Yang Dirahasiakan

1.2K 133 49
                                    

Dengan perlahan, Pintu kamar Sangga terbuka. Suara derit pintunya itu terdengar lebih jelas di ruang kosong. Sama halnya dengan kesedihan, akan sangat terasa dalam sepi. Dan Sangga paham kini.

Sangga melangkah keluar setelah semalaman mengurung dirinya di kamar. Lingkar hitam dibawah matanya menjadi bukti bahwa dia tidak cukup istirahat semalaman. Sangga ingat dia mengusir semua orang yang mengetuk pintu kamarnya, termasuk ayahnya.







Sore itu, Jan Raka yang sedang duduk di anak tangga terakhir seperti biasa. Dia menengadah melihat adiknya yang berjalan melaluinya. Matanya tidak lepas dari adiknya yang saat ini berjalan menuju dapur.

Jan Raka ingin sekali memarahinya. Tapi semalam mereka bertiga sudah sepakat untuk bicara baik-baik dengan Sangga. Hal yang gak terlalu bisa Jan Raka lakukan.






"Laper lu akhirnya?"

Sepertinya tidak ada kalimat sabar untuk Jan Raka.

"Kenapa? Mau minta dimasakin mie juga?" Kata Sangga sambil mengangkat panci, "masak sendiri"

Bi sum yang masih memegang alat vacum datang tergopoh-gopoh "sini den Sangga biar bibi aja"

"Makasih ya bi" ucap Sangga, dia berlalu dan duduk di meja makan besarnya.







Matanya menatap layar handphonenya lama. Namun tidak ada yang dia lakukan selain melihat pesan yang tertera di layarnya.

"Bara nanyain lu tuh" Jan Raka berkata tanpa basa basi.

"Nanti gue bales" ucap sangga sambil menaruh handphonenya. Sementara bi sum meletakan placemat di hadapannya.

"Makasih bi"

Jan Raka mengulas senyum, itu berarti Sangga tidak membenci Bara kan?

"Akhirnya" kata Jan Raka mendesah lega





Sangga mendelik "ya lagian Bara juga bukan Bayu, bang"

Harapan Jan Raka sirna seketika, begitu juga dengan senyum di wajahnya "Terus kalau dia adalah Bayu, lu benci dia gitu?"

Sangga mendecih "Aneh lu bang, gak bosen-bosen ngomongin Bayu terus"

Jan Raka berdiri, dia menatap adiknya dengan tidak percaya "lu yang aneh, Bayu saudara kembar lu. Dari rahim lu bareng-bareng. Kok bisa-bisanya lu benci adek lu sendiri?"





Sangga membanting sendoknya, "Abang ngomong lagi sama Sangga kalau bukan tentang Bayu" katanya dia bangkit berdiri dari kursinya. Tangannya membawa mangkuk mie yang baru saja tersaji.



Belum sempat Jan Raka mencegahnya, handphone Jan Raka berbunyi. Nama kakak sulungnya Mahes tertera disana.

"Halo ka" matanya masih menatap tajam Sangga yang sudah menaiki anak tangga.

"Hah?!"

Bara BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang