Draft 35

3.9K 199 20
                                    

Ketika Sasha pergi dari rumah dengan alasan untuk mewujudkan impiannya, Sasha tahu dengan pasti, ada titik di mana ia akan kembali lagi ke rumah keluarganya. Namun mengetahui hal tersebut terjadi hanya selang beberapa bulan sejak kepergiannya, membuat Sasha mau tidak mau memunculkan sebuah senyum mencemooh. Mentertawakan dirinya sendiri.

Mengingat saat ini, meski pun Sasha mendapat tawaran kontrak menulis, belum ada satu buku pun yang ia keluarkan. Atas keadaan itu, membuat Sasha bertanya-tanya, mengenai alasan sang Ayah meminta—bahkan secara paksa jika perlu, untuk pulang ke rumah. Karena tidak ada satu alasan yang Sasha rasa menjadi latar tepat untuk itu.

Sebelum Sasha berpikir lebih jauh atas kemungkinan lain, mobil yang membawanya berhenti tepat di depan pintu masuk kediaman keluarga Jeffrish. Dalam waktu yang tidak berselang lama, pintu mobil dibuka pengawal yang mengantarnya. Sasha dengan tidak antusias keluar dari mobil dan berjalan masuk tanpa menunggu pengawal yang membawanya.

Baru saja Sasha masuk ke ruang depan yang difungsikan untuk menerima tahu, ia mendapati sosok Arthur berlari ke arahnya dengan raut cemas tidak ditutupi. Sasha yang melihat sang adik menyambutnya, ingin melakukan sebuah sapaan. Namun sebelum satu patah pun kata keluar dari mulut Sasha, Arthur sudah lebih dulu membuka mulut.

"Sasha, kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi?" Arthur berseru dengan kecemasan yang terlihat jelas mewarnai nada bicaranya.

Sasha yang tidak menyangka akan disambut dengan pertanyaan alih-alih sebuah sapaan, terhenyak. Namun hanya butuh beberapa detik bagi Sasha untuk kembali dari keterdiamannya. Sasha pun dengan segera membalas pertanyaan Arthur dengan merogoh tas yang ia bawa. Mengambil ponsel dengan layar yang tidak menampilkan apa pun karena kehabisan daya entah sejak kapan.

"Baterai ponselku habis, Archie," kata Sasha, sambil memperlihatkan ponselnya yang mati ke arah Arthur "memang ada suatu hal buruk terjadi di rumah?"

Melihat kondisi Arthur yang mana terlihat panik dan juga diwarnai kecemasan, membuat Sasha melontarkan pertanyaan itu. Arthur yang ditanya, hanya bisa memandangi Sasha dan bersikap seperti ingin memberitahu namun tidak tahu bagaimana harus mengatakan.

Melihat Arthur yang seperti itu, Sasha sedikit banyak merasa lega. Karena apa pun hal buruk yang terjadi saat ini, pastilah tidak ada sangkut pautnya dengan keadaan orang tua mereka. Sebab jika hal itu yang terjadi, pastilah Arthur akan segera memberitahunya tanpa ragu.

Tanpa menjawab pertanyaan yang Sasha lontarkan, Arthur berkata, "Sasha, lebih baik kita lebih dulu pergi ke ruang duduk. Papa dan Mama sudah menunggumu di sana."

Mengetahui adiknya dengan baik, membuat Sasha dapat mengambil kesimpulan dengan mudah pada apa yang terjadi. Hal buruk apa pun yang membuatnya diharuskan untuk pulang ke rumah, itu berkaitan dengan dirinya sendiri.

Sasha tidak ingin membuang waktu dengan menerka kejadian buruk apa yang melibatkannya. Karena tanpa melakukan itu, dengan pergi ke ruang duduk dan bertemu dengan orang tuanya, Sasha akan mendapatkan jawaban dengan mudah.

Sesampainya Sasha dan Arthur ke ruang duduk, seorang pria paruh baya dengan rambut emas yang serupa dengan Sasha berdiri dari kursi yang ia duduki dan menghampiri mereka. Pria itu adalah Phillip, kepala dari keluarga Jeffrish dan juga tidak lain merupakan ayah dari Sasha dan Arthur.

Dengan hubungannya yang tidak begitu baik dengan sang ayah, Sasha tidak memiliki delusi bahwa kedatangannya akan disambut hangat. Namun Sasha pun tidak menyangka bahwa ia akan mendapatkan sebuah tamparan keras sebagai sapaan.

"Papa!"

"Sayang!"

Seruan itu secara serempak dikeluarkan oleh Arthur dan Emelline—ibu Sasha, saat melihat bagaimana Philip memperlakukan Sasha.

Tidak seperti sang ibu dan adik yang menujukkan kepanikan atas situasi yang berlangsung. Sasha dengan sikap tenang berhadapan dengan Phillip yang saat ini dilanda oleh kemarahan yang amat sangat. Dengan datar, nyaris tidak peduli, Sasha bertanya, "Apa yang membuatku pantas menerima tamparan ini?"

"Kamu masih berani bertanya!" Philip berseru dengan emosi. Secara bersamaan, ia melemparkan kumpulan Koran dan tabloid yang berada di tangannya ke arah Sasha.

Sekali lagi, terdengar sebuah seruan dari Arthur dan Emelline. Bahkan saat ini, Emelline dengan tergesa bangkit dari tempatnya ia duduk dan mulai membujuk Phillip untuk menahan emosinya.

Sasha sendiri yang menjadi pusat dari kekacauan itu, tidak memedulikan reaksi yang dikeluarkan oleh orang-orang di sekelilingnya. Malah sibuk memunguti koran serta tabloid yang Phillip lempar ke arahnya dan saat ini tercecer di lantai.

Akhirnya, Sasha pun mengetahui alasan kenapa ia diharuskan pulang. Tidak hanya itu, Sasha pun mengetahui apa yang mendasari sikap aneh yang sebelumnya ia dapatkan di dalam bus dan juga perjalanan menuju apartemennya.

Dalam halaman depan koran dan tabloid yang dilemparkan ke arahnya, tercetak sebuah foto dari adegan yang seharusnya tidak boleh diperlihatkan ke ranah publik. Beberapa bagian, tepatnya kedua tubuh yang telanjang dan tengah melakukan hubungan intim, telah disensor dengan mozaik. Namun wajah dari subjek yang diabadikan dalam foto, terlihat jelas.

Subjek yang berada dalam foto tersebut adalah Sasha dan Edward.

Sasha, yang mana menjadi salah satu pihak yang berada di foto, tentu saja mengetahui keaslian foto yang kini terpampang di media cetak yang kini tengah ia lihat. Dengan mudah Sasha dapat mengatakan foto tersebut adalah asli, bukan hasil dari rekayasa atau pemerosesan foto.

Bahkan tidak hanya itu, meski ditutupi oleh mozaik, Sasha dapat menidentikasikan di mana dan kapan foto tersebut di ambil. Karena sebelumnya, Edward pernah memperlihatkannya saat pertama kali mengunjungi apartemennya.

Foto tersebut memuat saat ia berhubungan seks pertama kali dengan Edward di kantor pria itu. Yang mana Sasha untuk pertama kalinya menyicipi penyatuan antara kedua manusia dan menanggalkan keperawanan yang sebelumnya masih ia miliki.

Seakan foto yang tercetak belum cukup memalukan. Foto tersebut dipasangkan dengan judul berita yang dicetak dengan ukuran besar, bertuliskan, "PERGERUMULAN PANAS ANTARA PEWARIS KELUARGA KOLONGMERAT MARTON DAN JEFFRISH". Yang menyedihkan, judul tersebut adalah yang paling baik di antara judul yang yang terpampang.

Sasha mendesah saat lihat bagaimana kehidupan pribadinya menjadi bahan spekulasi dan dinikmati secara luas oleh banyak orang. Dengan sikap tidak acuh yang nyaris malas, Sasha pun merapihkan koran dan tabloid yang memuat akan dirinya. Mengesampingkannya, karena tidak memiliki niat untuk membaca lebih jauh apa yang tertulis di sana.

Karena apa pun itu bukanlah suatu hal yang penting. Terlebih saat ini Sasha tengah berhadapan dengan sang ayah yang berada dalam kondisi emosi dan menyiratkan akan mencabik-cabik Sasha jika ia bisa.

Sasha yang melihat intensitas emosi yang dikeluarkan oleh Phillip, kembali mendesah dan dengan datar berkata, "Apa yang kamu ingin aku lakukan, Papa?"

Erotica – Draft 35 | 30 Maret 2023

___

Terima kasih atas semua dukungan kalian yang membaca cerita saya, baik berkomentar, vote, mengikuti saya, memasukan cerita ini ke daftar bacaan, bahkan mempromosikannya.

Maaf karena saya tidak dapat mengucapkan rasa terima kasih satu per satu atas semua itu, juga tidak membalas komentar-komentar tersebut secara personal. Tapi saya membaca semuanya (baik komentar ataupun pemberitahuan) dan sangat berterima kasih atas dukungan-dukungan tersebut.

Ayo kirimkan komentar menarik kalian pada bagian ini, agar pada berikutnya cerita didedikasikan untukmu. Jangan lupa untuk men-follow atau vote untuk mendukung terus cerita ini.

Peluk dan cium dari saya untuk kalian semua,
Carramella

EroticaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang