Mendengar sapaan yang dilontarkan oleh Leonis, membuat Sasha hanya diam sambil menatap pria itu. Sasha bahkan tidak menyadari akan hal tersebut hingga mendengar balasan dari Arthur yang berada di sisinya.
“Siapa yang kamu panggil Archie, Leo?”
Mendengar nada kesal yang terdapat dalam pertanyaan Arthur, membuat Leonis terkekeh sebelum menyuarakan sebuah tanggapan. “Kau. Jika kau lupa Sasha dan orang tuamu memanggilmu seperti itu, Archie.”
“Mereka keluargaku.” Arthur memberikan alasan kenapa panggilan ‘Archie’ tidak diperuntukkan untuk Leonis. Namun, dikarenakan alasan yang dia lontarkan sendiri, sebuah pemikiran muncul di kepala Arthur dan dia pun tidak ragu untuk menyuarakannya. “Jangan katakan kamu memanggilku dikarenakan kamu memiliki ambisi untuk menjadi bagian dari keluargaku, Leo?”
Sekali lagi, Leonis mengeluarkan sebuah tawa renyah tanpa diikuti oleh persetujuan ataupun penyangkalan atas gagaskan yang Arthur miliki.
Arthur yang menganggap sikap Leonis merupakan isyarat ketertarikan pria itu terhadap Sasha, melemparkan pandangan ke arah kakak perempuannya. Yang sampai saat ini masih membisu. Melihat Sasha yang hanya terdiam, membuat Arthur berbisik tegas memanggil namanya, “Sasha!”
Mendengar namanya dipanggil, membuat Sasha kembali pada kenyataan. Lalu, dengan terbata dan sedikit canggung, Sasha membalas sapaan yang dilontarkan oleh Leonis sebelumnya. “H-halo, Leonis. Lama tidak bertemu.”
Meski perkataan Sasha terdengar seperti sebuah percapakan standar yang ucapkan demi kesopanan. Ada kebenaran yang terselip pada kalimat itu. Kenyataan bahwa Sasha memang sudah lama sekali tidak bertatap muka dengan Leonis. Kurang lebih dua tahun lamanya mereka tidak pernah bertemu ataupun bertukar sapa. Baik lewat surat, telepon, ataupun sosial media.
Sasha bahkan tidak mengetahui alasan kenapa Leonis pergi pindah dari satu titik ke titik lain, dari satu negara ke negara lain. Jika seseorang bertanya pendapat akan kepergian itu pada Sasha, setengah bercanda Sasha akan mengatakan bahwa kepergian Leonis untuk mengenal dan menyelek-beluki berbagai jenis perempuan.
Mengingat status Leonis yang sangat tersohor sebagai penakluk hati, tidak mengherankan jika memang alasan itulah yang mendasarinya.
“Lama tidak bertemu, Sasha,” Leonis kembali mengucapkan kembali sebuah sapaan untuk mengusir rasa canggung, “kulihat kau tidak banyak berubah.”
Entah ucapan yang Leonis katakan diucapkan sebagai hinaan atau pujian, Sasha tidak tahu. Hanya tahu bahwa ia pun melontarkan kalimat yang sama sebagai balasan. “Kau pun tidak banyak berubah Leonis.”
Dengan jarak dua tahun dari perjumpaan terakhir mereka, Sasha merasa Leonis tetaplah sama seperti apa yang ada di ingatan Sasha. Selain rambutnya yang kini memanjang, Leonis masihlah pria yang sama. Dengan wajah menawan dan memikat juga senyum yang menghanyutkan. Pria yang Sasha pikirkan sangat cocok baginya untuk jatuh cinta.
Sebelum perbincangan antara Sasha dan Leonis lebih dari sekadar pecakapan ringan, Arthur yang berada di antara mereka sejak semula menyela. “Aku akan pergi menemui tamu lain. Kalian lanjutkanlah percakapan kalian.”
Setelah mengatakan kalimat itu, tanpa menunggu respons dari Sasha ataupun Leonis, Arthur berjalan menjauh sambil melayangkan acungan jempol seperti menyemangati.
Leonis membuka mulut terlebih dahulu untuk mengomentari tindakan Arthur tersebut. “Archie kecil benar-benar tidak tahu bagaimana bersikap halus.”
Pipi Sasha merona merah, salah satunya dikarenakan teguran yang Leonis layangkan pada Arthur dan yang lain disebabkan oleh sikap Arthur yang begitu sangat terang-terang mencoba meninggalkan ia juga Leonis untuk sebuah percakapan pribadi atau bahkan intim.

KAMU SEDANG MEMBACA
Erotica
RomantizmSasha Millova Jeffrish seorang gadis muda yang mempunyai hasrat menjadi Penulis. Suatu hari datang sebuah tawaran yang membuatnya menjadi Penulis. Sayangnya itu semua hanyalah sebuah jebakan Edward Regulus Marton untuk mencapai keinginannya. Pering...