Draft 3

174K 3K 52
                                    

Erotica - Bagian 3

 

Sasha berharap kejadian kemarin hanyalah mimpi atau khayalan belaka akibat menulis kisah erotika. Semua bisa Sasha percayai andai saja bagian pangkal pahanya tidak berdenyut nyeri akibat invasi besar-besaran di sana. Yang mana tiap denyutnya mengingatkan Sasha secara paksa bagaimana Edward mengambil keperawanannya.

Sasha bukanlah gadis puritan yang berprinsip untuk tetap perawan hingga menyusuri virgin road sebelum menyatu dalam ikatan perkawinan. Keadaan Sasha yang masih perawan lebih dikarenakan ia bersekolah di sekolah biarawan khusus wanita. Di mana penuh dengan kedisiplinan dan tentu saja tanpa pria.

Selepas dari sana Sasha terlalu malu untuk menjalin hubungan dengan pria untuk menanggalkan keperawanannya. Sasha hanya berani untuk menyalurkan hasrat dan fantasi gilanya ke dalam tulisan. Baik di kertas ataupun program menulis.

Sasha memang tidak pernah mengharapkan untuk melalui malam pertama dengan romantis di kamar penuh lilin dan pria yang dicintai. Tapi juga tidak pernah membayangkan, dalam mimpi erotis terliar pun, diperkosa oleh pria yang merupakan teman baik keluarga untuk pertama kali berhubungan seks.

Ponsel Sasha berdering ketika itu. Namun tidak Sasha acuhkan, ia tidak ingin menjawabnya dan terus bergelung di tempat tidur. Intunisi Sasha mencurigai Edward-lah yang berada di balik panggilan itu. Hal itu benar, karena tidak lama kemudian sebuah surat elektronik masuk ke ponsel Sasha dengan nama pengirim Edward R. Marton. Yang tak lain adalah pria yang mencabulinya kemarin.

Dengan perasaan bercampuk aduk Sasha membaca surat elektronik tersebut. Di layarnya terpampang tulisan;

Sasha, kenapa kau tidak mengangkat panggilanku?
—E.R Marton

Mata Sasha memincing kesal. Tanpa kalimat pembuka atau pendahuluan sebelumnya, seakan Edward sedang memberikan perintah pada budak yang harus menuruti apa pun perintah serta keinginannya. Sasha letakkan ponsel dengan kasar di atas nakas. Lagi-lagi tidak mempedulikan Edward yang berusaha menghubunginya.

Sasha kembali bergelung di tempat tidur, berpura-pura bahwa kehidupannya masih sebelum ia menandatangani kontrak kerja. Bukan, sergah Sasha, sebelum aku bertemu dengan Edward tepatnya.

...

Sasha merasa sebuah sentuhan di daerah terahasia yang menyebarkan rasa panas ke seluruh tubuh dan rasa nikmat yang baru saja ia kenal baru-baru ini. Tanpa sadar Sasha mengerang, saat sesuatu dalam kewanitaannya bergerak dengan lihai memperbesar rasa nikmat yang terselubungi oleh nyeri.

Seketika mata Sasha terbuka. Membangunkan ia dari tidur nyenyak serta menghapus mimpi erotis yang semula membayang dalam kepala. Secara tidak terduga Sasha melihat wajah Edward yang menunduk menatapnya. Secara otomatis Sasha mengambil jarak sejauh mungkin dari Edward.

Namun baru saja Sasha mundur beberapa inci, ia sudah menabrak kepala tempat tidur. Saat itu Sasha beru menyadari tubuhnya telanjang sementara dua jari Edward bersarang dalam kemaluannya dan masih melakukan gerakan menyiksa.

Edward yang tahu Sasha sedang mengamati tangannya, malah sengaja memutar jari dan mendorongnya lebih dalam hingga menyentuh titik tersensitif gadis itu. Sasha menjerit tanpa bisa ditahan.

Tidak ingin dipermainkan Edward lebih jauh, Sasha menampik tangan Edward, hingga jari yang semula ada dalam kewanitaannya keluar dan dalam gerakan sama menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang.

EroticaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang