27. WANNA BE YOURS

219 5 0
                                    

~~~~~happy reading~~~~~

Plak

"Brengsek!"

Dada gadis itu naik-turun, ia melayangkan tatapan membunuh ke arah Geo.

Laki-laki yang baru saja ditampar itu memejamkan matanya dengan kepala yang masih tertoleh ke samping. Di detik berikutnya Geo menatap lembut gadis itu.

Perlu di ingat, mereka masih berada di area depan toilet. Cahaya yang lumayan remang-remang membuat keduanya tidak tampak dari kejauhan.

"Zhela, i wanna be yours,"

Mata Anzhela mengerjap-ngerjap lucu, Geo jadi tak tahan untuk tidak menyubit pipi gadis pendek itu.

Sebelum Geo melakukannya, Anzhela segera menepis tangan laki-laki itu. "Sorry, gue gak bisa." Tolak gadis itu hendak pergi namun Geo lagi-lagi menarik lengannya kasar hingga tubuhnya membentur tembok.

"Lo apa-apaan sih!" Sentak Anzhela terkejut dengan perlakuan Geo.

"Gue cinta sama lo!"

"Tapi gue gak!"

Geo menatap Anzhela tajam, begitupun sebaliknya. Keduanya saling menatap dengan tajam seakan-akan mereka itu musuh bebuyutan.

Laki-laki itu mengerang frustasi. Ingin sekali dia mengikat gadis ini dan membawanya ke rumah lalu menguncinya dikamar seharian, pasti menyenangkan.

Geo menarik lengan Anzhela dan keluar dari Club, karena suara musik dj yang semakin memekak telinga.

Laki-laki itu menghembuskan nafas kasar. Ia meremat rambutnya, "Zel, Gue harus apa supaya lo bisa nerima gue?" Suara laki-laki itu melemah juga tatapannya.

Kenyataannya kelemahan Geo ada di hadapan cowok itu. Sosok yang sulit digapai seperti kupu-kupu.

Mencintai seseorang ternyata se-menyakitkan ini, ya? Apalagi kalau pernyataan cintanya ditolak, double kill sakitnya.

Anzhela menunduk dalam. "Gue juga gak tau, gue gak ada rasa sama lo, gue masih trauma sama masa lalu gue, emangnya lo mau punya cewe yang belum ngelupain masa lalunya? Nggak, kan?" Gadis itu kemudian mendongak menatap Geo dengan nanar.

"Jangan pernah jatuh cinta sama orang yang belum sembuh dari luka masa lalu, karena lo bakalan kalah sebelum memulai."

Geo mengusap wajahnya. Ia meraih kedua bahu Anzhela, kemudian menatapnya lekat. "Persetan! Mau masa lalu atau apapun itu, gue sama sekali gak peduli. Yang gue peduli-in di masa kini dan masa depan, apa gue bakal sama lo atau gak itu tergantung seberapa hebatnya gue perjuangin lo. So, hargai gue ya?"

Hidung gadis itu kembang-kempis. Ia baper sebenarnya tapi harus tetap jaim.

Kepala Anzhela menggeleng, seiring ia melepaskan cengkraman Geo pada bahunya. "Gak, gue tetep gak bisa. Lo gak tau seluk-beluk gue, gue bukan orang berada kayak lo, gue bukan orang yang punya silsilah, gue orang buangan yang gak sengaja dipungut dan dirawat, gue gak masuk kriteria siapapun, please jangan maksa gue untuk nerima lo, Geovan."

Keadaan yang begitu sulit.

Anzhela akui, laki-laki ini pantang mundur dan terus mengejarnya. Pernah sekali, ada perasaan untuk Geo tapi itu hanya sekejap, mengingat ia hanya diperintahkan untuk membuatnya jatuh pada pesona seorang Anzhela. Beruntung sekali gadis itu, tanpa bersusah-payah Geo lebih dulu menjatuhkan dirinya.

ATHALLA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang