BAB 25 AKU MEMBENCIMU

474 32 2
                                    

Jeongwoo langsung menyusuli Haruto. sesampainya di kamar dia melihat Haruto yang sudah menutupi badannya dengan selimut. Jeongwoo pergi ke samping Haruto dan membuka selimut, dia sangat terkejut melihat penampilan Haruto yang sangat berantakan karna menangis.

"Haru, Jewu minta maaf tadi Jewu gak bermaksud untuk membentak. Jewu hanya khawatir kalau Haru akan sakit karna suhu disini sangat dingin"

Haruto tidak merespon perkataan Jeongwoo dia terus menangis. melihat hal itu Jeongwoo sangat membenci dirinya. sudah 2 kali dia membuat Haruto menangis, bahkan kali ini lebih parah.

Triing.. Triing.. Triing....

Hp Haruto berdering dan ternyata itu telfon dari mamanya. dia mengambil Hpnya dan menjawab telfonnya.

"Halo Haru, udah bangun sayang? mama gak mengganggu liburan Haru kan?" seru Lisa bersemangat.

"Mmmmmm"

"Haru ngapain? dah makan?"

"Mmmmmm"

"Sekarang Haru lagi bareng nak Jeongwoo??"

"Mmmmmm"

"Haru? Haru baik baik aja?"

"Mmmmmmm"

"Terus kenapa dari tadi ngejawab pertanyaan mama Mmmmmm terus. apa mama mengganggu yah"

"Gak" Haruto merespon dengan suara sengau.

"Haru kena flu"

"Gak ma"

"Kenapa suara Haru gitu? Haru menangis?"

"Gak"

"Kenapa menangis? siap yang membuat Haru menangis?"

"Gak ma, Haru baik baik saja"

"Gak gak mama gak percaya. pasti ada sesuatu yang terjadi. mana Jeongwoo mama mau bicara ama dia" Lisa tiba tiba marah.

"Ma, Haru baik baik aja. udah yah Haru mau tidur capek"

"Tapi kan"

"Maaa, Haru tutup telfonnya yah. bye!!"

Haruto menutup telfonnya. dia beranjak dari tempat tidur.

"Mau kemana?" Jeongwoo menahan tangan Haruto.

"Aku mau ke kamar mandi" Haruto menghempaskan tangan Jeongwoo.

"Haru marah sama Jewu? Haru dah liat pesan Yuna?"

Seketika Haruto menjadi sangat marah.

"Kemarin Yuna nelfon karna minta tolong soal tugas dia. terus Jewu bantu, cuma begitu gak ada hal lain"

"Oh"

Haruto mengurungkan dirinya di kamar mandi. mendengar penjelasan Jeongwoo yang begitu terlambat membuat dia lebih sakit hati. jika dia tidak mengetahui mengenai pesan dari Yuna, apakah Jeongwoo akan terus menyembunyikan darinya? begitulah pikir Haruto.

Setelah beberapa saat berada di kamar mandi akhirnya Haruto keluar.

"Haru, tolong jangan salah paham"

"Jika aku gak melihat pesan Yuna, kamu gak akan menjelaskan apa apa kan ama aku?"

"Gak gitu Haru"

"Bahkan kemarin saat mengangkat telfon darinya, kamu menjauh dariku kan?"

"Gak gitu Haru, Jewu hanya gak ingin Haru berpikir yang enggak enggak"

"Begitu? tapi kamu lupa satu hal. kamu dah berjanji apapun yang berkaitan dengan Yuna kamu akan menjelaskan dan terbuka padaku. ahh kamu gak salah akunya aja yang terlalu kepedean"

"Haru sumpah, Jewu gak ada niat lain. tolong jangan salah paham"

"Bahkan sejak kamu mengangkat telfon Yuna diam diam itu sudah menyakitiku secara gak sadar. apa berada dalam suatu hubungan harus merasa sesakit ini yah?" seru Haruto sambil menahan tangis.

"Maafin Jewu. Jewu tau salah, tapi beneran Jewu gak ada niat lain"

"Ada dan gak ada niat cuma kamu dan hati kamu yang tau"

"Haru sumpah, Jewu gak ada niat apapun sama Yuna. tolong jangan begini, Jewu gak suka Haru jadi dingin begini sama Jewu" seru Jeongwoo putus asa.

"Aku benci sama kamu. ahh gak aku benci diriku sendiri"

Deg....

Jeongwoo terkejut mendengar ucapan Haruto. dia mengangkat kepalanya dan menatap Haruto yang menangis dalam diam.

"Haru boleh memaki Jewu, memukul pun gak masalah. tolong jangan menangis begitu. Jewu janji itu adalah terakhir kalinya Jewu merespon telfon dari Yuna, jadi tolong berhenti menangis"

Beberapa saat kemudian tangis Haruto terhenti, Jeongwoo mengangkat kepalanya dan melihat Haruto yang tampak pucat dan.

Brruuukk....

Haruto ambruk pingsan, untung saja Jeongwoo gercep menangkapnya. dia merasakan tubuh Haruto sangat panas. Jeongwoo membaringkan tubuh Haruto sangat pelan ke kasur, dia berlari keluar menuju dapur mengambil air  es dan es batu kemudian kembali ke kamar.

Jeongwoo mengompres dahi Haruto dengan handuk yang sudah dibilas pakai air dingin. Jeongwoo menelfon Asahi untuk ke kamarnya, gak lama kemudian Asahi dah sampe kamar.

"Haru kenapa?" tanya Asahi panik.

"Pingsan, dia demam. Sa tolong jaga dia bentar yah aku mau pergi beli obat"

Setelah itu Jeongwoo turun dengan tergesa gesa. Jeongwoo pergi mencari teh Jahe, madu dan obat penurun panas. dia juga membeli bubur untuk dimakan Haruto.

Setelah semuanya sudah kebeli, Jeongwoo buru buru kembali ke villa.

"Gimana udah dapat obatnya"

"Udah"

"Itu biar aku yang buat, kamu jagain Haru aja" seru Asahi.

Asahi kasian melihat tampang Jeongwoo yang sangat berantakan. dia tahu kalau saat ini Jeongwoo sangat khawatir dengan keadaan Haruto, makanya  dia menawarkan dirinya untuk membuat teh dan memanaskan bubur.

Jeongwoo terus mencelupkan handuk ke air dingin lalu diletakkan kembali ke dahi Haruto, dia sangat berharap itu bisa menurunkan panasnya. Asahi sudah membuat teh jahe dan memanaskan buburnya, dia membawa kedalam kamar lalu dia pamit keluar.

Jeongwoo memegang tangan Haruto, dia menangis karna kesal pada dirinya. dia sangat merasa bersalah, karna dia Haruto jadi begini. dia terlalu takut menyakiti Haruto jika mengatakan kalau dia mengangkat telfon Yuna, tapi dia lupa perbuatannya yang mengangkat telfon diam diam justru jauh lebih menyakiti Haruto.

15:00 🕒

Haruto terbangun, suhu tubuhnya sudah sedikit turun. dia meraba dahinya yang masih ada handuk terletak di dahinya. kemudian dia melihat Jeongwoo yang tertidur disampingnya dengan posisi hanya kepalanya yang di kasur sedangkan badannya di lantai, tangannya menggenggam tangan Haruto yang satunya sangat erat.

Jeongwoo sadar ada pergerakan dari Haruto jadi dia langsung terbangun.

"Kamu dah bangun?" tanya Jeongwoo khawatir sambil memeriksa suhu Haruto.

"Jewu panasin lagi yah buburnya, setelah itu baru makan dan minum obat. minum teh jahe aja dulu, untung di isi di termos kecil jadi bisa di minum masih panas"

Jeongwoo menuangkan Teh jahe ke gelas yang sudah disiapkan Asahi. lalu dia bergegas ke dapur untuk memanaskan bubur, karna sudah dingin. setelah itu dia kembali ke kamar.

"Makan dulu yah, Jewu suapin"

Haruto tidak mengatakan apa apa, tapi dia mengikuti semua yang dikatakan Jeongwoo. selesai makan bubur, Jeongwoo langsung memberikan obat dan Haruto meminum obat itu.

"Istirahat lagi aja. kepala kamu sakit gak?" tanya Jeongwoo lembut.

Haruto menggelengkan kepalanya.

"Yaudah istirahat aja. Jewu ke dapur dulu buat anterin piring kotor"

Haruto terenyuh dengan sikap lembut Jeongwoo padanya yang tidak berubah bahkan sebelum mereka resmi jadi pasangan kekasih hingga skarang mereka dah resmi jadi pasangan.

Bersambung.......

To..End or To..GetherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang