Bara Erion III : Rumah

964 105 21
                                    

Yaksa masih menatap Bara yang kini beringsut mundur. Tangan Yaksa menekan saklar lampu agar dia bisa melihat wajah anaknya yang sedari tadi terlihat sangat kaget di dalam gelap.

"Maaf" ucap Bara sangat pelan, mungkin jika Yaksa tidak membaca gerak bibir Bara. Yaksa tidak akan mendengar apa yang diucapkan anaknya.

"Bara cari pak Yaksa" ucap Bara lagi, jari kecilnya memilin ujung bajunya sendiri.

Yaksa tersenyum pelan, masih sama. Persis seperti kebiasaan Bayu saat masih kecil.




"Ada apa Bara?" Tanya Yaksa "kamarmu bukan disini"

Yaksa mengulum senyumnya saat wajah Bara terlihat semakin panik mendengar perkataan Yaksa. Di otak Yaksa dia benar-benar ingin menjahili anak bungsunya ini.

Bara menarik nafasnya dalam, seolah menguatkan dirinya sendiri "Bara mau minta maaf" ucap Bara yang selanjutnya membuat senyum Yaksa hilang.

"Maaf atas ucapan Bara yang keterlaluan" Bara menunduk tidak berani bertemu dengan sorot mata pak Yaksa.



Sementara Yaksa, dia berjalan lurus dan duduk di sofa kulitnya. Tara benar, tidak seharusnya dia menjauhi Bara sejak pertengkaran mereka di JNJ Entertainment. Entah apa yang kini memenuhi kepala kecil anaknya.

"Sini, nak"






Bara agak gemetar saat mendengar perkataan Yaksa. Apakah dia akan dipukul juga, sama seperti yang biasa dia terima saat meminta maaf pada ayahnya, Jonathan. Tapi Bara tidak memiliki pilihan apapun, kakinya tetap melangkah ke arah pak Yaksa. Bara masih menunduk, lebih tepatnya bersiap. Dimana sekiranya pak Yaksa akan memukulnya.


Sontak Bara mengangkat kedua tangannya seolah melindungi kepalanya sendiri, saat tangan Yaksa terangkat. Hal itu, tentu membuat Yaksa mengerutkan keningnya. Gerak-gerik Bara persis seperti anak yang sering dipukul.

Sejauh mana anaknya ini sering dibully, sampai dia trauma pikir Yaksa begitu.

Namun Yaksa buru-buru tersenyum dan mengelus kepala Bara dengan lembut dan hati-hati. Hingga Bara menurunkan tangannya sendiri, Yaksa barulah mendorong pelan tengkuk Bara ke arahnya dan mencium keningnya. Mata Yaksa terpejam, ayah akan melindungi Bara, ucapnya dalam hati.


"Bara gak perlu minta maaf" kata Yaksa, sementara Bara masih menatapnya kaget. Memangnya apa yang akan Yaksa lakukan, sampai matipun Yaksa tidak akan memukul anaknya sendiri.

"Saya yang harusnya minta maaf" kata Yaksa lagi




Bara beringsut mundur, "tapi Bara masih boleh latihan kan pak" kata Bara memohon "Bara mohon pak, cuma itu cita-cita Bara"

Cuma itu yang aku punya, cuma itu tujuan aku lanjutin hidup. Batin Bara melengkapi

Yaksa terlihat menarik nafasnya. Sebenarnya dia masih tidak rela. Tapi melihat Bara memohon seperti ini justru malah semakin menyakiti hatinya.






"Boleh, tapi biarin ayah pastiin kalau Bara akan aman disana" ucap Yaksa dan Bara paham. Yaksa akan melakukan semua hal yang dirasa perlu untuk menjamin keamanan dan kenyamanan Bara.

"Tapi.."

Yaksa menggeleng tidak suka "tidak ada bantahan Bara" kata Yaksa tegas, "kalau Bara masih mau latihan, saya cuma mau pastiin tempat itu aman untuk Bara, sudah cukup. Selebihnya, Bara tetap harus kerja keras untuk bisa debut"

"Mereka akan bapak keluarkan dari JNJ entertainment?" Tanya Bara lagi.









Seandainya Bara tau kalau Yaksa bukan hanya ingin mengeluarkan orang-orang itu. Yaksa kini tengah mengumpulkan semua bukti untuk menyeret orang-orang yang telah menyakiti anaknya ke meja hijau. Dan itu bukan hal yang perlu Bara pikirkan.

Bara BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang