"Disini hujannya menakutkan.." Kata Niel yang saat ini matanya menatap pada jendela kaca.
Hujan deras bak air tumpah dari langit, disertai sambaran petir memang mengguyur kota sedari sore.
Selesai makan malam, Rega dan Niel memutuskan untuk duduk berdua di sofa yang ada dalam kamar, melihat hujan dari balik jendela kaca.
Rega mengambil salah satu novel sejarah koleksinya, sementara Niel hanya menopang dagu dan melihat hujan.
"Memang seringnya begini, hujan angin disertai petir. Kadang cepet reda, kadang bisa semaleman." Jelas Rega.
"Kamu takut hujan?" Lanjutnya bertanya pada sang suami.
"Nggak. Cuma wondering aja kenapa kalau hujan disini selalu seperti ini."
"Kedinginan nggak? Sini peluk." Rega menawarkan kehangatan, membuka kedua lengan.
Niel tidak membalas, tapi ia bergerak mendekat dan masuk dalam pelukan Rega, lalu keduanya rebah di sofa bersama.
"Aku tidak menyangka kak Rega tipe yang akan duduk di sofa dan membaca buku." Komentar Niel kemudian.
"Memangnya aku harusnya tipe yang bagaimana?" Rega balas bertanya geli.
Niel menggelengkan kepalanya yang bersandar di dada Rega.
"Entahlah.. kupikir kak Rega akan seperti Tata. Penyuka kegiatan outdoor." Niel memberikan pendapatnya.
Rega terkekeh,
"Tapi ini sedang hujan, angel. Kegiatan outdoor apa yang bisa dilakukan selain hujan-hujan?" Tanyanya sabar.
"Hujan biasanya nggak jadi penghalang. You know what I mean. Orang yang lebih suka beraktivitas di luar ruangan biasanya tak suka duduk duduk membaca buku." Jawab pria yang lebih muda.
Rega menyukai Niel yang sekarang, lebih banyak kosakata, mengeluarkan pendapat dan lebih sering inisiatif ngajak ngobrol duluan.
"Di rumah kami, ada wall khusus untuk panjat tebing, ring basket yang tertempel di dinding ruang keluarga, dan mini golf. Belum termasuk VR game koleksi Tata." Lanjut Niel.
"Di apartemen ini hanya ada treadmill." Tambahnya membandingkan.
Rega sekali lagi tertawa, kali ini lebih keras. Buku ditutup dan diletakkan di meja. Sepertinya tidak akan fokus membaca jika Niel terus mengajak ngobrol.
"Kamu lagi ngejekin aku nih ceritanya?" Tanyanya pada sang suami.
"Nggak. Bukan begitu maksudku.." Ralat Niel cepat.
"Ck.. iya. Kamu sedang membandingkan aku sama Tata. Dia asyik, dan aku nggak asyik, hanya pria tua yang hobi duduk di sofa sambil baca buku." Tuding Rega.
"Nggak gitu.." Bantah Niel singkat, namun dengan pipi memerah. Keliatan banget bohongnya.
Rega ingin menerkam malaikat mungil berwajah kemerahan ini. Niel sungguh menggemaskan saat berusaha menjelaskan seperti sekarang. Ia harus berulang kali mengingatkan dirinya untuk jangan lupa bernafas.
Tapi sudut kepalanya memikirkan hal lain. Kayaknya ngusilin Niel dan bikin anak itu sedikit marah lumayan akan lebih mengasyikkan.
Dan Rega pun melakukannya, dengan gerakan cepat menggulingkan Niel sampai sang suami terjatuh dari sofa.
Bruuk!!
"Ouch.. kak Rega apaan sih!" Niel bertanya tak terima, tiba-tiba tubuhnya ada di lantai.
Rega nyengir tanpa dosa.
"Aku tersinggung kamu meremehkanku." Ucapnya santai.
"Ayo bikin tantangan. Kalo kamu bisa menjatuhkanku juga dari sofa ini dalam tiga menit, kamu boleh minta apa aja dariku."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING AGREEMENT (Completed)
RomansaRenaga Nathaniel Linggadinata, straight to the bone, sudah memiliki pacar cantik yang siap dipinang, namun tiba-tiba dipaksa sang mama untuk menikah. Bukan dengan seorang wanita, melainkan laki-laki. Rega yang tak kuasa untuk menolak permintaan or...