part 22

34 7 0
                                    

⚠️FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️
Give me emoticon 🌹
Spam for NEXT!!!

~HAPPY READING~

Saat ini Alya dan Reynald berada di rumah sakit dekat dengan sekolah. Tak memungkinkan jika Alya dirawat segera di uks, karna peralatan medis pun tidak terlalu lengkap.

Sudah 10 menit yang lalu Alya siuman dari pingsannya dan gadis itu masih tampak syok sekaligus tak mau berbicara. Reynald yang di samping tempat gadis itu berbaring hanya bisa menghela napas sembari menunggu dokter dan teman-teman lainnya datang menjenguknya, setidaknya membuat Alya berbicara sedikit.

Lalu seseorang yang memakai baju putih khas rumah sakit, kacamata yang ia kenakan menambah aura cantiknya, serta stetoskop yang bertengger di leher, di belakangnya terdapat perawat yang mengikuti langkahnya masuk ke dalam ruangan Alya dirawat sementara.

"Hay, long time no see cantik, gimana kabarnya? Saya periksa dulu ya sama ganti cairan infus dulu." Kata dokter perempuan itu kepada Alya.

Kerutan di kening Rey tampak bahwa ia memberikan tanda tanya kepada situasi saat ini.

Setelah diperiksa dan cairan infus diganti, dokter tersebut beralih menatap Rey.

"Saya dokter yang dulu merawat Alya sebagai dokter pribadi keluarga Alexander juga." Kata dokter tersebut memperkenalkan diri. "Kamu temannya bukan? Reynald Dafian Ardana?" Tanyanya lagi membuat Rey terperanjat kaget meskipun ia berusaha membiasakan ekspresi wajahnya.

"Dokter kenal saya?"

"Saya Zoeya yang dulu merawat Alya saat amnesia." Lalu Reynald hanya ber-oh ria, ia memang tau jika Alya mengidap penyakit Amnesia, Localized Amnesia-kondisi seseorang yang lupa dengan semua peristiwa yang dia alami selama waktu interval tertentu. Namun lelaki itu tidak tau pasti siapa yang merawat Alya saat itu.

"Saya melihat data seluruh orang yang pernah hadir di hidupnya, itu membantu saya untuk memulihkan keadaannya."

"Apakah itu cukup dijadikan alibi?" Mendengar penuturan Dokter David, Reynald merasa ada yang menjanggal.

"Perusaahan milik ayahnya, mungkin terdengar klise, namun kamu bisa mencari tau sendiri nanti. Saya yakin kamu orang yang tepat untuk membantu Alya dari masalah ini." Papar Dokter David menjelaskan dengan penuh harapan kepada Reynald.

"Saya usahakan." Rey mengangguk sementara David hanya tersenyum tipis simpul.

"Baiklah, saya tinggal dulu ya, kalau ada apa-apa bilang aja, saya mau urus pasien yang lain." Ujarnya

"Baik dok terimakasih." Lalu Dokter David bersama perawat di sampingnya itu keluar kamar.

"Gimana neng, udah enakan?" Tanya Rey, sedang yang ditanya hanya menatap malas.

"Agak pusing." Rey tersenyum tipis, lalu ia lebih mendekatkan dirinya ke hadapan Alya.

"Gue punya tebak-tebakan nih, tapi karna lo masih lemes, jadi lo bisa jawab pake tangan lo sebagai isyarat." Alya berdecak pelan, sepertinya manusia dihadapannya ini mulai menyebalkan.

"Mana ada, gue gak bisu ya." Terangnya membuat Rey mengelus pucuk kepala gadis itu sambil tersenyum.

"Lo suka baca buku kan?" Tanya Rey, Alya mengangguk.

"Lo pernah nemuin buku yang usang atau rusak gitu, terus lo berinisiatif buat memperbaikinya jadi lebih bagus lagi, kira-kira lo masih mau baca dan rawat gak buku itu?"

Alya mengangguk, lalu berkata "iya lah, kan gak merubah isinya, meskipun ada bekas kerusakannya."

"Anggap aja kerusakan itu sakit yang lo derita saat ini, gue ingin nemenin lo buat nyembuhin penyakit lo ini." Alya menarik tangannya yang digenggam Reynald.

Alya Mission [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang