Operasi Beruang Imut : Berakhir

1K 105 10
                                    

Bara tidak ingat bagaimana rasanya diperhatikan dengan orang tua. Memorinya hanya dipenuhi dengan penyiksaan ayahnya saat dia kecil. Bahkan Jonathan tidak pernah datang mengambil raport untuknya, selalu Jake saja. Yang belakangan Bara tau, kalau ayahnya Jonathan Erion memalsukan kematiannya. Itu sebabnya Bara menggunakan nama Emanuel di sekolah.

Bara agak terkejut saat melihat pak Yaksa yang keluar dari lift. Dan sejak kehadiran pak Yaksa, orang itu menatap Bara penuh kagum dan senyum hingga Bara tidak sanggup menatap wajahnya. Bara merasa ingin menangis. Bara tidak mau mengkhianati ayahnya, Jonathan Erion. Tapi Yaksa adalah sosok ayah yang selalu dia impikan.







Apakah begini ya rasanya punya orang tua? Pikir Bara.

"Oke Bara, kamu bisa break dulu sebelum foto dengan tim inti"




Bara mengangguk, dan menunduk hormat Bara masih berusaha sebisa mungkin tidak melihat pak Yaksa yang mau melangkahkan kakinya ke arahnya.








"Pak Yaksa" pak Kim yang baru keluar dari lift melangkah tergesa "mohon maaf saya baru tiba, jalanan macet sekali" demi Yaksa, pak Kim putar balik begitu tau direktur utamanya ini berkunjung.

"Seharusnya anda tidak perlu ke kantor pak. Saya hanya berkunjung saja" ucap Yaksa lalu menjabat tangan pak Kim.











"Air mineralnya sudah habis"

Bara yang sedaritadi sedang mencari botol minum di meja, menoleh ke sumber suara ketiga trainee yang pernah mendorong Bara sebelumnya. Bara sebetulnya malas sekali bicara dengan mereka.

"Aku masih ada botol minum kalau kamu mau" ucapnya.

Bara memandang ragu, tapi dia perlu minum. Hari ini Bara merasa lelah sekali. ,dia takut kalau asmanya akan kambuh yang malah akan membuatnya diocehi oleh Jake semalaman.

"Thanks" ucap Bara, botol air mineral itu siap ditenggak. Bara baru meminum setenggak, sebelum akhirnya, tangannya disentak oleh Theo.










"Jangan diminum!" Teriaknya kencang

"Kenapa sih theo?" Tanya Bara sambil mengelus tangannya pelan. Pukulan Theo sakit juga.






Hal itu tentu tidak luput dari perhatian Yaksa, yang sedaritadi tidak pernah meninggalkan Bara. Pak Kim rasanya ingin mati ditempat, begitu Yaksa melangkahkan kakinya menuju keributan tersebut.

"Ada apa ini?" Tanya Yaksa masih berusaha menjaga nada bicaranya, meski dia khawatir setengah mati.

"Mereka mau meracuni Bara" kata Theo sambil menunjuk ketiga trainee tersebut.

"Fitnah!" salah satu diantara mereka menyentak tidak terima "kita cuma kasih Bara minum kok"

"Sisa obat pencaharnya juga masih ada di kantung lu kan?" ucap Theo, melihat wajah mereka yang berubah pias membuat sudut bibir Theo melengkung membentuk senyuman.








"Geledah mereka" perintah Yaksa, yang dengan cepat dilaksanakan oleh staf pengaman yang ada disana. Tangan Yaksa juga tidak luput menarik Bara ke belakang punggungnya.

Tatapan Yaksa mengelam, saat salah satu staf menemukan bungkusan obat di celana salah satu trainee tersebut.








"Apakah benar ini milikmu?!" Pak Kim menyentak trainee tersebut. Trainee itu buru-buru terduduk,

"Maaf pak, saya terpaksa sebab Bara selalu membully saya" tuduhnya.






Bara BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang