Chapter 25.

256 20 0
                                    

Pada akhirnya, acara kabur Will dari rumah hanya berupa menemani Daniel potong rambut di barbershop mewah. Tak ada kegiatan makan di luar sama sekali karena Daniel segera mengantarkan Will pulang begitu melihat anak itu semakin lemas dan mimisannya tak kunjung berhenti.

Begitu tiba di rumah, bunda Will menyambut dengan segenap raut kekhawatiran yang membuat Daniel kian merasa bersalah. Beruntungnya bunda Will tak menyalahkan siapa pun, karena memang tidak ada yang salah—selain Will sendiri yang bandel.

Will langsung menutup mata begitu tubuhnya sudah merebah di atas ranjang. Mimisan sangat banyak membuatnya tak bertenaga. Lelah sekali, padahal ia tidak mengerjakan apa pun yang menyita energi.

Lantas Will teringat sesuatu.

Kai.

Dia sudah kembali ke Indonesia? Terry bilang Kai baru ke sini pertengahan Agustus? Ini baru pekan pertama Agustus dan mengapa Kai sudah di sini? Apa yang tadi dipikirkan Kai saat melihatnya bergumul dengan darah? Apakah Kai masih marah padanya? Kai tadi tidak terlihat antusias ataupun bergembira saat bertemu dengan Will.

Ah, Will jadi overthinking sendiri gara-gara pertemuan tak terduganya dengan kawan lama yang dirindukannya. Dan mengapa harus bertemu di kamar mandi barbershop dari sekian banyak opsi tempat di dunia ini?

Kepala Will makin pening. Ia ingin tidur saja.

*

"Hai, Will. Apa kabar?"

Kinara berkunjung ke rumah Will. Menghampiri laki-laki 16 tahun itu yang tengah terbaring di sofa dengan satu tangan tertancap infus. Will tampak sedang menonton tayangan televisi, meskipun sebenarnya ia tidak fokus pada tontonannya sama sekali.

"Hai, Kak Kin. Long time no see. Kak Kin baik?" sapa Will dengan senyuman.

"Baik, dong. Maaf ya baru sempat datang lagi. Baru selesai ujian nih. Sekarang tinggal liburannya. Bisa main-main sepuasnya." Kinara duduk di sofa sebelah Will, membantu anak itu bangkit setengah duduk.

"Senangnya udah liburan."

"Akhirnya, setelah berpusing ria. Oh iya, aku bawa makanan. Ada yang manis dan buah juga. Tapi nggak yakin kamu bisa makan, jadi sepertinya buat Bunda aja, ya."

"Wah, jadi ngerepotin. Makasih ya, Kak. Boleh tolong taruh di meja sebelah, Kak? Nanti biar Bunda beresin. Aku lagi loyo banget nggak bisa berdiri hehe."

"Okay, Will. No big deal. Istirahat aja di situ."

Kinara bangkit dan meletakkan bingkisan yang dibawanya ke meja makan keluarga di ruangan sebelah. Sembari berjalan kembali ke arah Will, bisa dilihatnya anak itu sempat memejamkan mata.

"Will, aku ganggu istirahatnya kah? Kayaknya kamu butuh tidur."

Will mengerjapkan mata beberapa kali, menjaganya agar tetap terbuka. Kinara sudah jauh-jauh dan repot-repot meluangkan waktunya untuk berkunjung, mana mungkin Will tinggal tidur begitu saja. Kendati matanya terasa berat dan tubuhnya tak kuat ia gerakkan lagi.

"Maaf ya Kak Kin. Padahal udah jauh-jauh ke sini, aku nggak bisa bener-bener nemenin."

"No worry, Will. Udah kamu istirahat aja kalo ngerasa capek. Kelihatan pucat banget."

"Beberapa hari ini emang lagi mode loyo, Kak. Nggak bisa makan sama sekali, jadinya lemes. Mana sampe diinfus lagi, efeknya itu loh jadi lesu, ngantuk, lunglai, nggak jelas deh 5L banget pokoknya," terang Will.

"Ya ampun, semoga segera membaik ya, Will. Kamu kalo butuh tidur, tidur aja nggak papa. Beneran. Aku temenin di sini," Kinara membenahi posisi bantal yang disandari Will, sambil mengangkat selimut agar menutupi separuh tubuh laki-laki itu.

Somewhere Over The Rainbow (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang