ᥬFelix X Stray Kids᭄
𝓓𝓮𝓼𝓴𝓻𝓲𝓹𝓼𝓲 : 𓆸Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh---insan-insan terbuang yang dirawat ketempat baru dan kemudian menjalani hidup baru dengan orang baru--Felixleon de Serra memang mengangkat mereka semua sebagai...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
...
"OH ? " Minho seketika melengok karena ada suara seperti sesuatu terhempas diluar, baru saja dia berpaling sebentar-mendadak tulisan game over sebesar gaban langsung muncul di televisi.
"Ah! " itu bikin ia bersungut. "Kamu curang lagi! " tuduhnya pada Chaewon yang kini menghela nafas.
"Ini bukan tentang aturan, ini tentang kemampuan, " Chaewon menyingkirkan game konsolnya dan melipat tangan di dada, "Dan kemampuanmu sangat buruk Johansen, " katanya dengan muka meledek.
Sementara Minho dan Chaewon adu jotos. Jeongin berguling-guling di bawah meja sambil bermain dengan kawan-kawan plushie-nya, terkadang ada rasa-rasa penasaran karena terdengar banyak orang-orang jejeritan diluar.
Tapi dia tidak mau peduli karena ia sibuk membangun kerajaannya.
"Ah ini sudah waktu makan malam. " Chris berceletuk sambil memandang pintu ruang tengah yang terkunci, "Apa sudah selesai belajar nya? Felix harus makan. "
Changbin mendadak clueless, merengut adanya. "Kamu mau memberi makan anak-anak itu? "
"Bukan, mereka bisa disuruh pulang. " singkat Chris dan tergesa membuka pintu, lalu menyerit kemudian. "Hah? Dikunci dari luar? "
Chaewon seketika menengok, setelah sedikit menendang selangkangan Minho, hingga dia terguling, kemudian berteriak pada Chris. "Biarkan saja dulu. Felix sedang bekerja. Para orangtua akan marah bila anak-anak mereka tidak di-didik dengan benar. " dia berbohong.
Jadi Chris mencoba memahami dengan sesekali anggukan, yang lantas memasang senyum bingung pada paras segarnya, "Oh, jadi dia guru? " dia tanya kembali apa adanya.
Chaewon mengangguk dengan senyuman, namun tidak jadi berujar karena Minho sudah mencekik dari belakang.
"Fck dare you Johansen! "
Mereka saling mengumpat dari sofa dan Chris tidak perlu jawaban banyak. Dia kembali tersenyum pelan, lalu melepas pegangan pada pintu rumah.
Tidak jadi membuka, dan pergi dari sana.
Sementara di luar sudah tidak sesuai dengan apa yang Chris pikirkan adanya. Sebab tidak ada yang benar-benar dipelajari disini atau pun tidak ada istilah guru.
