Part 17

21.8K 1.5K 43
                                        


Author nyampe ketawa ngik ngik baca komen dari kalian😭😆
.
.
Jangan jadi silent reader dong, kan author jadi mager buat up 😤
.
.
.
Nih udah double up itungannya👺💀
.
.
Let's go 🚴
Happy reading ✨

~~~~~~~

Waktu sudah semakin larut malam, dimana membuat seseorang yang sedang tertidur pulas terusik karena sesuatu.

"Eughhh, udah pagi ya?" Tanyanya pada diri sendiri.

Netranya pun menatap jam yang ternyata masih menunjukkan pukul 2 dini hari. Melirik sekilas arah samping nyatanya tidak ada apapun 'dia belum datang ya?' batinnya.

"Gue laper, mungkin karena tadi siang belum makan apapun" ucapnya mengelus pelan perutnya.

Keadaan yang sudah lebih tenang dari sebelumnya, hanya saja mata yang masih sembab menghiasi wajahnya.

Melangkah pelan menuju pintu, sekarang tujuannya ialah ke dapur siapa tau disana akan menemukan makanan yang bisa untuk mengganjal perutnya.

"Kepala gue pusing banget"

Kini tangannya sudah memegang knop pintu, betapa terkejutnya ketika membukanya pemandangan yang pertama kali dilihat ialah sosok anak laki-laki yang sedang meringkuk dilantai.

"El.." lirihnya menatap sendu

Luis pun segera berjongkok mencoba untuk melihat lebih dekat lagi. Diusapnya lembut Surai anaknya itu "Lo ga boleh egois Luis, masih ada anak Lo yang butuh sosok Lo disisinya" lirihnya menyemangati dirinya sendiri.

Diangkatlah El pelan dengan hati-hati menuju kasur king size yang ada didalam.

"Maaffin mommy sayang hiks..." Sungguh Ia sangat merasa bersalah karena terlalu sibuk memikirkan diri sendiri hingga mengabaikan sosok El yang masih membutuhkan dirinya disisinya.

"Cupp, selamat tidur sayang" ucapnya sebelum melangkahkan kakinya keluar kamar, tak lupa ia menutup kembali pintu kamar tidurnya.

Kini kakinya melangkah menuruni anak tangga dengan hati-hati, mengadah kesana kemari takut jika ada orang yang memergokinya sedang berkeliaran saat ini, ternyata sepi. Luis pun berjalan menuju dapur dibukanya pintu kulkas hanya terdapat sepotong roti yang bisa dimakan.

Terdapat bahan yang masih mentah dan jika ingin memakannya maka harus dimasak terlebih dahulu. "Maless kalo harus masak dulu, ini aja deh ga papa" mengambil sepotong roti, lalu menutup kembali pintu kulkas.

Tak lupa Luis pun mengambil segelas air putih, berjalan ke arah meja makan didepannya lalu badannya pun ikut didudukan di salah satu kursi, dengan ditemani satu cahaya lampu yang masih menyala.

Selepas memakan rotinya, kini Luis pun kembali melangkahkan kakinya untuk menuju anak tangga. Baru beberapa langkah menaiki anak tangga, langkahnya pun terhenti karena menatap objek yang menarik perhatiannya.

Sebuah pintu yang baru saja dilihatnya, pintu yang sedikit terbuka tersebut berada di ujung samping tangga.
Kenapa ia tidak bisa menyadari keberadaan pintu itu??.

Atau memang pintu tersebut sudah lama berada disitu hanya saja ia yang baru melihatnya?? Tapi ia sangat yakin jika yang berada di ujung samping anak tangga ialah sebuah dinding bukan pintu.

Kini hati dan pikirannya saling beradu argumen apakah dirinya harus mendekati pintu itu atau bahkan mengabaikannnya lalu pergi ke kamar.

Cukup lama Luis terdiam dengan posisi yang sama menatap pintu tersebut, ia merasa seperti ada sesuatu yang menariknya untuk masuk kedalamnya.

Dengan langkah pelan, kakinya pun perlahan mendekati pintu tersebut, mungkin karena disatu sisi Luis sangat penasaran tentang keberadaan pintu tersebut, ia harus meyakinkan apakah ini khayalannya atau tidak.

whatt?? i'm mother?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang