Awal Segala

1.5K 156 7
                                    


Malam itu bulan purnama, Yaksa menengadah matanya menyorot pada bulan purnama dari jendela kamarnya. Dia ingat bagaimana anaknya Bayu yang baru berusia lima tahun itu sangat suka meminjam handphonenya, untuk sekedar memfoto bulan atau langit.

Bayu anaknya itu memang sangat pintar dan pemberani.

Penyesalan itu memang selalu terjadi di akhir, tapi jika dia tau jika rasa penyesalannya semengerikan ini. Dia akan memberikan apapun, semua yang dia miliki untuk mencegah ini semua terjadi.

"Maafkan ayah nak" bisiknya pada ruangan kerja nya yang kosong.






Yaksa tersentak saat pintu ruangan kerja itu diketuk,

"Masuk" ucapnya setelah menghapus air matanya. Kedua anak tertuanya masuk ke ruang kerjanya.

"Kenapa bang, kak? Sangga sudah tidur?" Tanya Yaksa menyelidik.

"Sangga sudah Jan pindahkan ke kamar" Mahes menjawab.

Yaksa mengangguk, "kalian tidur juga ya, sudah malam, besok kita berangkat pagi-pagi"





Yaksa berbalik, namun Mahes dengan cepat melangkah maju "ayah, mahes dan jan sudah saatnya untuk tau"

Hening. Yaksa tercenung dan kembali berbalik menatap kedua putranya. Kedua putranya nampak sedang berusaha menyusun kata-kata di otaknya.

"Tidak ada yang perlu kalian ketahui" ucap Yaksa final.

Mahes menggeleng "Ayah tidak perlu menanggung sendirian lagi, mahes dan jan sudah dewasa, yah"

"Iya yah, jan kangen bayu" ucap jan raka yang berdiri di belakang mahes.

Yaksa terdiam, menatap lembut kedua nakanya. Menelisiknya dengan cermat. Jan Raka dengan hoodie abu-abunya bersembunyi di balik punggung Mahes. Tapi Yaksa tau, Jan Raka tidak akan segan-segan merangsek maju jika ada yang membahayakan keluarganya. Pandangannya beralih pada Mahes, anak sulungnya itu berdiri tegap menatap Yaksa.






Yaksa berpikir keras, dia tidak ingin kehilangan lagi. Tapi Jika benar musuhnya selama ini masih hidup. Maka sangat tidak mungkin baginya untuk menjaga semua anggota keluarganya.

"Mahes mohon yah. Kita bisa saling jaga" ucap Mahes seolah bisa membaca pikiran Yaksa selama ini,

Tangan Yaksa terjulur, "sini nak"

Kedua putranya itu menghambur ke pelukan ayahnya yang merentangkan tangannya "Terimakasih ya nak, ayah bangga sekali dengan kak Mahes dan Bang Jan Raka. Tapi kalian harus saling menjaga. Ayah dan bubu tidak sanggup lagi jika harus kehilangan satu anak lagi" ucapnya sambil mengecup dahi anaknya yang bersandar di bahunya.







20 tahun yang lalu,

Bara BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang