Sasha tergugu mendengar pertanyaan yang sama sekali tidak terduga itu dari Leonis. Mengingat Leonis menyetujui untuk datang dan bagaimana percakapan mereka selama makan malam menyenangkan, memberikan Sasha ilusi bahwa Leonis menikmati pertemuan mereka dan tidak begitu peduli dengan alasan kenapa itu terjadi.
Namun ternyata pemikiran itu salah.
Sasha hanya terdiam memandangi Leonis. Memikirkan alasan bagus yang bisa ia berikan pada pria itu. Mengingat bagaimana hubungan mereka yang tidak pernah dekat bahkan sebelum Leonis pergi, mengecualikan pilihan Sasha akan reuni. Sebelum Sasha dapat memberikan alasan yang tepat sebagai jawaban atas pertanyaan Leonis, pria itu mendahuluinya.
"Karena Edward?" tanya Leonis singkat.
Perkataan itu membuat Sasha teringat kembali dengan percakapan mereka pada pesta yang Arthur gelar sebelumnya. Sasha pun berhenti mencari alasan. Sebagai gantinya ia balik bertanya pada Leonis. "Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?"
Leonis terkekeh, seperti mendengar suatu hal yang lucu.
"Archie kecil mengeluh padaku mengenai kedekatanmu dengan Edward." Sasha mendengus pelan mendengar penjelasan itu. Seperti dugaan Sasha, adik kecilnya itu sibuk untuk mengurusi masalah pribadinya. Tidak menghiraukan reaksi Sasha, Leonis meneruskan, "Entah kenapa Archie kecil berpikir bahwa aku lebih pantas untuk menjadi pasanganmu dibanding dengan kakakku."
"Archie memiliki pemikiran yang ajaib." Sasha yang sedikit kesal pada Arthur karena mencampuri urusan pribadinya menyuarakan hal itu ke permukaan.
Namun Leonis yang Sasha pikir akan opini yang sama seperti dirinya akan Arthur, mengatakan hal yang sedikit banyak melakukan pembelaan pada adik Sasha itu. "Tapi aku tidak menyalahkannya. Karena kamu yang membuatnya berpikir seperti itu Sasha."
Sebuah senyum samar terulas di bibir Sasha mendengar tudingan dari Leonis. Meski dikatakan tudingan tidak sepenuhnya benar. Karena seperti yang Leonis katakan, Arthur yang memiliki pemikiran seperti itu dikarenakan Sasha sendirilah yang memberikan ide tersebut pada Arthur. Dengan tidak henti-hentinya mengatakan bahwa Leonis adalah pria idamannya.
Oleh itu, Sasha pun tidak menyangkal. Hanya memberi penjelasan. "Karena kamu memang pria yang kupikir sempurna untuk dijadikan sebagai pasangan, Leonis. Oleh itu aku secara tidak sadar terus-menerus mengemukakan hal itu. Membuat Arthur salah memahami.
"Aku benar-benar meminta maaf jika tindakan Archie menyinggungmu, dengan menyudutkanmu seolah kamu harus menjadi kekasihku. Aku akan memberitahu Archie untuk berhenti menggangumu akan hal itu, meski aku masih menganggap kamu adalah pria ideal sebagai pasangan, Leonis."
Leonis hanya tersenyum mendengar perkataan Sasha yang secara tidak langsung memberikan pujian padanya. Namun senyum yang ada di bibir Leonis bukanlah senyuman yang terbentuk karena merasa tersanjung. Lebih pada senyuman yang mengisyaratkan bahwa ia tidak mempercayai dengan apa yang Sasha katakan.
Lalu Leonis pun berkata, "Sasha, sejak dulu, aku selalu merasa dibanding kamu memang menyukaiku. Sikapmu lebih seperti seseorang yang ingin meyakinkan orang lain—termasuk dirimu sendiri, bahwa kamu menyukaiku."
Sasha hanya diam memandangi Leonis atas perkataannya itu.
"Mungkin karena kita adalah tipe orang yang sejenis. Sejak awal dari kita pertama kali bertemu, aku—dan kamu pun—tahu siapa yang sebenarnya kamu sukai, Sasha." Leonis mengakhiri perkataannya dengan senyuman yang menantang Sasha untuk menampik apa yang ia katakan.
Namun alih-alih mengeluarkan rentetan kata yang menyanggah apa yang Leonis katakan, Sasha hanya tersenyum sebelum akhirnya melontarkan pertanyaan. "Kalau memang kamu berpikir seperti itu, apa alasanmu untuk setuju makan malam denganku, Leonis?"
Leonis yang balik ditantang oleh Sasha dengan santainya berkata, "Karena sebelumnya kamu tidak mengatakan alasanmu, aku pikir aku pun tidak berhutang penjelasan mengenai alasanku.
"Tapi katakanlah, aku ingin membantumu dan secara tidak langsung membantu kakakku yang bodoh itu."
Mendengar itu, Sasha mengeluarkan sebuah tawa sarkastik dan berkata dengan ironi, "Baik sekali dirimu, Leonis."
Setelahnya, mereka kembali menyantap makanan yang tersisa dan berbincang akan topik lain seakan pembicaraan mereka yang melakukan penyerangan secara pasif tidak pernah terjadi. Sampai akhirnya mereka selesai menghabiskan apa yang tersaji dan menyudahi acara makan malam mereka.
"Kamu benar tidak ingin aku antarkan pulang, Sasha?" tanya Leonis saat mereka berada di luar restoran.
Sasha mengangguk. "Iya, Leonis. Kamu tidak perlu mengantarku."
Leonis diam selama beberapa saat. Membuat Sasha berpikir bahwa pria itu akan membuatnya menerima tawaran untuk diantarkan. Namun seperti tidak ingin mengecewakan Sasha, Leonis berkata, "Jika memang itu maumu. Hati-hati, Sasha dan semoga sukses."
Setelahnya Leonis memasuki mobil miliknya dan pergi. Meninggalkan Sasha berdiri sendiri di halaman depan restoran.
Sebelum Sasha sempat meraih ponsel untuk melakukan pemesanan taksi, sebuah mobil berhenti tepat di sisi Sasha. Pintu penumpang mobil tersebut terbuka, dan sebuah tangan terulur mencengkram tangan Sasha dan menariknya masuk ke mobil.
Kepanikan seketika menyerang Sasha saat itu. Membuat Sasha memberontak dan melayangkan serangan pada orang yang menariknya masuk ke dalam mobil. Dalam kepalanya Sasha membayangkan hal buruk yang bisa terjadi padanya. Proses itu terjadi selama beberapa menit, sebelum Sasha menyadari 'penyerangnya' terus-menerus memanggil namanya untuk mendapatkan perhatiannya.
"Sasha, Sasha." Nama Sasha berulang kali diucapkan oleh Edward yang berusaha menenangkan Sasha.
Sasha yang akhirnya berhenti melakukan perlawanan, menatap Edward yang mana wajahnya dipenuhi oleh cakaran dengan nanar. Dilanda oleh rasa tenang bebas dari bahaya yang semula ia pikirkan dan juga frustasi yang tersisa membuat Sasha berteriak, "Kenapa kamu melakukan itu, Edward!? Kamu membuatku ketakutan!"
Edward terdiam oleh seruan yang Sasha keluarkan. Jangankan Sasha, Edward sendiri tidak mengerti kenapa ia melakukan hal ini. Namun Edward tidak ingin menelaah dirinya sendiri untuk itu. Hanya tahu bahwa baginya tindakan yang saat ini ia lakukan adalah yang hal yang perlu ia lakukan.
"Jalan." Edward dengan singkat memberikan perintah pada supir yang sedari tadi duduk diam di kursi pengemudi, namun sama sekali tidak tertarik untuk mencampuri urusan Sasha dan Edward. Meski melibatkan kondisi Sasha yang histeris dan penyerangan terhadap wajah Edward. Tanpa diberi perintah untuk kedua kalinya, pengemudi pun menjalankan mobil.
Pandangan Sasha beralih pandangan ke arah kursi pengemudi lalu kembali ke arah Edward, sebelum melemparkan pertanyaan dengan tajam. "Kamu mau membawaku ke mana, Edward?"
Entah dikarenakan pertanyaan Sasha tidak terdengar atau memang pria itu sengaja mengacuhkan Sasha, Edward tidak mengatakan apa pun.
Hal itu membuat Sasha melemparkan kembali pertanyaan yang semula ia tanya pada Edward. "Kamu mau membawaku ke mana, Edward?"
Semula Edward ingin untuk terus tidak mengacuhkan pertanyaan Sasha. Namun ia berpikir ulang atas keputusan itu saat melihat Sasha menunjukan akan terus melemparkan pertanyaan yang sama sepanjang perjalanan selama ia tidak menjawab. Membuat Edward berkata, "Jangan khawatir, Sasha. Kita akan pergi ke tempat yang kamu tahu."
Erotica - Draft 30 | 11 Maret 2023
___
Terima kasih atas semua dukungan kalian yang membaca cerita saya, baik berkomentar, vote, mengikuti saya, memasukan cerita ini ke daftar bacaan, bahkan mempromosikannya.
Maaf karena saya tidak dapat mengucapkan rasa terima kasih satu per satu atas semua itu, juga tidak membalas komentar-komentar tersebut secara personal. Tapi saya membaca semuanya (baik komentar ataupun pemberitahuan) dan sangat berterima kasih atas dukungan-dukungan tersebut.
Ayo kirimkan komentar menarik kalian pada bagian ini, agar pada berikutnya cerita didedikasikan untukmu. Jangan lupa untuk men-follow atau vote untuk mendukung terus cerita ini.
Peluk dan cium dari saya untuk kalian semua,
Carramella
KAMU SEDANG MEMBACA
Erotica
RomanceSasha Millova Jeffrish seorang gadis muda yang mempunyai hasrat menjadi Penulis. Suatu hari datang sebuah tawaran yang membuatnya menjadi Penulis. Sayangnya itu semua hanyalah sebuah jebakan Edward Regulus Marton untuk mencapai keinginannya. Pering...