Draft 18

7.3K 259 8
                                    

Berkali-kali Sasha mecoba untuk mengetikan sebuah kata untuk membentuk kalimat yang terjalin menjadi paragraf. Tapi sekeras apa pun Sasha berusaha, lembar kerja pada program menulis yang dia gunakan sama sekali tidak menunjukan apa pun, selain sebuah dokumen kosong.

Dan, ini sudah lewat tiga hari dari yang Sasha sepakati sebagai tengat perbab ceritanya. Dirinya yang tidak berhasil menuliskan lebih dari satu kata yang hanya untuk dihapus lagi, itu sebuah pertanda buruk.

Sasha sedikit banyak merasa bersyukur atas apa pun yang menyibukkan Edward belakangan ini hingga pria itu tidak dengan segera mendatanginya. Untuk berdiri di depan pintu apartemen demi menagih naskah yang Sasha janjikan.

Hanya saja, apa pun yang membuat Edward sibuk, kini sepertinya dapat dikesampingkan. Karena di hari ketiga dari waktu tengat, di mana Sasha merasa Edward melupakan naskah juga eksitensi dirinya yang ia syukuri, terdengar sebuah dering bel mengumandang. Yang mana asalnya dari pintu utama apartemen Sasha.

Tubuh Sasha secara otomatis tersentak dan langsung menoleh ke asal datangnya suara.

Sejenak Sasha memiliki niat untuk tidak menggubris penanda akan kedatangan tamu ke apartemennya. Diam, berpura-pura bahwa ia tidak sedang berada di rumah. Namun niat itu Sasha batalkan. Mengingat Edward adalah pemilik gedung apartemen ini dan memiliki kunci master yang sebelumnya ia gunakan untuk masuk ke apartemen Sasha tanpa izin.

Untuk itu Sasha memilih untuk berinisiatif membukakan pintu menyambut kehadiran yang tidak diinginkan saat ini di apartemennya.  Setidaknya dengan melakukan itu memberikan kesan positif yang mencitrakan bahwa Sasha tidak berusaha untuk lari. Meski sebenarnya yang Sasha rasa adalah sebaliknya.

Seperti hari-hari lalu, saat Edward mendatanginya, pria itu berdiri dengan tenang di depan pintu masuk yang kini terbuka. Sama seperti biasanya, Sasha pun menyingkir untuk memberikan ruang bagi Edward untuk masuk. Meski saat ini terlihat dengan jelas gerakan yang Sasha lakukan jauh lebih lambat dari sebelumnya.

Karena Edward sama sekali tidak menyeluarkan komentar atas itu, Sasha sama sekali tidak memiliki keinginan untuk mempercepat proses penepian yang ia lakukan saat ini. Walau Sasha merasa pandangan datar yang tidak menyenangkan yang Edward berikan terus membayanginya.

"Silakan masuk ke dalam, Edward," kata Sasha yang akhirnya berhasil menepi dan memberi ruang untuk Edward masuk.

Salah satu alis Edward terangkat sebagai reaksi atas sambutan yang tidak biasa yang datang dari Sasha itu. Tapi Edward tidak mengatakan apa pun untuk mengutarakan sesuatu yang mengomentari tindakan Sasha yang tidak lazim itu. Hanya berjalan masuk seakan sikap aneh yang dilakukan oleh Sasha tidaklah terjadi.

Melihat Edward yang berjalan ke ruang tengah tanpa mengatakan apa pun, setelah memandangi punggung pria itu selama beberapa saat, Sasha pun menutup pintu. Sebelum dengan langkah kecil yang lambat, Sasha mengikuti Edward untuk berjalan menuju ruang tengah.

Di ruang tengah, tepat Sasha berada semula, tergeletak komputer jinjing yang terbuka dan menyala, menampakkan dokumen program penulisan yang masih kosong, di atas meja kopi. Sasha yang melihat pandangan Edward jatuh pada alat tersebut, hanya bisa menarik bibir menjadi sebuah garis lurus, untuk menahaan helaan frustrasi yang melandanya.

"Sasha, bagaimana progress cerita yang kamu kerjakan saat ini?" tanya Edward dengan halus, seakan ia tidak melihat secara langsung sejauh mana progress Sasha saat ini dari layar komputer jinjing yang mulai meredup karena didiamkan cukup lama.

"Hum ..., mengenai itu ... aku pikir, aku membutuhkan tambahan waktu untuk menyelesaikannya." Di telinga Sasha sendiri yang mendengar ucapannya itu, merasa bahwa kata yang ia katakan terdengar sangat tidak tahu malu.

EroticaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang