Sahabat Lama

1.1K 139 7
                                    

Sore itu, Yaksa masih berkutat dengan dokumen dan layar monitornya. Dia memutuskan untuk pulang lebih awal hari itu. Namun meski sudah berada di rumahnya sendiri, Yaksa masih menghabiskan waktu bergulung dengan pekerjaannya di ruang kerja pribadinya.

Alis Yaksa terangkat, ini sudah keempat kalinya dia melihat trainee JNJ Entertainment di berita hari itu. Yaksa rasa sosok trainee dengan masker dan hoodie abu-abu ini juga muncul di berita tv sebelumnya.





Perhatian Yaksa beralih ke layar telfonnya saat handphonenya berdering. Bu Anggi, nama sekretarisnya itu terpampang disana.

"Pak Yaksa,saya hanya ingin mengonfirmasi, semua laporan yang perlu bapak tandatangani sudah saya letakan di meja. Dan softcopy dokumennya sudah saya email barusan"

"Baik bu Anggi" ucapnya.

Yaksa selalu hormat pada perempuan paruh baya itu. Bu Anggi adalah sekretaris setianya, bahkan beliau ini sudah menjadi sekretaris di Jayendra group, sejak Jayendra masih dipegang oleh ayah Yaksa.



"Kemudian saya juga ingin menyampaikan terkait pesanan anda juga sudah siap berangkat ke alamat yang anda infokan di hari sabtu minggu ini"

Alis Yaksa terangkat. Mencoba mengingat-ingat tugas apa yang dia berikan pada sekretarisnya sebelumnya.

"Seribu bibit bunga mawar merah pak yang sudah berbunga" ucap bu Anggi lagi, saat tidak ada respon apapun dari bosnya.

"Ah baiklah, terimakasih bu Anggi. Saya harap bunga itu dapat tumbuh baik disana" ucap Yaksa

Yaksa mengangguk, benar juga. Dia sudah merencanakan untuk menghiasi pinggiran danau dengan menanam bunga mawar merah disana. Meski sebetulnya, Yaksa masih ingin berharap bahwa anaknya masih hidup.





"Apakah ada lagi bu Anggi?" Tanyanya, tangannya mulai mengklik icon softcopy dokumen yang dikirimkan oleh sekretarisnya.

"Oh barusan Detektif Christ datang, saya mengarahkannya untuk datang ke rumah bapak. Mohon maaf saya belum konfirmasi ke pak Yaksa. Saya lihat tadi Detektif Christ keliatan terburu-buru"

Yaksa mendengar dengan seksama, dia tidak pernah sekalipun mengundang detektif christ ke rumahnya. Karena sebelumnya penyelidikan mengenai Bayu adalah rahasia pribadinya.

"Baik bu Anggi, tidak apa, terimakasih. Selamat sore" ucapnya sebelum memutus sambungan telfon tersebut.

Yaksa terdiam jarinya mengetuk-ngetuk meja kerjanya. Dengan cepat Yaksa kembali mengambil handphonenya dan menelfon anak sulungnya. Dia sudah berjanji akan menghadapi semuanya bersama.





"Mahes, bisa kau pulang sekarang" ucapnya.

Yaksa menyandarkan punggungnya, dan mengambil remot tv di sebelahnya. Yaksa memejamkan matanya. Kehadiran Detektif Christ selalu membuatnya gugup. Dia berharap apapun itu, adalah kabar baik untuk keluarganya.



----------





"Gila, adek akhirnya foto sama Bara" ucap Sangga bermonolog sambil menscroll galeri handphonenya. "Padahal lagi sakit kok tapi masih tetep cantik ya bang"

Jan Raka hanya menggeleng, "Norak tau dek"

"Ih apasih abang, iri ya adek sebangku sama Bara" kata Sangga sebal.

"Jangan gitu dek, nanti dia ngerasa kalau kamu mau temenan sama dia karena kamu fansnya. Takut dia gak nyaman juga" ucap Mahes lembut.

"Tau dengerin tuh" ucap Jan Raka

Bara BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang