Chapter 34.

444 21 9
                                    

Will sudah duduk manis di ranjang kamarnya. Menyaksikan sang bunda yang merapikan barang-barang untuk acara ke pantai mereka esok hari.

"Will tidur aja, ya. Bunda udah siapin semuanya, udah beres. Besok pagi kita tinggal berangkat. Oke?" Martha mengecup kening Will untuk mengantarkan putra sulungnya itu beranjak tidur.

"Ya, Bunda. Makasih ya Bunda sama Ayah udah kasih izin. Will nggak sabar pengin besok."

"Ya, Sayang. Udah, bobo, ya."

Martha mengangkat selimut setinggi leher Will. Namun kemudian, pintu kamar Will terbuka tiba-tiba. Theo masuk sambil bersungut-sungut.

"Theo kenapa, Sayang?" tanya Martha.

"Bunda, Theo boleh tidur sama Will malam ini? Malam ini aja kok," jawab Theo.

Martha menoleh pada Will, mencoba meminta jawaban. Will mengangguk. Kemudian memberikan sedikit ruang di sisi sebelah kirinya untuk menjadi tempat Theo tidur.

"Nggak papa, Bunda. Will tidur sama Theo malam ini," ujar Will.

"Ya sudah kalau begitu. Theo lekas bobo juga, ya. Jangan nakalin Will. Jangan ndusel-ndusel banget ke Will, nanti Will kehabisan tempat terus jatuh," pesan Martha sembari mengusap kepala Theo.

"Siap, Bunda. Theo nggak akan nakalin Will."

"Pintarnya anak Bunda!"

Tanpa babibu, Theo beranjak mengambil posisi di sebelah Will. Ia menelungkupkan wajah di balik selimut, kemudian memiringkan tubuh menghadap sang kakak yang berada tepat di sebelahnya.

"Selamat tidur, sayangnya Bunda." Martha mengecup kening Theo dan Will bergantian, lantas keluar dan menutup pintu.

Begitu sang bunda keluar, Theo bukannya memejamkan mata, malah menatap Will lekat-lekat sampai Will mengerutkan dahi keheranan.

"Kenapa, Theo?"

"Will."

"Hm?"

"Theo boleh peluk Will?"

"Hah?"

"Theo boleh peluk Will?"

Will mengangguk saja. Lagi-lagi Will dibuat tak paham dengan tingkah Theo yang sangat berbeda dari biasanya.

Begitu mendapat sinyal anggukan dari Will, Theo merentangkan kedua tangannya ke tubuh Will yang terbalut selimut-sedangkan Theo tidak pakai selimut.

"Will sama Theo terus, ya. Will jangan ke mana-mana," bisik Theo di dekat telinga Will, yang sebenarnya membuat Will merasa geli. Pada akhirnya, Will turut merentangkan tangannya memeluk tubuh gembul Theo.

"Will nggak ke mana-mana, Theo."

"Theo sayang Will."

" ... "

"Theo pokoknya mau sama Will terus. Theo sayang Will. Will jangan ke mana-mana. Theo mau sama Will. Theo sayang Will."

Will kian bingung dengan ucapan Theo. Namun, ia bisa merasakan kehangatan dan ketulusan dari setiap kata yang adik kecilnya ucapkan. Meskipun kata itu diucapkannya berulang-ulang, Will bisa merasakan kesungguhan Theo.

"Will sayang Theo. Will nggak akan ke mana-mana."

"Beneran, ya? Will nggak boleh pergi kalo nggak sama Theo."

"Iya ... besok kan perginya sama Theo juga. Udah ya, Theo bobo. Udah malem. Besok kita bangun pagi."

Will mengusap rambut Theo, berharap adiknya itu bisa kembali ke posisi tidurnya seperti semula dan lekas memejamkan mata.

Somewhere Over The Rainbow (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang