Chapter 15.

309 28 2
                                    

Will membelalakkan mata begitu dilihatnya Kinara datang dengan wajah sangat ceria ... dan menggendong makhluk berbulu berwarna putih. Anjing? Kucing?

"Kak Kin, itu apa?" tanya Will keheranan.

Mereka tengah berada di taman dekat rumah sakit, menikmati waktu sore usai Will menjalani serangkaian tes kesehatan dan merasa bosan hingga ingin keluar sebentar dari bangunan besar beraroma obat itu.

Kinara izin menemani dan ternyata ia tidak hadir seorang diri, melainkan bersama makhluk berbulu putih lebat itu. Seekor kucing mix-dom.

"Halo, Kak Will. Namaku Lizzy." Kinara mengangkat satu tangan kucing yang digendongnya, seolah-olah tengah say hi kepada Will.

"Iya iya, halo Lizzy. Namamu bagus sekali." Will tersenyum dari baik maskernya, turut mengangkat tangannya say hi untuk menghormati sapaan Lizzy.

"Nama panjangnya Elizabeth. Panggilannya Lizzy, biar nggak kepanjangan," terang Kinara.

"Astaga, Kak Kin! Bagus bener nama kucing." Will terkekeh.

"Daniel yang kasih nama. Menurutku bagus, jadi aku setuju aja namain dia Elizabeth alias Lizzy."

"Bang Daniel ngaco bener kalo kasih nama."

"Bagus tapiiii! Awalnya aku mau kasih nama Pocky malah diketawain Daniel."

"Lha iya, kaya nama jajanan minimarket."

"Kan kan? Daripada diledekin mulu, yaudah aku setuju Lizzy aja. Udah paling bagus itu."

"Iya Kak iyaaa, bagus. Kebagusan malah! Untung kamu nggak tinggal di UK, bisa-bisa kena tuntut karena kasih nama kucing kaya nama ratu."

"Sembarangan, banyak kok yang nama peliharaannya Lizzy!"

"Iyaaa deh asal Kak Kin bahagiaaa," ujar Will pada akhirnya, mengalah.

Kinara tertawa dan mendekat pada Will yang tengah duduk di bangku taman. Kinara mengambil posisi di samping Will, dengan Lizzy memeluk manis lengannya, tetapi hissing begitu melirik ke arah Will. Sepertinya Lizzy belum ingin akrab dengan Will.

Will tampak memperhatikan Lizzy lekat-lekat. Matanya berbinar. Namun, Will tidak menyentuh Lizzy sama sekali.

"Cantik, ya Kak?" puji Will.

Pandangan laki-laki itu tidak lepas dari menelusuri setiap inchi si makhluk mungil, dari pangkal kumis hingga ujung ekor. Bulu putihnya yang mulus dengan sedikit kemerahan di lekukan kuping. Pawnya yang merah muda tampak bersih, terlihat jelas Lizzy terawat dengan baik.

"Iya, cantik banget. Percaya nggak dulu dia tuh waktu awal di-rescue, kondisinya parah banget. Banyak jamur, scabies, mata dan hidung dia berair."

"Oh ya? Aku kira emang dari awal udah jadi kucing rumahan yang full perawatan. Bersih banget abisnya."

"Ehm ... ini aku baru adop juga sih sebenarnya. Awalnya cari yang anakan dom, tapi nggak ketemu yang warna putih. Adanya dia mix-dom persia. Di-rescue sama induknya di deket hutan waktu masih kecil, sepertinya dibuang. Sekarang induknya udah mati, jadi Lizzy sendiri."

"Ah ... kasian juga ya. Tega yang buang."

"Iyaa, kenapa nggak ditaruh shelter aja gitu, kenapa harus dibuang di hutan."

"Manusia emang gitu, Kak. Suka jahat. Padahal kucing itu makhluk paling menggemaskan. Dulu Theo juga pernah pelihara kucing, lucu banget dia warnanya putih juga."

"Oh ya? Theo suka kucing?"

"Suka banget dia. Tapi dulu cuma sempat pelihara kucing bentar, sampai sekarang nggak pelihara lagi."

Somewhere Over The Rainbow (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang