The Untold Story

1K 113 42
                                    

Yaksa mengerjapkan matanya, kepalanya terasa sakit sekali sampai rasanya dia ingin meledak. Ruangan itu gelap, hingga Yaksa tidak bisa melihat dimana dia kini berada. Yaksa mencoba menggerakan tangannya, namun gagal. Yaksa menengadah dan mendapati dirinya yang diborgol dan dibiarkan berdiri. Persis apa yang dialami Bara. Dengan kekuatan penuh Yaksa mencoba menarik tangannya sendiri, hingga bunyi hentakan rantai menggema di ruang gelap itu.

Hingga akhirnya bunyi langkah kaki terdengar dan ruang gelap itu tiba-tiba menjadi terang. Yaksa membuka kembali matanya dengan perlahan. Dan Bara ada dihadapannya.

 Dan Bara ada dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Bara" panggil Yaksa, dia berusaha melepaskan dirinya dari borgol yang menjeratnya.

Bara hanya beralih dari hadapan Yaksa. Ada bagian undakan yang lebih tinggi, dan disanalah Bara duduk.




"Bara" panggil Yaksa lagi, suaranya gemetar "ayah minta maaf" ucap Yaksa.

Tapi Bara belum bergeming juga, sehingga Yaksa kembali membujuknya "ayo kita pulang, Bara, bubu kangen sama Bara"

Mata Bara menatap tangan Yaksa yang masih menarik borgolnya, "stop" kata Bara.

Dan tentu Yaksa terdiam, dia rindu sekali dengan suara anaknya.

"Akan semakin sakit kalau kamu tarik, Pak Yaksa" kata Bara, dia tidak mau melihat Pak Yaksa dengan benar.  Meski Bara menyadari raut wajah Yaksa yang terluka karenanya.





Bara kini bangun dan mendekat ke arah pak Yaksa. "Aku sudah sering diborgol seperti ini sejak aku kecil, jadi aku tau" kata Bara lagi.

Air mata Yaksa lagi-lagi membasahi pipinya. Hatinya benar-benar seperti ditusuk berulang kali. Apalagi melihat  anaknya yang menceritakan penyiksaannya tanpa emosi di wajahnya.





"Bara, ayah minta maaf, ayo kita pulang nak" bujuk Yaksa lagi.

"Ayah?" Kata Bara, kali ini mata Bara menatapnya dengan benar. Dan Yaksa bisa melihat dengan jelas ada kekecewaan di sorot mata Bara.

"Seingatku terakhir kali, anda tidak mau dipanggil ayah olehku pak Yaksa" kata Bara, "dan lagi, aku sudah di rumah"





Yaksa menggeleng, "bukan nak, rumah Bara ada bubu didalamnya, ada kak Mahes, bang Jan.."

Bara berbalik, dia tidak ingin menangis lagi. Tapi Yaksa tetap membujuknya.

"Sangga dan ayah" kata Yaksa "dan ini bukan rumah Bara"

"Cukup!" Teriak Bara, dia menutup telinganya "itu rumah Bayu, bukan Bara" kata Bara lagi.

Yaksa ingin memeluk anaknya, apalagi saat punggung anaknya terlihat bergetar.

"Bara.."

Belum sempat Yaksa melanjutkan ucapannya, seseorang melangkah masuk ke dalam ruangan itu.







Bara BayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang