Bayu?

1.3K 128 18
                                    

Malam hari sebelumnya...



Bugh

Shit!

Laki-laki muda itu terjatuh dengan cukup keras di atas arena ring tinju. Dadanya menghantam kuat pada canvas. Telinganya mulai berdenging akibat pukulan yang dia terima di bagian pelipis.

Laki-laki muda itu meringis pelan, peluh sudah membasahi tubuhnya. Bahkan beberapa ikut menetes dari rambutnya. Luka dan tetesan keringat, dua paket komplit yang selalu berhasil menambah penderitaan.



Sialan, ayahnya ini sepertinya ingin membunuhnya.

"Ayo, bangun boy"

Dia gemetar pelan, bukan karena takut. Dia sudah cukup kebal pada sosok laki-laki itu. Dia bahkan sudah bisa melihat dengan jelas, apa takdirnya jika dia tetap hidup bersama orang itu selama satu tahun lagi. Masih tetap waras saja sudah untung.

Tangannya mengepal kuat di balik sarung tinjunya. Mencoba bangkit dengan mengangkat badannya, seperti push up.




"Satu"

Dia mendengus, kenapa juga orang itu harus mulai berhitung sih. Dengan sisa tenaga yang masih dia miliki, dia mencoba mengangkat badannya. Meski lengan kecilnya itu jelas-jelas sudah tidak sanggup lagi menopang badannya. Dan benar, lagi-lagi dia terhantuk keras dalam posisi telungkup. Dadanya sesak, sial ini pasti karena tinju yang dia dapat di bagian perut. Orang itu tidak tau aturan. Badannya benar-benar remuk.



Apakah orang itu tidak lelah? Mereka sudah berada di ring tinju itu sejak 3 jam yang lalu. Sejak dia menginjakan kakinya di rumah besarnya.

"Bisa kita istirahat dulu, dad?" Ucapnya pelan, mencoba peruntungannya kali ini.

"Apa katamu?"

Laki-laki muda itu terdiam, dia bisa melihat bayangan hitam ayahnya mendekat. Dan dia hanya bisa terbujur kaku. intonasi suara dari ayahnya itu selalu bisa membuat tubuhnya beku seketika.



"arrghhh!"

Tarikan paksa pada rambutnya itu berhasil mengangkat badan kecilnya. Laki-laki muda itu meringis sembari berusaha menahan lengan ayahnya.

Perlahan dia membuka matanya, tepat di depan wajahnya, wajah tegas ayahnya melihat ke arahnya.

"Dad please" ucapnya lagi memohon

"Aku tidak mengajarkanmu untuk menjadi pencundang, nak" ayahnya menjawab pelan, dan itu justru membuat detak jantung laki-laki yang lebih muda berdetak lebih kencang.

Tangan ayahnya terangkat, emosi rupanya kembali memenuhi dada ayahnya. Apalagi saat melihat air mata menetes di pipinya. Melihat itu, pemuda itu hanya bisa memejamkan matanya,

plis jangan di wajah, batinnya memohon.




"Boss!"

Kepalan tinju itu berhenti tepat sebelum mengenai wajah putranya.

Laki-laki itu dengan kasar melepaskan cengkraman di rambut kepala anaknya.Berkacak pinggang pada seorang pengawal yang menunduk. Dia tidak peduli pada laki-laki kecil yang kembali terantuk di belakang punggungnya.

Bara BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang