadi tak pernah sekalipun terselip ucapan yang menyakiti hati Will.

Mereka semakin sering bertemu, kebanyakan di taman rumah sakit. Selebihnya kadang di koridor rumah sakit, atau di kursi lobi rumah sakit. Ya, memang hanya berkutat di lingkungan rumah sakit mengingat Will juga tak diizinkan pergi terlalu jauh.

Kurang lebih sebulan telah berlalu sejak pertama kali mereka berjumpa di tangga koridor. Kinara jadi tahu bahwa Will tidaklah sependiam ketika baru kenal. Sebaliknya, Will sangat usil dan otaknya penuh hal-hal di luar nalar—menurut Kinara.

Seperti hari ini, misalnya. Will meminta Kinara membelikannya obat penumbuh rambut. Alasannya, Will ingin punya rambut gondrong. Kinara tak terlalu paham, tapi toh ia menurut saja.

Hari itu Kinara kembali mengunjungi Will di rumah sakit, taman rumah sakit lebih tepatnya. Namun, sejam lebih, Kinara tak melihat batang hidung anak itu.

"Kinara, ya?"

"Ah, Suster Diana."

Kinara kenal dengan suster ramah itu. Suster yang sering kali mengejar dan menjemput Will untuk minum obatnya.

Oh ya, sejujurnya Kinara belum tahu pasti Will sakit apa. Selama ini mereka hanya saling bincang tentang hal random ketika bertemu. Musik, kehidupan kampus, binatang—ternyata Will suka anjing—atau makanan enak.

Kinara pun tak pernah menanyakan perihal Will, meskipun ia tahu Will adalah pasien di rumah sakit ini—Will sering mengenakan piyama pasien. Kinara tak ingin membuat Will merasa tak nyaman diakibatkan rasa penasarannya.

"Will masih kemo, mungkin setelah ini selesai. Biasanya tidak selama ini, tapi karena ini sesi terakhir jadi agak lama."

Kinara mengerutkan dahi.

Kemo?

"Kinara bisa ke lantai 4, bangsal sebelah kiri. Di sana ruangan Will setelah dia kembali. Tunggu saja, sepertinya dia akan butuh teman," ujar Suster Diana lantas izin untuk pergi melanjutkan pekerjaannya.

Kinara bangkit dan memutuskan untuk pergi ke tempat yang dimaksud Suster Diana.

Lantai 4 bangsal sebelah kiri.

*

Kinara bukannya tidak sadar ia sedang berada di rumah sakit kanker, lebih tepatnya khusus kanker anak. Namun kebersamaannya dengan Will, dan anak itu yang selalu tampak baik-baik saja membuat Kinara sejenak lupa bahwa Will adalah pasien di sana.

Memasuki bangsal yang dimaksud, Kinara menahan napas. Ia tidak pernah tau secara nyata bahwa anak-anak bisa menjadi penyintas kanker. Kinara mengamati mereka yang berada di koridor.

Anak-anak dari berbagai usia, dengan "penampilan" mereka yang beragam. Sebagian besar dari mereka sama: tidak tersisa lagi helai rambut di kepalanya. Ada yang menggunakan penutup kepala, ada yang pakai jilbab, ada yang dibiarkan terbuka. Kinara tersenyum pahit membalas beberapa anak yang tersenyum melihatnya.

Kinara berhenti di sebuah ruangan ketika dilihatnya nama Will terpasang di pintu luarnya. Wah, anak itu bahkan punya ruangan sendiri di rumah sakit ini. Kinara hendak membuka pintu ketika pemandangan yang tampak oleh matanya membuat gadis itu berhenti.

Will sedang berbaring di ranjangnya. Tidak, bukan berbaring. Anak itu tampak sedang kewalahan mengeluarkan isi perutnya dengan dibantu oleh sang bunda.

Kinara bimbang, ia harus masuk atau tidak. Gadis itu mengalihkan pandangan, tak sanggup melihat. Namun, ia ingin bertemu Will. Harus bagaimana?

Kinara memandang lagi ke dalam ruangan. Kali ini matanya bertemu dengan mata sayu Will yang menatapnya dari kejauhan.

Kinara salah tingkah. Ia tidak tahu apakah boleh baginya untuk masuk atau pura-pura saja tidak melihat dan pergi, lantas kembali lagi nanti.

Di sela perasaan dilema Kinara, seorang wanita yang tampak seusia dengan bundanya, menghampiri Kinara.

"Kinara, ya?" sapanya.

"I-iya, Tante."

"Will baru selesai kemo, jadi efeknya belum hilang. Mau jenguk dia?"

"Ehm, sepertinya lebih baik Will istirahat dulu, Tante. Saya kembali lagi nanti. Atau besok. Takut ganggu Will."

Bunda Will mengangguk pelan.

"Ya sudah, kalau begitu saya masuk lagi, ya. Silakan Kinara datang lagi. Will akan sangat senang."

Kinara membalas dengan senyuman simpul, kemudian pamit. Sebelum benar-benar pergi, ia sempat melihat Will di dalam ruangan yang telah berbalik posisi sehingga hanya tampak punggungnya saja.

Kinara mengusap wajah. Ya, ia akan berkunjung lagi besok. Semoga Will sudah baik-baik saja.

***

Somewhere Over The Rainbow (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang