"Jangan pergi, please.."
Sage menatap jengah pada sang paman yang setiap hari bertambah clingy.
Jika sebelumnya Sage mengeluh karena waktunya tersisa hanya ketika Rega ada di kantor, sekarang ia malah tidak memiliki waktu luang sama sekali.
Sore sampai malam Sage bersama Rega, sementara pagi hingga siang hari ia menghabiskannya dengan sang paman.
Seringnya intensitas kebersamaan, membuat hubungannya dengan uncle Bima meningkat pesat.
Sage sudah tak lagi menganggap pria itu sebagai target balas dendam. Mereka sudah biasa bercanda, saling mengejek, dan tertawa bersama ketika bertukar cerita.
Kondisi uncle Bima sudah jauh lebih baik, meski ia belum kembali pada aktivitas normalnya.
Infus sudah dilepas tiga hari yang lalu, luka-lukanya pun sebagian besar sudah mengering.
Siang setelah menemani makan siang, biasanya Sage akan pergi, membiarkan uncle Bima beristirahat.
Tapi dua hari ini rengekan mirip anak kecil tak mau ditinggal ibunya selalu terdengar setiap kali Sage berpamitan.
"Kau harus tidur siang agar cepat pulih." Sage membujuk.
"Aku sudah sehat. Biasanya juga aku nggak tidur siang." Uncle Bima berkilah.
"Apanya yang sudah sehat, kamu barusan masih minum obat." Balas Sage melempar fakta.
Bimasena, pria yang hampir berumur 40 tahun itu terlihat merajuk. Sangat tidak pantas.
"Sepertinya kemarin aku terlalu banyak memukul kepalamu. Berkacalah.. Lihat dirimu." Sage mendengus geli.
"Memangnya kamu mau kemana siang-siang begini?" Sang paman ganti bertanya.
"Kamu bisa bekerja dari sini, sambil menemaniku.---- Reino juga melakukannya."
"Ada satu dua hal yang harus aku lakukan diluar sana." Jawab Sage datar.
"Kau mencurigakan. - Hal apa yang membutuhkan waktu dari siang hingga esok hari untuk dilakukan?" Uncle Bima bertanya serius.
"Aku hanya diluar sebentar, setelah itu aku kembali ke apartemenku." Jawab Sage mencoba sabar.
"Kamu tinggal dimana sebenarnya?" Uncle Bima ganti bertanya hal lain.
"Tinggallah disini bersamaku. Jadi aku bisa bersamamu sepanjang waktu."
"Kamar disini hanya ada dua, sudah ditempati olehmu dan Reino. Aku tidak suka tidur di sofa." Tolak Sage.
"Oke, kalau begitu kita pindah ke apartemen yang lebih besar.--- Atau kau mau rumah yang sebenarnya?" Uncle Bima menawarkan.
"Rumah mewah dengan kolam renang luas?"
"Ayo kita belanja rumah, --- pilihlah manapun yang kamu suka. Tapi setelah itu kamu wajib tinggal bersamaku."
"Aku tidak mau kehilanganmu lagi."
Sage mendesah perlahan. Ini mungkin akan menjadi masalah baru di kemudian hari.
Rencananya untuk menghilang bersama Rega bisa gagal karena sikap uncle Bima yang seperti ini.
"Tidak. Aku sudah nyaman dengan tempat tinggalku yang sekarang." Sage kembali menolak.
Bimasena terlihat jelas kecewa.
"Tidurlah. --- Aku berubah pikiran. Aku akan duduk di sofa, menungguimu tidur siang sambil bekerja." Sage sedikit mengalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WEDDING AGREEMENT (Completed)
RomanceRenaga Nathaniel Linggadinata, straight to the bone, sudah memiliki pacar cantik yang siap dipinang, namun tiba-tiba dipaksa sang mama untuk menikah. Bukan dengan seorang wanita, melainkan laki-laki. Rega yang tak kuasa untuk menolak permintaan or...