Pasal 27

3.1K 339 82
                                    

Mengenakan setelan jas hitam dengan celana senada, Sage datang di hari pemakaman ayah kandungnya.

Ia sama sekali tak mempedulikan bisikan dan lirikan mata yang mengarah padanya. Keberadaannya disini hanya untuk memberikan penghormatan terakhir pada mendiang sang ayah yang jenazahnya ada di balik peti.

Gunawan Adiwaskita tak pernah meninggalkan sisinya sejak pertama kali melihat Sage datang. Pria tua itu memperkenalkan Sage sebagai putra Rendra Adiwaskita pada siapapun yang berani bertanya.

"Young master.. Senang akhirnya melihat anda pulang ke rumah."

Sage menoleh dan menemukan seorang pria tua dengan rambut full uban membungkuk hormat padanya.

Alfred Crane. Sage mengenal pria blasteran ini sebagai asisten Mr. Furuya.

Melihat Alfred berdiri disisinya, menyapa dan mengenalinya, Sage jadi teringat salah satu memori saat ia melontarkan candaan bahwa Mr. Furuya adalah jelmaan Bruce Wayne, karena tinggal di rumah tua yang besar dan memiliki asisten pria paruh baya bernama Alfred.

Saat itu Mr. Furuya membalas santai mengatakan sebenarnya ia adalah Zero atau Bourbon, nama salah satu karakter dalam film Detective Conan karena mereka memiliki nama belakang yang sama.

Sage tersenyum sendu. Sampai saat ini perasaannya pada mendiang sang ayah masih campur aduk.

Benci karena membuatnya lahir di dunia ini sebagai anak hasil perkosaan yang tak diakui.

Sangat benci karena membuat ia dan ibu hidup sengsara sampai disaat terakhirnya.

Sedih jika mengingat kenangannya sebagai Mr. Santa.

Dan sangat menyayanginya ketika ia menjadi Mr. Furuya.

Menghela nafas, Sage menatap Alfred dalam diam.

Bagaimana bisa ia tak melihat Alfred sama sekali selama masa pengintaian? Padahal selain mengawasi Gunawan, ia juga menyelidiki orang-orang terdekatnya termasuk Ren Adiwaskita.

"Selama sebulan lebih sejak mengetahui anda datang ke negara ini, beliau selalu mencari cara, ---- celah agar bisa mendekati anda sebagai dirinya sendiri." Alfred kembali bersuara.

Tak ada jawaban dari pihak Sage. Tatapannya terkunci pada peti yang ada dihadapan, seolah dengan memelototinya ia bisa mengeluarkan semua rasa yang berkecamuk dalam dada.

"Selama dua puluh tahun terakhir ini hidupnya didedikasikan hanya untuk melindungi anda Young master." Alfred kembali bercerita.

"Apa dia tahu aku mengawasinya?" Sage bertanya datar. 

"Ya. Oleh karenanya saya tidak boleh terlihat sama sekali disekitar beliau." Pria tua itu menjawab jujur.

"Beliau sangat menyayangi anda. Begitu bangga dengan semua prestasi yang anda capai, young master."

Tak ada lagi percakapan, Sage memilih diam menerawang terlarut dalam kenangan sang ayah, antara kehilangan dan benci.

Matanya melirik pada beberapa orang yang masih mengawasinya.

Papa Rega yang baru saja tiba nampak terkejut melihat tiga anggota keluarganya berada disisi Sage.

Tak hanya Rega, ----bunda, Tata dan Michael juga ikut datang memberikan penghormatan terakhir.

Prosesi pemakaman dimulai tak lama kemudian. Ayah kandung Sage dikebumikan di area pemakaman pribadi keluarga besar Adiwaskita.

Sepanjang acara Sage hanya diam membisu, mendengarkan eulogy disampaikan oleh beberapa orang terdekat termasuk Gunawan, sang kakak tertua dan Alfred, asisten mendiang. Hampir semuanya menyebut Rendra sebagai pribadi yang tertutup dan pekerja keras.

THE WEDDING AGREEMENT (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang