Draft 40

8K 216 17
                                    

Apa yang Sasha ucapkan memang disuarakan oleh nada yang datar nyaris tanpa emosi. Namun entah kenapa, Edward seperti mendengar segala hal yang Sasha rasakan saat ini. Kecemasan, rasa lelah, kepasrahan dan juga rasa sedih. Membuat Edward dengan segera membantah apa yang Sasha tudingkan padanya.

"Tidak," kata Edward, lalu menambahkan agar Sasha tidak salah menangkap apa yang ia maksudkan, "aku setuju dengan ide yang diajukan oleh ayahmu bukan karena aku merasa kasihan dengan keadaanmu."

"Kalau begitu apa alasanmu untuk setuju, Edward?" tanya Sasha dengan mata yang memandang pria itu lekat-lekat.

Edward yang berada di bawah tatapan Sasha yang seakan melihat langsung ke dalam dirinya, terdiam. Tindakan Edward bukan dikarenakan ia tidak memiliki alasan lain selain rasa kasian seperti yang Sasha tuduhkan. Bukan juga dikarenakan apa yang dikatakan oleh Edward sebelumnya adalah kebohongan.

Kediaman Edward disebabkan oleh keraguan atas penerimaan Sasha terhadap alasan sesungguhnya kenapa ia menerima ide yang diajukan oleh Phillip. Edward tidak menyalahkan Sasha jika perempuan itu tidak mempercayainya. Edward mengetahui dengan baik tindakannya pada Sasha sama sekali tidak merefleksikan apa yang ia rasa.

Setelah jeda sunyi yang terjadi di antara percakapan mereka, akhirnya Edward pun membuka mulutnya dan menyuarakan alasan sebenarnya kenapa ia menerima tawaran yang Phillip ajukan.

"Alasanku menerima tawaran ayahmu, tidak lain tidak bukan karena aku menyukaimu, Sasha."

"Apa?" Seruan itu Sasha keluarkan pada detik yang sama dengan selesainya Edward menyelesaikan perkataannya.

Melihat bagaimana Sasha bereaksi apa yang ia katakan, tidaklah membuat Edward terkejut. Ketidakpercayaan Sasha dengan apa yang ia ucapkan, sudah Edward prediksikan sebelumnya. Namun tetap saja, merupakan hal yang tidak menyenangkan bagi Edward.

Tapi Edward tidak bisa mengeluhkan hal tersebut. Karena reaksi Sasha saat ini adalah merupakan suatu hal yang wajar atas sikapnya terhadap perempuan itu. Hanya saja, ada bagian diri Edward yang merasa menyesal.

Edward berpikir, andai saja ia mengatakan apa yang dirasa pada saat Sasha memasuki kantornya. Atau saat lebih jauh sebelum itu, ketika Edward bertemu dengan Sasha pertama kali. Mengacuhkan perbedaan umur mereka dan menyatakan ketertarikannya pada perempuan itu. Mungkin keadaan saat ini yang terjadi di antara mereka berdua sangatlah berbeda.

Hanya saja, Edward tahu, penghandaian yang ada di kepalanya tidak mengubah apa pun antara ia dan Sasha. Oleh itu, di bawah keraguan yang jelas diperlihatkan oleh Sasha, Edward mengulangi lagi apa yang ia ucap sebelumnya.

"Aku menyukaimu, Sasha," kata Edward, sebelum kemudian menyanggah apa yang ia katakan untuk menggunakan kata yang lebih tepat, "bukan. Aku mencintaimu, Sasha."

Tidak seperti sebelumnya, di mana Sasha menyuarakan ketidakpercayaan. Sebuah tawa bernada ironis kini keluar dari mulut Sasha. Bagai menganggap apa yang dikatakan oleh Edward tidak lebih dari lelucon yang tidak lucu. Seandainya saja tidak ada genangan di pelupuk matanya.

Membuat siapa pun yang melihat, tahu, bahwa sikap yang ditunjukan oleh Sasha adalah rasa frustasi, alih-alih sarkastis.

"Kalau memang benar apa yang kamu katakan, kenapa kamu selalu datang dan pergi sesukamu? Kenapa kamu tidak pernah mencoba menghubungiku? Kenapa kamu selalu menginggalkan aku sendiri untuk pergi tanpa mengatakan apa pun?"

Diserang oleh serentetan pertanyaan oleh Sasha, sebagai reaksi atas deklarasi cintanya, bukanlah suatu hal yang Edward kira. Namun juga tidak begitu melenceng terlalu jauh dari apa yang Edward bayangkan. Di mana Sasha menertawakan dan menolaknya.

EroticaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang