Rakana

965 93 4
                                    

New Character

New Character

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nana

.

.

"Jadi yang mana sih?"

Nana merenggut sebal pada sahabatnya yang sudah hampir satu jam lebih berdiri di depan tumpukan boneka beruang.

Mata Jan Raka menyipit tajam, "Yang ini hidungnya keras, kalau gak sengaja kedudukan sakit" kata Jan Raka sambil memencet ujung hidung boneka beruang.


Nana yang sedang memeluk boneka beruang yang sama persis ingin sekali melemparkan boneka itu ke kepala Jan Raka.

Ada saja yang Jan Raka keluhkan. Tadi dia ngeluh, kurang lembut lah, kurang fluffy lah, sekarang hidungnya keras



"Buat pacar lu ya?" Tanya Nana, matanya menyelidik raut wajah Jan Raka yang tiba-tiba tersenyum.

Gue cemburu ya, lu bisa-bisanya senyum, batin Nana.

"Buat adek gue kok" kata Jan Raka, yang entah kenapa membuat hati Nana lega dan tanpa sadar membuat ujung bibir nana tersenyum tipis.


"Eh bentar" nana mendekat dia bukan sosok yang mudah percaya "lu gak pernah semanis ini sama Sangga"

Jan Raka terkekeh, sambil berjalan mengambil boneka beruang lainnya, seolah tidak peduli pada sosok laki-laki menawan di belakangnya. Tapi dari ujung matanya Jan Raka sesekali memperhatikan langkah kaki Nana yang mengejarnya terburu-buru.



"Lu berantem lagi sama Sangga? Atau dia ngambek ya karena lu isengin?-ak!"

"Hati-hati!" Pekik Jan Raka, dia berbalik dengan cepat dan tangannya sudah berada tepat di pinggang Nana.




"Duh" keluh Nana, dia mengelus ujung hidungnya yang berdenyut akibat terbentur dada bidang Jan Raka.

"Pelan-pelan makanya, jalan aja bisa kejegal kaki sendiri"

Nana cepat-cepat menunduk, gak gak dia gak bisa kalau Jan Raka lagi kaya gini, duh keluh Nana.


"Ih iya iya maaf" kata Nana, sambil memundurkan dirinya meski tidak rela.

"Ayo udah pilih mau yang mana nih?" Katanya sambil berjalan pelan melewati Jan Raka "gue pilihin yang bagus, Sangga pasti suka"

Tangan Jan Raka mengambil tangan Nana dan menggenggamnya lembut "gue tuntun aja bjar gak jatuh lagi"


Jan Raka ih, gak bisa gini dong. Batin Nana, tapi dia pasrah saja tangannya digenggam laki-laki itu.

"Dan bukan buat Sangga"

"Hm?" Senyum Nana memudar

"Lu inget, soal adek gue yang hilang?" Jan Raka menunggu anggukan Nana. Karena tidak ada yang dia rahasiakan dari orang dihadapan Jan, selain perasaan Jan padanya.



"Adek gue yang hilang itu udah ketemu"

Mata Nana membesar, "serius?"

"Iya, lu mau liat adek gue?"

Jan Raka mengambil handphonenya dari saku jeansnya "nih, adek gue"

"Bara?!" Tanya Nana matanya melotot tidak percaya.

"Bener ini adek gue, tuh" ujar Jan Raka sambil menunjukan fotonya dengan Bara, saat dia pertama kali bertemu anak itu di supermarket dekat JNJ Entertainment.

"Gue ikut seneng Jan" ujar Nana menepuk bahu Jan,



Hati Jan Raka menghangat apalagi saat mata indah Nana yang berbinar menatapnya "Kak Mahes kasih dia boneka beruang, dan seharian ini kak Mahes berisik banget ngomongin itu terus" kata Jan Raka buru-buru mengalihkan pandangannya dari tatapan mata Nana yang melemahkannya.

"Pokoknya boneka beruang gue harus lebih bagus dari punya kak mahes" ucap Jan Raka, tangannya mulai mengambil boneka beruang coklat di dekatnya.




"Setuju" ucap Nana, dan tersenyum pada mata Jan Raka yang kembali menatapnya.

"Gue bantu pilihin" ujar Nana jauh lebih semangat dari sebelumnya "eh Jan, ntar kenalin gue juga ya"

"Lu tau adek gue juga?"

"Siapa yang gak? Gue denger coveran dia juga" kata Nana, sekarang dia ikut fokus memilih boneka beruang di hadapannya. "Kadang di cafe juga banyak yang setel coveran dia, sebelum di take down"




"Kalau gitu banyak yang ngefans dia dong?" Tanya Jan Raka

"Banyak, yang benci juga banyak" ucap Nana "apalagi waktu dia nunjukin wajahnya"



Nafas Jan Raka memburu, dan Nana tau kalau Jan sedang menahan amarahnya. Siapa yang berani benci adek gue.

"Besok gue tinggal di rumahnya aja deh" ucap Jan Raka setelah dia mengingat saat dia bertemu dengan Bara pertama kali, dalam keadaan kaki Bara terkilir. Dia tidak rela, siapapun tidak boleh melukai adiknya.

"Emang dia belum tinggal dirumah lu?" Tanya Nana, dia bisa melihat jelas senyum Jan yang menghikang dari wajahnya.

Jan Raka mengangkat bahunya sekilas "belum biasa mungkin, dia keliatan shock banget"

Wajah Bara yang menangis dan meminta pergi di kasur Mahes terbayang di benaknya kini.



Nana terdiam, dia tidak tau harus merespon apa. Jan Raka selalu berusaha menutupi emosinya selama ini. Beruntung Jan Rak segera mengangkat wajahnya lagi dengan senyum di wajahnya.

"Tapi mulai besok gue berangkat bareng dia ke sekolah" ujar Jan Raka "makanya gue mau kasih hadiah"





Inilah yang membuat Nana semakin jatuh pada sosok laki-laki dihadapannya ini.

"Ini aja Jan" ucap Nana, tangannya mengangkat boneka beruang yang berukuran tidak terlalu besar dan ada gantungan di kepalanya.

"Gantungan kunci?" Alis Jan Raka mengerut "Tapi Kak Mahes ngasihnya yang gede"

Nana berdecak "ck kalau yang gede cuma akan ditaruh di kamarnya, kalau ini kan bisa digantung di tasnya jadi dibawa kemana aja sama dia"

"Dia jadi inget gue gitu ya na?" Tanya Jan Raka dengan senyum yang merekah.

"Iya" Nana ikut senang "lu latihan dulu sama gue besok ngasihnya gimana?"



Jan Raka berdeham sambil mengangkat boneka beruang berukuran tidak terlalu besar itu

"Bara adek abang, ini buat Bara' gitu kali ya na?"

"Ih agak geli, Jan"

"Sial"

Bara BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang