Pasal 24

11.1K 784 118
                                    

Jam sudah menunjuk di angka tiga ketika mereka akhirnya masuk kamar untuk beristirahat.

Bunda dan Tata yang tak jadi kembali ke hotel kini menghuni kamar Niel, sementara Michael harus puas mendapatkan sofa ruang tamu.

"You okay?" Rega yang baru saja naik ke atas ranjang bertanya lembut, tangannya menarik Niel untuk dipeluk.

Sang suami yang lebih cepat menyelesaikan ritual sebelum tidur memang sudah berada di kasur lebih dulu daripadanya.

"Kamu lebih pendiam, aku jadi khawatir."

Niel mendongakkan kepala dan Rega untuk sesaat menahan nafas, terpesona. Wajah bare face Niel terlihat cantik meski hanya di keremangan lampu tidur.

"Emang aku biasanya gimana?" Si cantik bertanya polos.

"Kamu tuh biasanya galak. Apalagi kalau aku naik ke kasur dengan kaki basah." Jawab Rega, kakinya yang lembab di bawah sana sengaja mengelus kaki Niel.

"Ini bahkan tidak ada tendangan, padahal aku udah pasang kuda-kuda." Tambahnya ketika sang suami minim respon.

Satu cubitan tak terlalu keras terasa di pinggang. Niel kembali menelusupkan kepalanya ke sekitar leher Rega.

"Energiku habis, aku akan menendangmu besok." Ujarnya malas.

Rega bisa merasakan nafas Niel yang menggelitik leher, menciptakan sensasi yang seharusnya tidak dirasakan.

Huh.. ngapain ya tadi Rega sok bijak nolak pas Niel nawarin begituan, sekarang jadi susah nahan sendiri kan?

"Apa yang sedang kamu pikirkan?" Rega kembali bertanya, mencoba mengalihkan pikirannya pada hal-hal yang lebih penting.

Niel bergerak sedikit, merapatkan tubuh keduanya, menempel di setiap lekuk, memeluk lebih erat.

"Aku cuma bingung, nggak ngerti kenapa semuanya jadi seperti ini." Ia berbicara setelah merasa nyaman dalam dekapan.

"Aku takut urusan ini tidak berjalan lancar. Dan kalian jadi tumbal karena aku."

Rega mengelus sayang surai yang sekarang selalu berwarna hitam, tak lagi dicat. Ia menyukai sensasi lembut rambut Niel diantara jemarinya.

"Kepala ini harus lebih optimis. ----Kita pasti bisa melewatinya." Rega menasehati.

"Apa kamu pernah mendengar quote tentang cinta sejati dapat bertahan dari badai apapun yang diberikan kehidupan?"

Niel bukannya terharu malah mendengus dan mencibir.

"Cinta sejati kita baru berumur dua bulan, sedangkan cinta sejati pria itu dan wanitanya sudah bertahan lebih dari dua puluh tahun."

"Kita masih newbie kalo dibandingin sama mereka."

Dari kepala, tangan Rega turun ke pipi samping untuk mencubit pipi mulus suaminya.

Agak kesal tapi nggak kaget karena Niel memang sudah biasa membalas gombalannya dengan fakta realistis.

"Terima kasih." Kata Niel out of the blue.

Rega mengerutkan kening, tak mengerti kenapa tiba-tiba Niel mengucapkannya.

Bukannya tadi ngejekin, kenapa mendadak bilang tengkiyu?

"Terima kasih untuk apa?"

"Ini.--- positive vibes yang selalu kak Rega tularkan padaku. Kurasa bunda salah besar kalau bilang kepribadian kita hampir mirip. Menurutku malah kontras, beda jauh." Niel menjelaskan.

"Kak Rega jauh lebih bijak daripada aku."

"Aku suka sudut pandangmu dalam menyikapi masalah, juga kak Rega yang selalu menyuruhku untuk berpikir positif."

THE WEDDING AGREEMENT (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang