Bara Erion IV : Schadenfreude?

1K 120 25
                                    

Bugh

Bara meringis, sebetulnya pukulan dari Harry tidak sebanding dengan pukulan yang biasa dia terima dari ayahnya, Jonathan. Tapi entah kenapa badannya terasa jauh lebih lemah saat ini. Entah karena rasa sakit hatinya pada Sangga atau apa. Dari ujung ekor matanya Bara tau Sangga tidak melakukan apapun. Padahal Harry telah menghina bubunya dan padahal Bara benar-benar sudah babak belur.






Setelah pukulan pertamanya pada Harry, Bara tidak mencoba melawan lagi. Dia diam bertahan dari pukulan Harry. Seperti biasanya.  Bara bukan tidak bisa melawan, dia hanya terbiasa begitu. Karena ayahnya,  Jonathan akan menghukumnya jika dia bertindak yang dapat menghancurkan misi rahasianya dengan Jonathan.


Jay dan Felix melepaskan pegangannya dari bahu Bara yang mereka tekan. Harry mengerutkan keningnya dan rahangnya mengetat marah. Aneh Bara masih mampu menopang tubuhnya meski Harry yakin, dia sudah menghajar Bara habis-habisan.














"Woy anjing!"

Tanpa bisa dicegah oleh siapapun, Jan Raka merangsek maju dan meninju pelipis Harry yang baru saja menoleh ke arahnya. Tidak ada yang berani mendekat, bahkan Jay dan Felix sekalipun. Pandangan Jan Raka benar-benar tajam, siapapun tidak ada yang berani menghentikan si atlet taekwondo.










Harry meringis, sebelum dia bisa bangun. Jan Raka menginjak dadanya, menahanya dengan kakinya. Pandangan Jan Raka beralih pada adiknya Bara sesaat. Jan Raka sedikit menggeram marah saat melihat darah yang menetes di pelipis Bara.

Tidak ada yang boleh menyakiti keluarganya, itu tekad Jan Raka. Sambil menunduk, Jan Raka mengepalkan tangannya. Dia meninju Harry dengan membabi buta. Entah di pukulannya yang keberapa, tangan Jan Raka ditarik ke belakang.

"Raka, berhenti!" Seorang guru laki-laki menyentak "kalian semua ikut bapak ke ruang BK, sekarang!"

.
.
.

Dan disanalah mereka, Harry dan teman-temannya duduk di seberang Bara. Sementara di sisi Bara ada Jan Raka dan juga Sangga yang ikut terseret.

Tidak berselang lama, seorang wanita masuk. Bara bisa mengasumsikan kalau dia adalah ibu dari Harry.








"God, Harry are you okay?" Ucapnya sambil memeriksa wajah Harry. Dia melirik pada pak Anton, ayah dari Harry dan juga selaku ketua yayasan.

"Kita tunggu orang tua dari Jan Raka dan Sangga" ucap pak Arendz, Kepala Sekolah.

Kepala Pak Arendz menoleh ke arah Bara "Bara kami sudah mencoba menghubungi walimu, namun belum ada jawaban"

Bara diam, dia benci saat-saat seperti ini. Tentu tidak akan ada yang bisa menelfon Jake saat ini. Bara akan memuji kepala sekolah ini jika dia bisa menghubungi Jake.

"Terpaksa kita harus lanjutkan meski walimu tidak ada"











"Tidak perlu" ucap seseorang dari arah pintu. Disana Yaksa berdiri dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.

"karena Bara juga anak saya" ucapnya lagi. Yaksa menatap khawatir pada kondisi Bara yang sangat buruk disini. Ada memar di sudut bibir Bara. Bahkan dibagian bawah mata kanannya juga kini membiru.

Bara, anak itu terlihat bernapas tersendat sambil memegangi dadanya. Yaksa tidak tau persis apa saja yang dialami anaknya hari ini. Tapi Bara jelas terlihat menahan rasa sakitnya. Emosi Yaksa benar-benar sudah berada di ubun-ubunnya. Mereka bahkan tidak mengobati anaknya dulu, melainkan langsung disidang.









Bara BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang