Pasal 22

7.9K 743 135
                                    

"Jangan coba-coba membujukku." Ujar Niel, begitu mobil mereka sudah mulai meninggalkan parkiran apartemen.

Sepanjang perjalanan dari depan unit pak Bima sampai parkiran keduanya berjalan beriringan tanpa mengobrol apapun. Bisa dibilang ini adalah percakapan pertama mereka.

Rega tahu pasti apa yang dimaksudkan suaminya. Syarat ketiga yang diajukan oleh pak Bima.

"Kukira malah kau yang akan mempertimbangkannya, angel." Ia membalas, teringat bagaimana Niel dan sang paman saling memeluk erat penuh perasaan.

Sebagian diri Rega merasa bahagia karena Niel akhirnya memilih berdamai dengan pamannya dan mulai membuka diri.

Tapi disisi lain ia harus menekan kuat rasa cemburunya melihat Niel dekat dengan pria lain.

Mana otoritasnya kalah telak. ---- Tak ada yang bisa ia lakukan ketika pak Bima menarik Niel untuk duduk bersamanya sepanjang jamuan makan.

Rega juga teramat cemburu ketika melihat suami cantiknya merasa nyaman dalam dekapan pria lain.

Hah! Semoga seiring berjalannya waktu perasaan posesif berlebihnya ini memudar sedikit demi sedikit.

Bagaimanapun juga pria itu adalah satu satunya kerabat satu darah yang Niel miliki. Rega harus belajar berbagi!

"Kau sudah tidak membencinya lagi, malahan mulai menerimanya. ---- Aku bisa melihat dari interaksi kalian." Rega mencoba kembali fokus pada percakapan.

"Kamu menyayanginya."

"Dia menyayangiku." Sage meralat lirih.

"Iya. Dia sudah pasti sangat menyayangimu. Terlihat jelas dari bahasa tubuhnya." Rega menyetujui.

Terdengar helaan nafas panjang dari bangku sebelah.

"Dulu juga kukira bunda menyayangiku. Aku tidak pernah meragukan cintanya. ---- Tapi ternyata...." Ujar Niel miris.

Kalimatnya berhenti ditengah jalan, Rega tahu pria cantik ini terluka dan trauma begitu cepat mempercayai orang baru.

Menggeser pantatnya, ia beralih menghadap ke arah Niel yang sedang fokus memegang kemudi.

Jangan salah sangka, di hubungan keduanya, posisi driver tak selalu ada pada Rega yang memiliki tubuh lebih besar. Karena nyatanya Niel yang mungil ini lebih lihai dan luwes mengemudi.

Sekarang juga mereka lebih sering pergi bersama menggunakan satu kendaraan, dengan Niel yang mengantar jemput Rega.

"Ini hanya pendapatku. Tapi aku masih merasa mama sangat menyayangimu." Ucap Rega sembari memandangi wajah cantik sang suami yang tetap bercahaya di gelapnya malam.

"Mama setiap hari masih sering menelepon dan bertanya padaku tentangmu." Lanjutnya bercerita.

"Apakah kamu sehat? --- Apakah kamu baik-baik saja? ---- Apa yang kamu makan hari ini?"

Wajah cantik di sebelahnya tak memperlihatkan ekspresi apapun. Niel sejak dulu ahlinya poker face.

"Mungkin memang mama memanfaatkanmu, tapi aku juga yakin, beliau menyayangimu." Rega menambahkan pendapatnya.

Niel melirik Rega sekilas sebelum kembali fokus ke jalanan.

"Maybe.." Jawabnya acuh.

"Eh.. Kukira kita akan pulang ke rumah dulu ganti mobil." Rega terdistraksi, baru menyadari jalan yang mereka lewati bukanlah jalan pulang.

Mobil yang saat ini mereka naiki memang city car punya Rega, bukan Lucifer, si Mclaren P1 hypercar milik Niel yang lebih cocok untuk balapan liar.

THE WEDDING AGREEMENT (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang