Bad Memories

1K 113 38
                                    

Wangi butter memang tidak pernah salah. Bara kecil hari itu sudah bersiap. Topi beruang kesayanganya sudah dia kenakan. Bara menanti dengan sabar di depan oven. Senyum manisnya terpantul dari pintu kaca oven, membuat sus Akira, pengasuhnya ikut tersenyum gemas. Tuan mudanya ini memang sangat menggemaskan.

"Tinggal lima menit lagi roti ini sudah siap tuan" ucap sus Akira yang berjongkok di sampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Tinggal lima menit lagi roti ini sudah siap tuan" ucap sus Akira yang berjongkok di sampingnya.

"Angsa-angsa pasti suka kan sus?" Mata Bara penuh binar saat bertanya.

Tidak ada yang Bara tunggu di hari ulang tahunnya. Dia hanya ingin pergi ke danau Hyoko dan memberi makan angsa-angsa liar dengan roti buatan sus Akira. Sesuai yang dijanjikan ayahnya sejak satu minggu lalu.

Senyum Bara semakin merekah saat bunyi dentingan oven terdengar, tanda bahwa roti yang mereka panggang sudah benar-benar matang. Bara berjingkat dan melompat kecil.

"Roti untukangsa" ucapnya, Bara dengan sabar melihat pisau tajam yang digenggam sus Akira memotong rotinya. Agar mudah dibawa begitu kata sus Akira.

"I'll call my dad" ujar Bara sambil berhambur meninggalkan sus Akira yang tersenyum melihat tingkah bos mudanya.






"Dad!" Teriak Bara sambil menaiki anak tangga.

"Damn it!"

Bara agak berjengkit, saat terdengar bunyi pecahan barang dari kamar ayahnya. Beruntung kamar ayahnya tidak tertutup rapat, sehingga Bara bisa mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka.

"Bagaimana mungkin John Research and Development resmi disahkan under Jayendra? Perusahaan itu milikku"

Bara tidak mengerti saat itu, yang dia tau hanya ayahnya terlihat sangat sedih. Ayahnya meletakkan handphone dan tertunduk diantara pecahan vas bunga.


"Bara?"

Badan Bara gemetar saat ayahnya memanggilnya. "Iya dad"

"Sini, ada apa?" Tanya ayahnya.

Bara melangkah perlahan, menghindar dari pecahan vas bunga.

"Kau ingat apa yang daddy bilang? Gak sopan menguping pembicaraan orang lain" ucap ayahnya menyentil hidung mancung Bara.

"Maaf ayah" Bara menunduk takut. "Dad"
Ayahnya mendengus "kau bisa memanggilku, ayah atau daddy terserah kau saja"

Bara mengangguk saja, entah berawal dari mana dia memang selalu salah menyebut ayahnya. "Bara cuma mau bilang roti untuk angsa sudah jadi, ayo kita pergi sekarang?"

"kita pergi besok, ada yang harus daddy selesaikan" ucap Ayahnya.

Entah karena bayangan angsa liar dan danau Hyoko yang sudah menghiasi mimpi Bara selama seminggu ini. Baru kali itu, Bara tidak langsung menuruti kemauan ayahnya.


Bara BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang