Dengan emosi yang menggelak dikarenakan perkataan Edward sebelumnya, Sasha mengambil salah satu dari sofa kosong yang di ruang duduk. Mata Sasha melemparkan pandangan tidak menyenangkan ke arah Edward sebagai bentuk ketidaksukaan terhadap komentar yang pria itu katakan, meski Edward sudah meminta maaf atas hal itu.
Edward yang mengetahui hal itu, tidak memberitanggapan. Bahkan tidak mengacuhkannya sama sekali, seakan tidak melihat reaksi tersebut. Meski Sasha yang dengan sengaja memilih duduk di sofa yang berlawanan dengan jelas memperlihatkan hal itu.
Sebaliknya Edward mengeluarkan komputer tablet dari tas kerjanya, salah satu dari jinjingan yang ia bawa saat datang ke apartemen Sasha. Disibukkan beberapa saat dengan benda tersebut, sebelum akhirnya memandang ke arah Sasha dan mengatakan, "Aku sudah membaca cerita yang kamu kirimkan, Sasha."
Sasha hanya diam, tidak menunjukkan reaksi apa pun. Menunggu Edward melanjutkan perkataannya.
"Selamat, Sasha. Tulisanmu kali ini sangat mengalami banyak kemajuan dibandingkan dengan yang kamu tulis sebelumnya," puji Edward.
Mendengar itu, tidak ada rasa keterkejutan singgah dalam benak Sasha. Hanya kecurigaan bahwa perkataan Edward yang menyarankan dirinya untuk berhenti menulis tidak lebih dari reaksi yang disebabkan oleh provokasi yang ia buat. Entah kemungkinan yang bercokol di pikirannya adalah benar atau tidak, Sasha tidak terlalu mengambil pusing. Namun dikarenakan itu, membuat kekesalan Sasha yang sebelumnya masih menetap, hilang sepenuhnya.
Untuk itu Sasha pun merespon, "Terima kasih."
Reaksi yang Sasha hasilkan membuat Edward sejenak memandangi Sasha, sebelum ia kembali membuka mulutnya. "Ada hal yang ingin kutanyakan mengenai ceritamu, Sasha, dan aku harap kamu menjawabnya?"
Sasha mengangkat bahunya dengan sikap sambil lalu. Mengisyaratkan ia sama sekali tidak keberatan untuk menjawab pertanyaan yang Edward ingin ia jawab. Tapi, jika Sasha tahu ke mana pertanyaan itu akan mengarah, mungkin ia akan memikirkan kembali tindakannya yang memberikan izin untuk Edward bertanya.
"Dalam ceritamu, protagonis melewati pengalaman pertamanya dan melepas kegadisan dengan dua orang pria. Adegan itu, berdasarkan pengalamanmu kah, Sasha?" tanya Edward dengan nada serius seakan apa yang ditanyakan memiliki dampak besar dalam cerita yang Sasha buat.
Sementara Sasha sendiri, tepat setelah mendengar apa yang Edward ucapkan, rona merah memenuhi tidak hanya pipi, namun sekujur tubuh. Kekesalan Sasha yang belum lama menghilang, kini muncul kembali. Membuat Sasha melemparkan tatapan yang lebih tajam dari sebelumnya ke arah Edward.
Komentar Edward yang menyarankannya untuk berhenti menulis, memang menjengkelkan. Namun tidak apa-apa jika dibandingkan dengan apa yang Edward tanyakan saat ini. Karena seperti halnya Sasha, Edward mengetahui dengan jelas bagaimana Sasha melewati pengalaman pertamanya. Sebab dengan Edwardlah yang membuat Sasha mengucapkan selamat tinggal pada kegadisannya.
Dan ..., kini Edward tanpa rasa bersalah dan seakan tidak mengetahui sama sekali? Hal itu cukup membuat Sasha melemparkan perkataan dalam nada tajam dan penuh ketidaksukaan. "Kamu orang yang mengetahui hal itu dengan baik, Edward. Terkecuali kemampuan otakmu menurun karena usia."
Edward yang diberikan tidak hanya tatapan penuh keinginan melakukan kekerasan padanya, namun juga serangan verbal, sama sekali tidak menampakkan tanda-tanda terintimidasi. Masih dengan sikap formal namun santai. Bahkan dengan tenang Edward meraih cangkir teh dan meneguk isinya.
"Bisa dikatakan sebagian yang kamu tulis berdasarkan fantasimu, Sasha?" Edward kembali bertanya setelah meletakkan cangkir tehnya kembali ke meja.
Sasha merona sekali lagi atas pertanyaan Edward. Dalam hati ia mengutuki dirinya sendiri dan menyesal menjawab pertanyaan Edward dalam keadaan terpengaruh emosi. Seharusnya ia bersikap tenang dan dengan santai membenarkan perkataan Edward, demi membuat pria itu marah. Meski sebenarnya mengenai berhubungan seks dengan dua pria, tidak lebih dari fantasinya. Atau lebih tepatnya mimpi basah yang diciptakan oleh frustrasi seksual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Erotica
RomanceSasha Millova Jeffrish seorang gadis muda yang mempunyai hasrat menjadi Penulis. Suatu hari datang sebuah tawaran yang membuatnya menjadi Penulis. Sayangnya itu semua hanyalah sebuah jebakan Edward Regulus Marton untuk mencapai keinginannya. Pering...