Pasal 13

10K 808 73
                                    

Rega berjalan tergesa dari parkiran apartemennya menuju ke lift. Jenis langkah lurus ke depan nggak pake nengok kanan kiri.

Ia bahkan setengah berlari ketika sudah sampai di lantai 6, tempat unit apartemennya berada.

Begitu sampai depan pintu, Rega dengan cepat masuk menggunakan kartunya sendiri tanpa mengetuk.

"Niel.." Panggilnya sembari terengah.

Dan ia merasakan lega luar biasa ketika di detik berikutnya mendengar langkahan kaki.

"Hai kak.. kenapa ngos-ngosan?" Pria yang dipanggilnya itu membalas sapaan. Raut wajah si cantik terlihat bingung ketika melihat kondisi sang suami yang seperti habis lomba maraton.

Rega tidak menjawab, mengambil dua langkah lebar ia memupus jarak diantara keduanya dan membawa pria yang lebih kecil dalam dekapan.

"Praise the Lord.. aku takut tidak akan menemukanmu lagi disini." Bisiknya di atas rambut Niel.

Hanya itulah yang ia pikirkan sedari pagi. Ketar ketir meninggalkan sang suami sendirian di rumah.

Niel tidak mengatakan apapun, terlebih kalimat menenangkan semacam 'jangan khawatir, aku tidak akan pergi kemanapun tanpa seijinmu.'

Satu-satunya hal yang membuatnya tentram adalah keberadaan tangan Niel di pinggangnya, untuk membalas pelukan.

Well, paling nggak Niel tidak menolak sentuhannya, malah semakin melesak masuk, menyamankan diri.

"I miss you.." Rega berbisik pelan.

"Rasanya jam berputar lama sekali hari ini. Satu menit 360 detik." Tambahnya menggerutu, mencurahkan isi hati.

Tak ada balasan, Niel hanya diam mendengarkan.

Rega mengendurkan pelukan, ingin melihat wajah cantik sang suami.

"Are you okay?"

"Apakah harimu menyenangkan?"

"Apa saja yang kamu lakukan hari ini?"

Niel mengangguk dan menjawab singkat untuk semua pertanyaan beruntun Rega.

"Better."

Rega menghela nafas dramatis, wajahnya dibuat senelangsa mungkin.

"Menyebalkan.. sepertinya kamu baik-baik saja tanpaku." Ia mengomel.

Niel mendengus, his angelic snort. Salah satu ekspresi favorit Rega.

"Aku merasa teramat sangat kehilanganmu. Tidak ada yang membuatkan aku mie goreng untuk makan siang." Pria cantik itu berujar datar.

Rega tertawa keras, senang dengan usaha kurang meyakinkan Niel untuk menyenangkannya.

"Kamu berada disini hanya karena mie goreng buatanku?"

"Kind of."

"Semoga kamu tidak pernah menemukan eksistensi warmindo." Rega berdoa sambil terkekeh.

"Apa itu warmindo?"

"If I tell you, I have to kill you." Rega menggunakan kalimat sok misterius yang dulu pernah diucapkan Niel.

"Aku bisa mencarinya di google. Atau bertanya pada Keenan." Niel membalas santai.

"Hissh.. pokoknya kamu nggak boleh kesana. Aku nggak mau dicampakin gara-gara kamu lebih milih abang-abang warmindo." Rega mengekang.

"Perasaanku nggak segampang itu berpindah tempat seperti kutu loncat." Tandas Niel.

Eh..?

"Jadi.. kamu ada perasaan sama aku?" Sambar Rega cepat, tidak menyia-nyiakan kesempatan.

THE WEDDING AGREEMENT (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang