ᥬFelix X Stray Kids᭄
𝓓𝓮𝓼𝓴𝓻𝓲𝓹𝓼𝓲 : 𓆸Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh---insan-insan terbuang yang dirawat ketempat baru dan kemudian menjalani hidup baru dengan orang baru--Felixleon de Serra memang mengangkat mereka semua sebagai...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
....
FELIX —seolah menjadi pertanyaan—mengapa tragedi seolah terikat pada sosok itu—yang membuat hidup kian jadi kelabu—tak jelas hingga menggelap lebur bagai abu.
Felix tentang pernikahan atau keluarga menjadi kacau—layak untuk dikasihani atau melihat nya menangis kasihan— tatkala tangis berderai samar dari kamar di penghujung senja hari minggu—telah lama Minho fahami bahwa Felix memang telah hancur.
Menangis pada hari minggu dan jadi pecundang—kalah pada pasangan yang wafat ditinggal sendiri—hingga jadi sepi layaknya laksa yang dipaksa pergi—Felix telah meragu pada keluarga tapi dia bisa jatuh cinta—tentu karena dia kesepian akan cinta.
Felix itu sama seperti 𝙥𝙚𝙡𝙞𝙠.
Menangis bukan gayanya terlihat menyedihkan—namun hanya kelepasan saja—Felix lebih suka tertawa bodoh dari pada menangis karena kepalanya bisa sakit dan ia memproduksi cairan hidung yang berlebihan.
Namun dia berlagak kuat— dengan memamerkan kemampuan menembaknya yang sebenarnya tidak nyambung bagi Minho yang menganggap dia bocah
"Kamu benar-benar mengajakku berlatih menembak. " kata Changbin saat mereka memasuki lapangan luas milik kawanan militer.
Changbin itu keren dan seksi saat mencengkram orang lain—otot disekitaran tubuhnya membuat Felix jadi gerah dan merona—dia kesampingkan sejenak bayangan cabul dan menjelaskan bahwa kemampuan Changbin sudah sempurna untuk diajak menembak.
Bagi Felix—Changbin bisa saja melebihi kemampuan dirinya dalam menembak dengan kepintaran dan ototnya—setidaknya hatinya damai mengetahui ada penembak jitu dirumahnya.
"Apa kamu pernah menyentuh senjata seumur hidupmu? " Felix menunjuk deretan senjata di samping nya sekarang.
Changbin mengamati dengan telengan kepala—"aku pernah menembak sekali milik polisi yang mau menembakku juga—bagiku cukup membuatku kaget dan tertekan besar saat itu. "
Ia mengagumi bentuk pistol yang nampak gagah meski sudah bertahun-tahun ia berurusan dengan alat sialan tersebut.
"Serra? " seorang tentara malah mendelik pada Changbin. "Aku tidak mau kamu membuat kerusuhan lagi disini. " tekannya. Matanya nyalang. Pada Changbin. Yang hanya cuek. Mungkin telah mengenal baik siapa itu Changbin.
