Part 33

11.1K 806 45
                                    

Suasana malam hari di pedesaan yang sangat kental dengan suara jangkrik dan juga semilir angin menambah kesan tenang jauh dari hiruk pikuk kebisingan dan juga keramaian.

"Nduk, kamu belum tidur" tanya wanita paruh baya yang tak lain bernama Ibu Asih.

Luis menoleh menatap tersenyum lalu kembali menatap ke langit "belum ngantuk Bu" ucapnya.

Sudah lama Luis berada di belakang rumah duduk sendiri memandang pemandangan yang sangat indah, dimana langit yang cerah dan bintang-bintang berhamburan membuatnya semakin betah tak ingin beranjak dari tempat duduknya.

Bu Asih berjalan mengampiri duduk disamping Luis "Angin malam tidak baik untuk tubuh, segeralah masuk jika sudah mengantuk".

Luis mengangguk membalas "iya Bu".

"Anak kamu sudah tidur?" Tanya ibu Asih.

"El sudah tidur sejak tadi, mungkin dia kelelahan karena perjalanan tadi siang" jelasnya.

Bu Asih mengangguk " ibu, mau masuk dulu..ingat pesan ibu yang tadi ya" ucapnya berlalu pergi masuk kedalam rumah.

Luis hanya tersenyum menjawab.

Setelah dirasa Bu Asih sudah masuk, kini Luis kembali menghela nafas pelan.

"Tolong beri gue sedikit petunjuk Luci" lirihnya menatap ke arah langit.

Hembusan angin kini menerpa wajahnya seperti jawaban jika permintaannya didengar olehnya.

"Siapa Dia yang Lo maksud?" Tanyanya kembali.

"Siapa yang sedang berusaha menghancurkan keluarga Lo Luci"

"G-gue merasa gagal jika Dia yang Lo maksud bisa masuk dan menghancurkan mereka yang sudah gue anggap sebagai keluarga gue sendiri" cairan bulir kini keluar tanpa diminta, suara isakan pun mulai terdengar bersamaan dengan suara jangkrik yang sedari tadi berbunyi.

Hembusan angin kini kembali menerpa wajah Luis.

Rasa kantuk yang datang membuat Luis beranjak dari tempat duduknya, berlalu pergi menyisahkan keheningan dalam sekejap.

~~~~~~~

Didalam ruangan Rial terlihat lima orang yang sedang berlutut dengan kepala yang menunduk, sudah beberapa jam mereka ada disini. Tubuh yang penuh luka sayatan dan pukulan tak membuat mereka berkutik untuk sekedar berbicara. Bahkan cairan darah kental yang keluar pun mereka abaikan.

Mereka seperti menerima perlakuan itu semua tanpa membantah, Menanggung resiko yang dihadapi.

Jika kalian bertanya kenapa mereka bersedia menanggung hal yang menyakitkan itu? Jawabannya karna Zeus! Masih ingat dengan dia?? Nama yang diucap Revan setelah keluar dari ruangan rahasianya?. Jika kalian lupa bisa baca di part 29.

"Wanita itu sungguh tidak tau diri" ucapnya marah.

Pria itu kembali memukul membabi buta kelima orang yang masih berlutut tanpa perlawanan.

"Ini pilihan kalian, karena aku tidak boleh membunuh wanita itu"

Bugh..

Bugh..

Bugh..

"Jika kalian mengizinkan ku untuk membunuhnya pasti kalian tidak akan seperti ini" ucapnya disela-sela tangan yang masih sibuk memukul tanpa belah kasih itu.

'Stop zeus' ucapan itu terdengar dari dalam pikirannya. Apakah dia sudah bangun?.

"Tidak, jika perlu aku ingin membunuh mereka" teriaknya.

whatt?? i'm mother?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang