Sebelumnya, saat mendengar Edward mengatakan bahwa pria itu akan membawanya ke tempat yang ia tahu, Sasha masih bertanya-tanya ke mana dirinya akan dibawa oleh Edward. Sampai kemudian, di tengah berjalan mereka, Sasha mulai mengenali rute yang ditempuh oleh mobil yang membawa mereka.
Tidak lain tidak bukan adalah rute menuju Villa milik Edward.
Mengetahui itu, membuat Sasha merasa ironis. Mengingat saat ini seperti pengulangan kejadian beberapa saat yang lalu. Di mana Edward membawanya untuk makan malam, dan berakhir di villa milik pria itu. Hanya saja dengan detail yang berbeda.
Bukan Edward yang bersamanya menghabiskan waktu untuk makan malam, melainkan Leonis. Walau pada akhirnya Edward-lah yang mengambil alih dirinya di saat ia hendak pulang dan membuatnya merasakan kilas balik atas kejadian yang hampir serupa.
Mengetahui tujuan mobil yang membawanya, membuat keinginan Sasha untuk protes, yang ia rasa sejak dipaksa masuk ke dalam mobil menghilang. Enyahnya rasa itu membuat Sasha tidak ingin membuka mulut sama sekali untuk memulai percakapan dengan pria yang ada di sebelahnya. Mungkin dengan begitu, Edward akan mengetahui, meski tidak menyuarakan protes, bukan berarti ia menyukai keadaan yang berlangsung.
Sikap Sasha yang memilih untuk bungkam, sama sekali tidak berpengaruh apa pun pada Edward. Malah kediaman yang Sasha ambil, bagi Edward malah menguntungkanya. Karena saat ini Edward merasa bahwa jika ia membuka mulutnya, alih-alih melakukan percakapan dengan Sasha, yang akan ia lakukan adalah meneriaki perempuan itu.
Salah satu tindakan yang memang Edward ingin lakukan saat mengetahui Sasha menghabiskan malam dengan makan bersama dengan Leonis. Malah boleh dikatakan, meneriaki Sasha—dan mungkin juga Leonis, adalah salah satu tindakan yang terbilang paling aman dibanding dengan deret daftar tindakan yang menari di kepalanya. Oleh itu dibanding melakukan suatu hal yang kemudian akan ia sesali, Edward memilih untuk diam. Dan ia sangat bersyukur bahwa Sasha tindak melakukan sesuatu yang membuatnya terprovokasi.
Dengan Sasha ataupun Edward yang tidak tertarik untuk bersuara, membuat keadaan dalam mobil di sepanjang perjalanan sunyi senyap. Membuat perjalanan yang sebenarnya tidak sedemikan jauh terasa sangat lama.
Namun akhirnya, mobil yang membawa mereka sampai di tempat tujuan. Saat mobil berhenti di depan pintu masuk, Edward dengan segera membuka pintu untuk keluar dari mobil. Berbeda dengan Sasha yang sepertinya ingin terus bertahan di tempat ia duduk saat ini.
Melihat sikap Sasha yang seperti itu, membuat Edward yang sebelumnya memutuskan untuk tidak berbicara membuka mulut dan berkata, "Turun, Sasha. Kita sudah sampai."
Seperti tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Edward, Sasha bergeming di tempat. Mengatakan dalam diam bahwa ia tidak ingin berada di satu tempat dengan Edward.
Mendapatkan perlakukan yang seperti itu, membuat kekesalan Edward yang semula mulai mereda timbul kembali. Edward yang paham dengan baik bahwa Sasha tidak ingin menggubris apa yang ia katakan. Oleh itu dibandingkan melontarkan kalimat lain untuk membujuk Sasha keluar dari mobil, Edward memilih untuk membuka pintu di sisi Sasha dan kembali melakukan hal sama dengan apa yang ia lakukan di depan restoran.
"Ah!" Sasha berseru saat merasakan tubuhnya diangkat oleh Edward.
Tidak menghiraukan teriakan kecil yang dikeluarkan oleh Sasha, Edward menyampirkan perempuan itu ke pundaknya dan membawa Sasha masuk ke dalam villa.
Sasha yang berada di pundak Edward, melihat mobil yang semula membawa mereka ke tempat ini berjalan pergi. Meninggalkan ia dan Edward di villa yang meski tidak terpencil, memiliki letak yang tidak terjangkau oleh kendaraan umum. Oleh itu, Sasha yang berniat melakukan pemberontakan, diam. Menunggu tindakan yang akan Edward ambil selanjutnya.
"Ah!" Sasha kembali menjerit kecil saat Edward menjatuhkannya di sofa yang terdapat di ruang tengah villa. Atas perlakuan yang diterimanya dari Edward, Sasha dengan senang hati memberikan tatapan tajam yang tidak menyenangkan ke arah pria itu. Namun Edward yang ditatap seperti itu, hanya balik menatap Sasha dengan sorot mata yang menantang Sasha untuk meneruskan ancamannya.
Sasha yang tidak dalam suasana hati ingin menghibur Edward dengan secara terang-terangan tidak mengacuhkan tantangan yang terarah kepadanya. Dengan tenang, Sasha bangkit dari sofa, dan berbalik. Sebelum Sasha bertindak lebih jauh untuk melaksanakan niatnya meninggalkan ruangan, tangan Edward mencekal pergelangan tangannya. Membuat Sasha kesulitan untuk pergi.
"Kamu mau ke mana, Sasha?" tanya Edward dengan nada tenang. Sangat berlawanan dengan rautnya yang kini menunjukan pergulatan emosi hebat di wajahnya.
Sasha dengan sikap tenang yang sama, memandangi pergelangan tangannya yang dicengkram oleh Edward sebelum beralih menatap wajah Edward. Dengan nada yang datar, nyaris tidak acuh, Sasha menjawab, "Pulang."
Edward yang mendengar jawaban singkat dari Sasha, mengeluarkan tawa kecil pebuh ironis yang dengan nyata menertawakan Sasha. "Dengan apa? Kamu pikir kamu akan mudah mendapatkan tumpangan di tempat ini?"
Tentu saja Sasha mengetahui hal tersebut, bahkan sebelum Edward mengatakannya dengan lantang. Hanya saja, saat ini, Sasha tidak ingin memiliki pendapat yang sama dengan Edward meski pun hal itu adalah opini yang logis dalam situasi ini.
"Entahlah," jawab Sasha seadanya, "jika aku berusaha keras, mungkin aku dapat pulang sesuai keinginanku."
Dalam kepalanya, Sasha membayangkan dirinya berjalan untuk pulang dari villa ini. Setidaknya sampai ia berada dalam jangkauan di mana taksi bersedia datang. Atau jika yang paling buruk, sampai ia menemui kendaraan umum untuk pulang.
Namun kalimat yang Sasha ucapkan disalahartikan oleh Edward. Membuat pria itu berkata dengan emosi yang tidak ditutupi. "Seperti merengek pada Leonis untuk menjemputmu?"
Sasha dengan segera berpaling ke arah Edward saat mendengar pertanyaan yang penuh cemoohan itu. Karena dalam kepalanya, ide itu bahkan tidak pernah terlintas. Semula Sasha tidak ingin menghiraukan Edward dan menghibur pria itu dengan masuk ke dalam permainan yang ia ciptakan. Namun dengan provokasi yang baru saja Edward lancarkan membuat Sasha membatalkan niatnya.
Kini Sasha masuk ke dalam kondisi, jika Edward ingin bertengkar dengannya, maka ia akan memberikannya pada pria itu. Oleh itu dengan nada yang sama tidak menyenangkan seperti yang Edward gunakan sebelumnya, Sasha berkata, "Terima kasih atas saranmu, Edward. Hal itu tidak terlintas dalam pikiranku sebelumnya. Namun, aku pikir itu ide yang cukup bagus."
Melihat Sasha yang seperti dengan sengaja menantangnya, Edward memberikan peringatan. "Coba lakukan hal itu, Sasha, dan aku akan membuatmu menyesali keputusanmu itu."
Berhadapan dengan Edward dengan wajah yang menggambarkan emosi kemarahan yang teramat sangat, seharusnya membuat Sasha merasa takut. Namun sebaliknyaa, Sasha merasa ia berada dalam salah satu kondisi tertenang di sepanjang hidupnya.
Dengan ketenangan yang tidak pada tempatnya, Sasha pun bertanya. "Membuatku menyesal seperti apa, Edward?"
Erotica – Draft 31 | 27 Maret 2023
__
Terima kasih atas semua dukungan kalian yang membaca cerita saya, baik berkomentar, vote, mengikuti saya, memasukan cerita ini ke daftar bacaan, bahkan mempromosikannya.
Maaf karena saya tidak dapat mengucapkan rasa terima kasih satu per satu atas semua itu, juga tidak membalas komentar-komentar tersebut secara personal. Tapi saya membaca semuanya (baik komentar ataupun pemberitahuan) dan sangat berterima kasih atas dukungan-dukungan tersebut.
Ayo kirimkan komentar menarik kalian pada bagian ini, agar pada berikutnya cerita didedikasikan untukmu. Jangan lupa untuk men-follow atau vote untuk mendukung terus cerita ini.
Peluk dan cium dari saya untuk kalian semua,
Carramella
KAMU SEDANG MEMBACA
Erotica
Roman d'amourSasha Millova Jeffrish seorang gadis muda yang mempunyai hasrat menjadi Penulis. Suatu hari datang sebuah tawaran yang membuatnya menjadi Penulis. Sayangnya itu semua hanyalah sebuah jebakan Edward Regulus Marton untuk mencapai keinginannya. Pering...