Sisi yang tersembunyi

1K 104 140
                                    

Catatan:
Kayanya chapter ini agak panjang, karena gak aku edit. Maaf ya ❤️




"Ampun, tuan"

Laki-laki itu mengaduh. Dia sudah berada di ruang bawah tanah sejak semalam setelah dia ditangkap oleh rekan sesama pengawal. Kepalanya tertunduk dan matanya menyipit. Badannya benar-benar dipenuhi lebam.

Seandainya waktu bisa diputar. Dia tidak akan mengangkat telfon tuan Jonathan yang memerintahkannya untuk mencelakai putra-putra Jayendra. Dan dia tidak akan menjadikan dirinya sendiri musuh dari tuan mudanya.

Dia menundukan kepalanya hingga hampir mencium lantai, meski rantai yang melilit kedua tangannya terasa semakin erat. Dia menunduk pada sosok tuan mudanya yang duduk dengan kaki bersilang. Tuan mudanya itu akhirnya datang pagi ini. Dan saat Tuan mudanya datang baru para pengawal yang lain berhenti menyiksanya.

Laki-laki remaja bertubuh kecil itu bangkit dari duduknya dan berjongkok dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laki-laki remaja bertubuh kecil itu bangkit dari duduknya dan berjongkok dihadapannya. Menepuk pipinya dengan moncong pistolnya.

"Masih gak mau ngomong jujur?" Tanyanya

Pengawal itu mendongak, menatap laki-laki remaja yang tersenyum manis padanya.

"Sayangnya aku gak bisa lama-lama disini" mata laki-laki itu mendongak dan tersenyum tipis pada tiga pengawal yang mengelilingi mereka "dan kau tau, aku tidak bisa menghentikan mereka untuk memukulimu"

"Tuan Jonathan" dia akhirnya berucap, menjawab pertanyaan tuan muda dihadapannya "Tuan Jonathan yang memerintahkan saya, tuan"

Mata Bara mengerjap, dia menghela nafasnya. Bara tentu percaya. Dia tau pasti siapa yang memerintah. Bara hanya ingin memberi pengawal ini balasan. Karena telah berani mencoba mencelakainya. Terutama Sangga.


"Tuan Bara, ayah anda datang"

Kepala Bara menoleh dengan cepat pada pengawalnya yang menunduk di belakangnya. Ayah? Batinnya.
Kening Bara berkerut. Kenapa pak Yaksa kesini, batinnya.

Seingat Bara, pak Yaksa hari ini berangkat kerja dan bubunya sedang terapi. Sementara ketiga kakaknya pergi sekolah.

Bara bangkit berdiri, "Tolong lepas dan obatin dia" katanya sebelum menutup pintu ruang bawah tanah

"Baik tuan"

Tidak ada yang tau, rumah minimalis yang biasa dia tempati dengan Jake memiliki ruang bawah tanah. Ya karena rumah ini memang milk Erion. Sudah jadi kebiasaan.


"Pak Yaksa?"

Laki-laki dengan jaket kulit itu berdiri disamping kabinet. Tempat Jake menyimpan barang-barangnya yang tidak pernah Bara buka. Mata Bara membesar saat laki-laki itu berbalik.

"Apa ayah terlihat seperti orang yang membunuh bunda?" Tanya nya.

Bara menunduk takut, pada ayahnya. Jonathan Erion. Yang kini tersenyum padanya. Tentu ayahnya adalah Jonathan Erion kan, kenapa sih di otaknya malah ingat pak Yaksa. Bara menatap ayahnya, takut ayahnya tersinggung.

Bara BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang