Draft 36

3.7K 200 7
                                    

Phillip dengan kemarahan yang mulai mereda berkat bujukan Emilline, sesaat memandangi Sasha lekat-lekat karena pertanyaan yang anak perempuannya lontarkan itu. Pada saat itu, semua yang berada di ruang duduk mengira akan terjadi ledakan kemarahan lain dari Phillip. Namun yang mengejutkan, Phillip hanya mengeluarkan dengusan yang dihasilkan oleh tawa mencemooh lepas dari mulutnya.

"Tentu saja, Sasha. Aku akan memintamu melakukan sesuatu," kata Phillip dengan tenang. Membuat kemarahan meledak-ledak yang ia tampilkan bagaikan hanya sebuah khayalan semata.

Melihat perubahan sikap yang ditunjukan Phillip saat ini, membuat Sasha merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan akan ia hadapi. Seperti membenarkan kecurigaan yang Sasha rasa, Phillip pun melanjutkan perkataannya.

"Aku akan membicarakan masalah ini dengan Marton muda,"—yang dimaksud Phillip tidak lain adalah Edward, "dan kamu, Sasha, jangan melakukan hal bodoh lain sampai aku mendapatkan tanggapan yang baik darinya."

Dahi Sasha mengerut saat mendengar pada yang dikatakan oleh Phillip. Sama sekali tidak mengerti pembicaraan yang sang ayah baru saja ucapkan. Dengan senyum sarkastik, Sasha pun menyuarakan apa yang ada di kepalanya.

"Berbicara dengan Edward? Papa pikir dia dapat melakukan sesuatu yang tidak bisa Papa lakukan?" Meski yang ia lontarkan merupakan sebuah pertanyaan, Sasha tidak membutuhkan jawaban atas itu. Karena ia mengatakan hal tersebut tidak lebih untuk mengolok ucapan Phillip sebelumnya.

Namun Phillip dengan mudahnya menjawab pertanyaan Sasha, seperti tidak mendengar olokan yang berada di sana. "Tentu saja, Sasha. Seperti menikahimu."

Mulut Sasha terbuka dengan lebar, menggambarkan keterkejutannya dengan sangat atas pada yang baru saja ia dengar. Bukan hanya Sasha, Arthur dan Emilline pun menampilkan keterkejutan meski tidak sedramatis Sasha.

Emosi kembali menyulut di ruang duduk itu, namun kali ini bukanlah Phillip yang merasakannya, melainkan Sasha. Saat itu, sikap acuh tidak acuh yang Sasha tunjukan sejak kedatangannya, sirna.

"Hah! Menikah? Papa pikir Edward bawahan Papa yang akan menuruti kemauan Papa hanya karena Papa minta?" tanya Sasha dengan sarkastik.

Kali ini, sebelum Phillip membalas perkataan Sasha, Emilline yang ada di sisi Phillip membuka mulut terlebih dahulu. "Sayang, lebih baik kamu pikirkan kembali rencanamu itu. Dan seperti yang Sasha katakan, belum tentu Edward akan menyambut baik idemu itu."

Semua yang berada di ruangan sama sekali tidak terkejut atas apa yang Emilline katakan. Meski Emilline tidak memiliki masalah dengan Edward, ia menarik garis keras atas ide pria itu sebagai menantunya.

Phillip dengan kesabaran yang tidak ia berikan pada Sasha, memberikan penjelasan pada istinya kenapa tindakan yang ia pilih saat ini perlu.

"Millie," Phillip memanggil sang istri dengan nama kecilnya, "aku tahu kamu tidak menyukai ide akan Sasha menikahi Edward. Namun dengan situasi yang saat ini berlangsung, jika pernikahan tidak dilangsungkan, Sasha-lah pihak yang dirugikan.

"Dengan skandal yang terjadi, Edward tidak dirugikan apa pun atas kejadian ini. Malah hanya mengokohkan reputasinya sebagai pria yang dengan mudah dapat meniduri perempuan mana pun. Sementara Sasha, hanya akan dilihat sebagai salah satu perempuan Edward permainkan."

"Ya, tapi ...." Emilline dengan lirih mengeluarkan protes yang tidak tuntas. Ia mengetahui dengan baik apa yang dikatakan suaminya adalah sebuah kebenaran. Namun ia masih tidak menyukai ide untuk menikahkan Sasha dengan pria yang menurutnya akan memberikan banyak kesulitan bagi anak perempuannya.

"Ini yang terbaik untuk Sasha, Millie," kata Phillip meyakinkan Emilline untuk terakhir kali. Sebelum ia kembali memusatkan perhatiannya pada Sasha. "Seperti yang kamu dengar, Sasha. Tidak ada alasan bagimu untuk menolak rencana ini, terkecuali kamu ingin dikenal sebagai mainan yang dipermainkan oleh Marton Muda dan hanya untuk dibuang saat pria itu bosan."

Sasha hanya diam tidak mengatakan apa pun untuk membalas perkataan Phillip.

"Pergilah ke kamarmu, Sasha. Besok kamu akan diantar ke villa liburan keluarga, tinggallah di sana sampai kondisi membaik dan aku akan mengurus segalanya." Phillip memberikan perintah pada Sasha untuk terakhir kalinya sebelum ia menggiring Emilline yang masih menunjukan ketidak setujuan keluar dari ruang duduk.

Sasha mengeluarkan desahan berat untuk menggambarkan rasa frustasi yang saat ini ia alami.

"Sasha," panggil Arthur yang masih tinggal bersama Sasha di ruang duduk.

Merasa lelah dengan apa yang ia alami sepanjang hari ini, Sasha tidak ingin melakukan perbincangan lain. Meski lawan bicaranya adalah Arthur yang sangat jelas menunjukkan simpati padanya. Dengan nada yang menyiratkan kelelahan yang tidak dibuat, Sasha berkata, "Archie, maaf. Tapi aku sangat lelah dan ingin beristirahat."

Mendengar itu, Arthur pun menghargai keputusan Sasha untuk tidak memulai percakapan dengannya. "Tidurlah, Sasha. Kamarmu telah dibersihkan. Aku akan mengantar makan malammu saat kamu sudah terbangun."

"Terima kasih, Archie."

...

Dikarenakan kelelahan yang didera baik fisik ataupun psikik, membuat Sasha dengan mudahnya tertidur lelap dalam kamar yang sudah beberapa bulan tidak ia tempati. Selama beberapa jam, Sasha larut dalam tidur tanpa mimpinya dan terbangun saat hari sudah benar-benar gelap.

Dengan enggan, Sasha turun dari tempat tidur untuk membersihkan diri. Lalu berpakaian dan pada akhirnya duduk di salah satu kursi malas yang berada di kamar. Mengambil tasnya untuk merogoh ponselnya yang masih dalam keadaan mati.

Pada saat itu, Sasha mendengar suara ketukan berasal dari balik daun pintu. Tidak perlu menebak, Sasha tahu siapa yang berada di baliknya—Arthur. Sasha pun bangkit dan membukakan pintu untuk adiknya itu.

Seperti janjinya, Arthur membawa sebuah troli yang penuh dengan makanan.

"Bagaimana istirahatmu, Sasha?" tanya Arthur sambil mendorong masuk troli yang ia bawa ke dalam kamar.

"Cukup memuaskan." Sasha tidak berbohong dengan mengatakan itu.

Tidur siang yang Sasha lakukan sebelumnya adalah salah satu hal terbaik yang terjadi di hari yang buruk ini. Sementara hal baik lainnya adalah keberadaan Arthur yang ada untuknya tanpa menghakimi.

Seperti mengetahui apa yang Sasha pikirkan, Arthur membuktikan itu dengan mengatakan. "Ponselmu butuh diisi dayanya bukan, Sasha? Aku membawakanmu alat pengisi daya ponsel."

"Kamu seperti membaca pikiranku, Archie," kata Sasha dengan senyum lebar. Sangat puas dengan inisiatif yang Arthur lakukan—yah, setidaknya jika tidak menyangkut sebuah kejutan. Sasha pun dengan segera mengambil alat pengisi daya dari tangan Arthur dan mencolokkannya ke ponsel miliknya. Dengan sengaja Sasha tidak menghidupkan ponselnya saat ini.

"Makanlah yang banyak, Sasha. Kamu pasti lapar karena melewatkan makan siangmu." Arthur mengatakan itu seraya menata hidangan yang ia bawa ke meja untuk Sasha santap.

Dikatakan seperti itu, Sasha pun tanpa ragu melahap makanan yang ada di depannya. Kata kelaparan tidaklah cukup untuk menggambarkan keadaan Sasha saat ini. Mengingat ia tidak hanya melewatkan makan siang, namun juga sarapan. Cukup mengejutkan Sasha bisa bertahan hingga malam dengan situasi buruk yang tidak hentinya ia alami, mengingat terakhir kali ia makan adalah pada malam sebelumnya.

Setelah selesai menghabiskan makanan, Sasha mengalihkan perhatiannya pada Arthur. Lalu berkata, "Archie, ada yang ingin kamu bicarakan denganku?"

Menerima sinyal persetujuan untuk memulai percakapan membuat Arthur tanpa ragu menyuarakan apa yang ada di pikirnnya. "Sasha, kamu tidak keberatan dengan ide yang Papa miliki?"

Erotica – Draft 36 | 30 Maret 2023

___

Terima kasih atas semua dukungan kalian yang membaca cerita saya, baik  berkomentar, vote, mengikuti saya, memasukan cerita ini ke daftar bacaan, bahkan mempromosikannya.

Maaf karena saya tidak dapat mengucapkan rasa terima kasih satu per satu atas semua itu, juga tidak membalas komentar-komentar tersebut secara personal. Tapi saya membaca semuanya (baik komentar ataupun pemberitahuan) dan sangat berterima kasih atas dukungan-dukungan tersebut.

Ayo kirimkan komentar menarik kalian pada bagian ini, agar pada berikutnya cerita didedikasikan untukmu. Jangan lupa untuk men-follow atau vote untuk mendukung terus cerita ini.

Peluk dan cium dari saya untuk kalian semua,
Carramella

EroticaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang