Draft 5

145K 2.8K 127
                                    

Draft 5

Sasha meringkuk dalam jok mobil. Menangis di sepanjang perjalanannya selepas dari restoran di mana Edward mempermalukannya, hingga ia ingin mati. Di antara isakannya, Sasha mencuri pandang ke arah Edward yang berekspresi datar seakan tidak terjadi apa pun.

Dalam hatinya, Sasha ingin sekali mencabik habis wajah pria itu. Agar Edward merasakan, setidaknya sebagian kecil dari rasa malu yang ia rasakan. Tapi, niat Sasha hanya sampai dalam hatinya. Tidak keluar sebagai bentuk tindakan. Sasha malah kembali bergelung, meski tidak lagi menangis.

Selama perjalanan di antara keduanya hanya diisi dengan keheningan, sampai Sasha menyadari bahwa mobil Edward melaju dalam kawasan asing yang tidak ia kenal. Bukan berjalan menuju apartemennya seperti dugaan Sasha semula.

"Edward ...," kata Sasha dengan lirih dan rasa takut yang disembunyikan, "kita akan ke mana?"

"Ke rumahku. Seperti keinginanmu."

Sasha hanya bisa menatap Edward dengan tercengang. Berpikir bahwa Edward memang ingin membuat ia tenggelam dalam rasa malu yang teramat sangat hingga membunuhnya. Dengan cara membawanya ke kediaman keluarga Marton dalam keadaan nyaris tidak berpakaian, juga vibrator yang bersarang dalam kewanitaannya. Yang Sasha syukuri tidak lagi berkerja, meski begitu tubuhnya sangat sensitif mendamba sebuah sentuhan yang tidak mungkin ia minta.

Baru saja Sasha akan mengemukakan keengganannya, ia tersadar bahwa rute yang diambil Edward bukanlah jalan menuju rumah utama keluarga Marton. Mungkin akan menuju salah satu dari sekian rumah keluarga Marton, tebak Sasha dalam hati. Dugaan Sasha semakin kuat saat melihat sebuah rumah berukuran sedang—untuk ukuran keluarganya dan Edward—dengan halaman luas.

Sasha bingung. Entah ia harus merasa senang, karena Edward tidak membawanya kekediaman utama Marton. Atau takut, karena kemungkinan hanya ia dan Edward berada di tempat ini dalam jarak beradius belasan kilo meter dari keramaian.

...

Apa yang Sasha takutkan tidak semuanya terjadi. Memang Sasha dan Edward hanya berdua dalam rumah—atau ruangan—itu. Tapi keadaan di mana Edward menyetubuhinya hingga ia menjerit-jerit kesakitan tidak terjadi juga. Hanya menyantap makan malam sambil mendiskusikan naskah layaknya seorang Pengarang dan Penanggung Jawab.

Vibrator yang Edward pasangkan dalam kemaluan Sasha sudah dilepas. Juga gaun pendek yang semula dipakai Sasha sudah berganti dengan kemeja putih polos. Membuat Sasha tidak lagi merasa seperti pelacur murah yang Edward sewa. Meski begitu, sama seperti yang Sasha rasa saat ia dalam mobil Edward, Sasha menginginkan sentuhan pria itu ditubuhnya.

Sangat ingin hingga tubuh Sasha meremang karena rasa damba yang tidak terpenuhi. Membuat tiap gesekan juga gerakan membangunkan seluruh inderanya, menjadikan mereka sangat sensitif. Sasha mencuri pandang ke arah Edward yang tengah membawa rancangan yang kemarin ia kirimkan pada pria itu.

Sentuh aku ... sentuh aku ....

Hati Sasha menjerit menginginkan hal yang semula ia takuti. Tapi Edward masih saja disibukkan dengan kalimat-kalimat yang tertera dalam tiap lembaran di tangannya. Tidak menyadari bahwa Sasha berharap pria itu merenggut tubuhnya, merentangkan di atas meja yang ada di antara mereka, lalu memaksakan ia untuk menerima pria itu.

Bayangan erotis yang bermain dalam otak Sasha membuat gadis itu semakin tersiksa. Sasha juga merasakan rasa lembap di antara kedua pahanya semakin meningkat. Deru napas yang dikeluarkan Sasha, sudah seperti keadaan lelah setelah berlari.

Sentuh aku ... sentuh aku ....

Tapi lagi-lagi Sasha hanya mengucapkan hal itu dalam hati.

...

EroticaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang