Pasal 32: The Epilogue.

5.4K 365 117
                                    

Setting time: Satu tahun kemudian.

"Ga... tolong.. tolong.. bantu angkat telpon!"

Berjalan cepat menuruni tangga, ayah mertuanya sudah ribut berteriak sambil menyodorkan ponsel.

"Astaga.. ---Hati-hati yah.." Rega yang sedang memasak balas berteriak.

Mana tumisannya lagi nggak bisa ditinggal, airnya sisa sedikit.

Kalau ayah mertuanya sampai jatuh kejengkang, ia bisa ketempuhan.

"Hurry Ga, ---tolong angkat telponnya! Keburu nanti dia tambah ngomel."

Begitu sampai di depan kitchen island, ponsel yang layarnya nyala itu langsung diserahkan.

'Bigboss is calling..

Rega tahu pasti siapa kontak bernama Bigboss ini.

Ia pun segera mematikan kompor dan melepas sarung tangan yang tadi dipakainya, biar bisa angkat telpon.

Sayang, baru juga mau diangkat udah selesai panggilannya.

"Udah keburu mati yah. ---Kenapa nggak diangkat sendiri aja tadi?" Rega bertanya heran.

Cengiran lebar menghiasi wajah ayah mertua sebelum beliau akhirnya duduk di salah satu kursi depan counter.

"Nggak berani angkat. --- Aku yakin, dia nelpon pasti cuma mau ngomel." Beliau menjelaskan.

Rega geleng-geleng kepala, nggak habis pikir.

Hilang sudah figur Gunawan Adiwaskita yang dulu menakutkan ala mafia, siap menembak siapapun yang berani mengusiknya.

Sekarang beliau hanyalah bapak-bapak biasa di usia senja yang takut pada omelan anaknya.

"Perlu telpon balik nggak yah?" Rega menawarkan, siap menekan tombol call back.

"Nggak usah! Makasih.. Makasih.." Tolak pria yang lebih berumur, mengambil kembali ponselnya lalu meletakkan di atas meja.

"Kalo bisa dipending, mending biar ngomelnya nanti aja sekalian pas dia sampai rumah. ----Daripada dobel. ---Udah ngomel ditelpon, ntar pas ketemu kena lagi."

Rega bukannya bersimpati, tawanya malah semakin keras.

Nggak ada rasa takut. Ia cukup dekat dengan ayah mertua sampai berani terang-terangan melakukan hal itu.

"Memangnya ayah habis ngapain?" Tanyanya penasaran.

Niel emang masih galak sampai sekarang. Tapi biasanya baru ngomel kalau ada yang bikin ulah.

"Frans ngadu sama Niel kalo aku habis makan sate kambing sama gule sumsum." Curhat sang ayah dengan nada kesal.

"Haish... susah banget sekarang nyari orang yang bisa loyal. ---Semua tunduk sama Niel. Apa-apa lapor." Tambahnya merasa dikhianati.

"Itu karena semua orang khawatir sama ayah. Pak Frans peduli, takut ayah sakit lagi." Rega membela pria yang bekerja sebagai asisten sang ayah.

Pria yang ada dihadapannya bukan mengapresiasi malah berdecak sebal.

"Apalagi ayah suka bandel. Pak Frans udah ngingetin tapi masih laju, makanya lapor sama Niel." Tambah Rega, tahu betul tabiat ayah mertuanya.

"Yaa.. Kan masa tiap hari makannya sayur mulu. Lama-lama aku jadi sapi." Gunawan berkelit.

Rega tertawa lagi, nggak ada simpati sama sekali.

Sejak setahun yang lalu, Niel menggunakan jasa dokter dan ahli gizi terbaik untuk merawat sang ayah.

THE WEDDING AGREEMENT (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang