Berbeda dengan keadaan Edward, Sasha saat ini dalam fase tenangnya dengan santai menuangkan teh pada cangkir yang ia siapkan. Bersiap untuk memanjakan diri setelah disibukkan dengan mimpi yang membuat ia terbangun dengan tidak mengenakkan dan juga menuliskan beberapa bab pertama cerita.
Berjalan ke ruang tengah untuk memjatuhkan diri pada kursi malas yang ada di sana. Mengambil posisi ternyaman yang ia bisa dan menyesap tehnya, sebelum menaruhnya pada meja kopi yang letaknnya bersebelahan.
Secara fisik, Sasha tampak tenang dan bersantai, pada kenyataaannya pikiran Sasha tidak dapat masuk dalam kondisi tersebut. Terus menerus berputar, memikirkan sesuatu atau lebih spesifik, seseorang. Hal itu membuat Sasha meraih ponselnya yang sebelumnya ia letakkan pada meja kopi.
Menyentuh layarnya untuk membuka kunci, demi melihat apakah ada notifikasi masuk di sana. Sama seperti beberapa menit lalu, di mana Sasha tinggalkan ponselnya untuk membuat teh. Ponselnya memang menunjukan beberapa notifikasi baru, namun sama sekali tidak menampakkan pembaruan yang ia inginkan.
Melihat itu membuat Sasha masuk ke dalam aplikasi surat elektroniknya, memeriksa kembali apakah cerita yang ia kirimkan sudah dalam status terkirim dan memeriksa alamat surat elektronik tujuannya. Surelnya masuk dalam berkas terkirim dan tidak ada kesalahan dalam menuliskan alamat tujuan.
Meski tidak ingin, dengan berat hati Sasha menghela napas berat untuk menggambarkan kekecewaannya. Semula ia berpikir dengan melemparkan provokasi yang tidak begitu halus, bahkan nyaris kasar, akan memunculkan reaksi dari Edward. Sasha tidak berharap akan menyeret pria itu ke hadapannya, tapi setidaknya, akan menanggalkan ketidakpedulian yang akhir-akhir ini Edward berikan padanya.
Tapi tampaknya, ia terlalu memberi ekspetasi lebih pada dirinya sendiri, pikir Sasha. Karena nyaris satu hari setelah ia mengirimkan pesan yang disertai bab cerita dengan provokasi ketara, jangankan menunjukkan diri. Edward tidak memberikan tanda-tanda bahwa ia membaca pesan yang Sasha kirimkan dengan membalasnya dan memberitahukan bahwa naskah baru Sasha telah ia terima.
Mau tidak mau sebuah pemikiran negatif muncul di diri Sasha atas keadaan itu. Akan kemungkinan Edwad sudah merasa bosan meluangkan waktu untuk bermain dengan seorang perempuan yang minim pengalaman.
Lagi-lagi sebuah helaan napas berat terhembus. Sama seperti masih menyimpan warna kekecewaan namun kini bercampur dengan frustrasi. Sebelum Sasha memikirkan apa pun untuk menindak lanjuti keadaan yang membuat perasaannya kacau ini, suara bel memenuhi ruangan.
Sasha mengingatkan diri untuk tidak terlalu berharap pada siapa yang berada di balik pintu. Namun meski mengingatkan diri untuk itu, harapan Sasha terus melambung tanpa diminta. Akhirnya pintu pun terbuka dan menampakkan sosok yang bertanggung jawab atas deringan bel yang terdengar.
Harapan yang Sasha rasakan tidak terkhianati, dengan adanya Edward berdiri di ambang pintu. Ekspetasi yang ia berikan pada provokasi yang ia lempar pun tidak ia tempatkan terlalu tinggi. Bahkan sebaliknya, Sasha menilai terlalu rendah, karena dalam ekspetasinya ia tidak pernah berharap atau berkhayal akan membuat Edward langsung mendatanginya.
Sasha tentu saja tidak menampilkan perasaan tersebut ke permukaan. Di hadapan Edward, Sasha memasang ekspresi seperti terkejut dan tidak menerima kedatangan pria itu mengunjunginya.
"Ada keperluan apa yang membawamu ke sini, Edward?" kata Sasha dengan nada bingung dan menyiratkan ketidaksukaan akan kehadiran Edward. Tentu saja hal itu palsu, namun Sasha sedikit banyak merasa kesal dengan ketidakacuhan Edward belakangan ini, juga karena lambatnya Edward dalam meresponsnya membuat ia berpikir buruk, menganggap tindakkannya adalah patut dan pantas diterima oleh Edward.

KAMU SEDANG MEMBACA
Erotica
RomansaSasha Millova Jeffrish seorang gadis muda yang mempunyai hasrat menjadi Penulis. Suatu hari datang sebuah tawaran yang membuatnya menjadi Penulis. Sayangnya itu semua hanyalah sebuah jebakan Edward Regulus Marton untuk mencapai keinginannya. Pering...